Subscribe Us

NOVEL: MENJEMPUT CAHAYA (bagian dua)

BAGIAN DUA

Rumah sakit As-Syfa sebuah rumah sakit yang terletak di kabupaten Sukabumi. Hilir mudik orang-orang membesuk keluarganya yang sakit menyiratkan wajah-wajah kesedihan meski ada juga yang tetap tabah dan juga bersikap biasa-biasa saja, bau obat menyeruak menusuk hidung.
Di ruang tunggu seporang pemuda tampak gelisah, 15 menit yang lalu dia membawa seorang pasien kemari. Seorang pasien yang ditemukannya tergeletak tak berdaya saat dia mau turun dari pendakian dari Gunung Gede,ternyata sosok pasien yang ditemukannya tidak lain adalah Cika wanita yang baru dikenalnya kemarin. Cika ditemukan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan,wajahnya pias dengan tubuh meggigil kedinginan akibat terkena hujan semalaman. Gadis itu terkena demam,rupanya broken heary sudah membuat Cika kehilangan kontrol dengan merusak dirinya sendiri. Semua ini terbukti dengan di temukannya sebotol Vodka di sampingnya saat ditemukan saat pingsan tadi. Kalau dia benar-benar punya tujuan untuk mendaki pasti melakukan persiapan yang matang dengan membawa tenda dan membawa pakaian penangkal dingin.
Ah,kasihan sekali gadis itu,guman lelaki yan tidak lain adalah Albyan. Dalam kondisi antara sadar dan tidak Albyan mendengar cika memanggil-manggil nama Radytia. Mungkinkah Radytia yang sudah membuat cika menderita seperti ini. Albyan jadi kembali teringat dengan kisah masalalunya.
Albyan bingung tak tahu harus kemana menghubungi keluarga Cika karena dia tidak menemukan petunjuk apapun tentang asal mula gadis itu berasal. Tidak ada Hp ataupun Ktp yang di temukannya hanya sebuah kartu Atm BCA dengan nama Cika Rahardian itu saja.
Albyan mengacak rambutnya yang gondrong bingung.
Tiba-tiba pintu kamat tempat Cika di rawat terbuka,Albyan segera memburu dokter yang sudah merawat cika barusan.
“Bagaimana keadaan gadis itu dokter?”
“Tidak apa-apa,besok juga dia sudah bisa di bawa pulang. Cuma kondisi jiwanya masih labil tapi panasnya sudah menurun kok.”
Albyan menarik nafas lega.

Keesokan harinya tubuh Cika sudah mulai membaik dan sudah di perbolehkan pulang.
“Thanks banget atas semua jasamu yang sudah nyelamatin nyawaku.” Cika merasa harus berterimakasih pada Albyan yang sudah menolongnya,kalau Albyan tidak datang menyelamatkan jiwanya mungkin nyawanya sudah nggak tertolong.
“Sama-sama,terus setelah ini kamu mau kemana?”
Gadis itu mengangkat bahu.
“Mungkin aku akan jadi petualang yang terus berkelana dari satu kota kekota lainnya.”
“What?” mata Albyan melotot.
“Kenapa?”
“Kamu kan baru sembuh,jangan keras kepala kalau jadi wanita. Perhatikan kesehatanmu,dan nggak ada cara yang lebih baik untuk seorang gadis kecuali pulang kerumahnya.” Tegas Albyan
“TAPI AKU NGGAK PINGIN PULANG!!” Teriak Cika kesal merasa langkahnya di hambat.
“PULANG!!”
“NGGAK...POKOKNYA NGGAK...!!”
“Dasar cewek ketas kepala. Terus siapa yang akan merawat kamu jika terjadi apa-apa,padahal kamu ini baru sembuh.”
“Bodo...nggak usah sok perhatian!!”
Albyan geleng-geleng kepala,baru seumur-umur dia nemu gadis yang keras kepala seperti ini
susah banget di nasehatinnya.
“Kamu sayang dengan dirimu sendiri nggak sih? Coba bersikap dewasa sedikit dalam menyikapi masalah,jangan seperti anak kecil yang cengeng dan rapuh. Kamu pikir di dunia ini Cuma kamu saja yang hidupnya menderita, banyak orang-orang yang masalah hidupnya lebih rumit di banding kamu. Seharusnya kamu bersyukur bukan menyakiti diri sendiri.”
“Aku sama sekali nggak membutuhkan nasehat kamu!!” bentak Cika.
Hrhhh...Albyan kesal juga menghadapi gadis batu di depannya yang tak mempan di nasehatin.
“Terus maumu apa?”
“Aku nggak mau pulang dan aku mau mengikuti langkah kaki kemana perginya.”
“Gila,kamu ini cewek, berbahaya berada di jalanan. Aku nggak setuju lebih baik kamu ikut denganku dan hidupmu aman.”
“What? Enak aja,memangnya kamu siapa aku?”
“Aku memang bukan siapa kamu Cika,tapi aku paling nggak suka melihat wanita berkeliaran di jalanan. Jalanan itu kejam Cika,sehebat apapun kamu sekarang tapi tetaplah kamu perempuan yang harus bisa menjaga fitrahmu. Suatu saat kamu akan jadi istri dan ibu,belajarlah Cika untuk menghargai dirimu sebagai wanita.” Kata-kata Albyan lembut menyentuh jiwa.
Cika tersentuh mendengar kata-kata Albyan,baru seumur-umur ada orang yang sebegitu perhatian pada dirinya. Padahal Albyan itu bukan siapa-siapa.
“Aku nggak peduli Byan,apapun yang bakal terjadi nanti denganku akan aku hadapi.”
“Tapi aku peduli sama kamu Cika,jadi kamu jangan ngeyel. Ingat kamu berhutang budi padaku. Jadi kamu harus ikut aku dan mengikuti aturanku.”
“ENAK AJA! KAMU NGGAK BISA MENGATUR AKU BYAN, DAN AKU TIDAK MAU IKUT ATURANMU...TITIK!!” Kembali Cika berteriak.
“DASAR KERAS KEPALA! AKU NGGAK AKAN MEMBIARKAN KAMU PERGI KEMANAPUN. KECUALI SATU,KAMU PULANG KE RUMAHMU!!”
“Terus kamu mau ikut aku kemanapun pergi,begitu?”
“YA...”
“DASAR COWOK GILA! KURANG KERJAAN!”
“Terserahlah kamu mau berkata apa,tapi saat ini kondisi jiwamu sedang labil jadi aku nggak ingin melihatmu tambah stress dan gila gara-gara kelakuan konyolmu.”
Tuhkan cowok itu benar-benar sangat peduli,Byan memperlakukan dirinya sebagaimana bersikap pada perempuan mestinya berbeda dengan Radit yang menghanggapnya tidak lebih sebagai teman yang enak untuk di ajal ngobrol dan pergi kemanapun. Radit tak pernah menganggap dirinya perempuan.
“Terserah kamulah Byan,aku capek. Dan yang pasti saat ini aku nggak pingin pulang kerumah.” Cika akhirnya mengalah.
“Nah gitu dong,kenapa nggak dari tadi? Jadinya kita nggak perlu ribut berdebat.” Albyan tersenyum menang.
Cika mengangkat bahu acuh.
***

Sebuah rumah bergaya minimalis cocok banget untuk pasangan muda. Halaman rumah ditata sedemikian apik penuh kembang warna-warni sedap di pandang. Cika untuk sesaat tertegun saat memasuki halaman rumah itu. Rumah orangtuanya mungkin tiga kali lebih luas dari rumah ini, tapi disini dia menemukan kenyamanan.
“Cika masuk,jangan bengong disitu.” Teriak Albyan.
“Nggak ah Byan,gue takut.”
“Ha...ha...ha...” Albyan tertawa keras. Kamu takut sama siapa Nona,jangan negatif jadi orang. Aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok.”
Cika manyun ditertawakan begitu.
“Cepetan,wajahmu sudah kelihatan letih butuh istirahat,” Albyan menunjukan kamar yang bakal di tempati Cika di lantai atas. “Di situ kamarmu. Oh,iya jika kamu ingin ganti baju untuk sementara kamu pakai baju-baju punyaku yang di lemari. Tapi untuk besok –besok kamu meski pakai pakaian cewek.”
“What?!”
“Iyalah,kamu masih tetap seorang cewekan?”
“Ih,nggak banget disuruh berpakaian cewek.”
“Harus...!”
“Maksa amat sih?”
“Iyalah,jadi cewek nggak boleh menyerupai laki-laki. Kalau kamu pingin apa-apa tinggal ambil aja nggak usah sungkam atau bisa ngomong dulu sama aku. Pingin baca buku bisa di ruang perpustakaan lengkap dengan DVD,Tv jika kamu pingin nonton koleksi film-filmku bisa juga sekalian main internet juga musik.” Jelas Albyan.
“Makasih atas kebaikannya,sekarang aku ingin beristirahat dulu.”
“Ya sudah,sana masuk. Met beristirahat.”
Cika melengggang masuk ke kamar. Nyaman banget kamar tidurnya,rapi dan bersih. Seperai merah bergambar bola MU dilapisi Bed Cover senada. Ada lemari kecil untuk menyimpan baju,meja rias dan gubrag...Cika menjatuhkan tubuhnya ke Bed tanpa sempat mengganti bajunya terlebih dahulu. Dia benar-benar sudah ngantuk dan lelah. Akhirnya Cikapun terlelap.
Jam empat sore kamarnya diketuk hyprerbola dari luar. Siapa lagi kalau bukan Albyan yang sudah merusak acara tidurnya.

“Kasar amat tuh orang,” gerutu Cika ngomel-ngomel dalam hati. Dengan malas-malasan dia membukakan pintu.
Byan tampak rapi masih berbalut koko dan sarungnya. Rupanya dia baru selesai shalat Ashar.
“Kamu sudah shalat belum?”
“Shalat?” jawab Cika bengong,nggak lihat orang baru bangun tidur dan masih bau iler.
“Iya,shalat ashar Nona.”
Hm...Cika menggaruk kepalanya yang nggak gatel.
“Shalat gue setahun dua kali.” Jawabnya cuek.
“Apa,setahun dua kali? Astagfirullah.”
“Eh,biarin dari pada seumur-umur nggak shalat.”
“Bangga bisa shalat setahun dua kali?” Albyan menatap tajam pada Cika yang di tatap jadi malu.
“Nggak,gue merasa berdosa kok jarang shalat tapi gue nggak pernah punya waktu.”
“Hm...sesibuk itukah hidup mu? Aku lihat kamu bukan orang sibuk malah bisa disebut pengangguran. Tapi jawabanmu tuh ringan banget,seperti nggak ada beban sudah meninggalkan kewajiban Tuhanmu.”
“Sorry Byan, mungkin kehidupan gue dan lo beda. Dalam artian lo dari kecil sudah didik dasar agama yang baik sedang ortu gue sibuk nggak pernah punya waktu untuk kerluarga. Jangankan agama untuk hal lainpun ortuku tak pernah punya waktu. Gue sebenarnya pingin jadi orang yang pintar agama tapi nggak tahu pada siapa gue harus belajar. Lingkungan hidup gue dari dulu kebanyakan penganut paham sekuler dan malah cenderung liberal.” Ujar Cika sedih.
“Oh,gitu.” Albyan jadi ikut prihatin juga. “Sekarang kamu mandi dulu lalu shalat,ini mukenanya. Selesai semuanya aku tunggu di ruang makan.”
“Siap pak komandan!”
Hm...tuh anak masih sempat-sempatnya juga bercanda. Albyan geleng-geleng kepala.
Akhirnya Cika Shalat juga dengan bacaan yang ingat-ingat lupa. Jujur dia jarang shalat dan yang di ucapkan pada Albyan tadi benar adanya,karena saking jarangnya shalat sehingga bisa di hitung. Shalat hanya untuk hari raya atau shalat ketika disuruh praktek di sekolah saat ujian peraktek dan terakhir shalat mungkin dilakukan saat ujian praktek ketika kelas tiga SMU beberapa tahun yang lalu, setelah itu bisa di hitung.
Hidup kenapa harus menuntunnya kemari, Cika benar-benar tidak mengerti. Bertemu dengan Albyan dan pasti dengan cowok itu bakal bakal banyak aturan-aturan yang harus di patuhi. Tapi masa bodo ah untuk sesaat ini karena nggak bakal selamanya tinggal disini,pikir Cika berusaha untuk tidak peduli.
Seperti yang di sarankan Albyan setelah selesai Shalat Cika lasngung memburu meja makan. Mengingat kata terakhir makan mendadak perutnya bernyanyi minta di isi.
Hup...yummy...mata Cika langsung melotot melihat meja makan penuh dengan makanan yang enak-enak bikin dia ngiler. Ada Sop buntut kesukaanya,omlet, bistik daging ayam,sambel goreng plus rendang daging sapi.
Ck...ck...gila makanan sekomplit ini siapa yang masakin. Disini kelihatannya nggak ada pembantu. Nggak mungkin rasanya kalau si Albyan yang masak,paling dia beli dari restoran atau rumah makan biasa. Ah,ngapain gue mesti nanya siapa yang masak yang jelas dia harus segera menuntaskan dendam laparnya. Cika segera menarik kursi dengan asal-asalan lalu duduk dengan sebelah kakinya di angkat keatas kursi dan dengan cuek memutar meja untuk memilih menu favoritnya. Semuanya sih favorit untuk Cika si hoby makan.
Ops...gila...Byan menggelengkan kepalanya demi melihat tingkah acak-acakan Cika. Nih anak pernah nggak sih belajar tentang etika kesopanan. Seperti anak yang tak pernah mengenal sekolahan. Masa sih gadis secantik dia nggak pernah kenal peradaban. Apa mungkin selama ini dia hidup di gunung?
“Kamu bisa nggak sih jadi cewek itu luwes dikit,santun dikit nggak acak-acakan seperti itu.” Albyan tak tahan juga untuk mengkritik kelakuan Cika yang acak-acakan.
“Maksudnya?” jawab Cika oon.
“Cara kamu ngambil kursi kok kasar gitu,kayak bukan cewek. Terus itu,masa kakimu diangkat keatas begitu. Apakah perbuatan seperti itu bagus? Pernah belajar tatakrama nggak sih?”
Hrhhh...rese banget cowok satu ini,apa-apa di koment padahal ini baru satu hari gimana kalau hidup bersamanya seumur hidup,batin Cika kesal.
“Emang kenapa?”
“Itu kebiasaan buruk,beruntung kamu begini pas sama aku, gimana kalau di depan orang-orang yang mengukur semuanya dari kpribadian,tingkah laku dan tutur kata. Sikap kamu tuh cuma bikin bahan tertawaan.”
“Bodo ah,aku lapar.” Cika segera menggigit paha ayam dengan ganasnya.
“Cika...!!” Albyan jengkel.
“Ih...kenapa sih usilan banget terhadap hidup orang? Nggak boleh juga lihat orang nafsu makan?” Cika bersungut-sungut.
“Kelakuan mutuh,nggak beres.”
“Gue sudah capek Byan,kalau harus melakukan segala sesuatu itu dengan angun-anggunan,princess-pricessan. Gue paling males kalau jalan,duduk,makan,ngomong ngambil sendok dan garpu harus pskai acara mellow-melowan kayak putri keraton gitulah. Itu Cuma bikin gue akan banyak kehilangan waktu dalam hidup ini,padahal dalam hidup ini masih banyak hal yang mesti di urusin. Jadi terserah gue dong kalau gue mau pakai aturan sendiri. Serba instat dan yang terpenting gue senang.”
“Tapi segala sesuatu harus ada aturannya dan harus terlihat menyenangkan,bukan tergesa-gesa. Kamu pernah diajarkan tentang etika kepribadiankan oleh orang tuamu?”
“Pernahlah. Orang tua sering mengajarkan hal-hal seperti yang lo ribetkan,tapi gue capek dan pingin jadi diri sendiri. Biarin orang memandang luaran gue acak-acakan yang penting dalaman gue baik. Menjadi Cika yang baik hati,suka menolong,tidak sombong dan rajin menabung hehe...”
Mendengar kalimat terakhir tak urung Albyan tertawa juga. Nie anak kocak juga meski kelakuannya acak-acakan. Tetapi ada sedikit lega mendengar keterangan cika,setidaknya gadis ini berasal dari keluarga baik-baik Cuma dia memang males ribet. Easy going bangetlah.
“Aturan yang menurut kamu bagus itu kan belun tentu bagus menurut orang lain Chika. Dan kamu nggak selamanya hidup dalam komunitas yang acak-acakan seperti kamu ini. Tapi kamu akan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki aturan sopan santun.”
“Itu soal gampang,gue juga kan bisa jaim dikit dengan memakai style Princess tapi berhubung sekarang bertemunya dengan kamu yang suka gunung jadi aturan yang kita pakai adalah aturan gunung.” Kelit Cika beralasan.
Dasar cewek gila! Albyan jadi pusing sendiri.
“Terserah kamulah, untuk kali ini aku kasih toleransi, tapi kalau besok masih kaya gini, terpaksa aku ambil langkah yang keras.”
“Dasar psikopat,kamu sakit jiwakan?”
“Yang sakit jiwa itu bukan aku tapi kamu,makanya perlu disembuhkan supaya aku nggak ikutan gila.” Jawab Albyan kalem tapi dalem.
“Tapi masih ada cara yang lebih baik bukan pemaksaan.”
“Cewek liar kayak kamu dengan cara sopan aja sudah nggak mempan, jadi harus dengan langkah keras dan tegas.”
“Sudah ah,capek. Gue lapar. Kalau lo coba-coba kasar ama gue,gue juga bakal balas bersikap kasar pada lo.”
Ihh...dasar cewek bandeeeel...nggak mempan di kasih masukan. Cuma bikin stress, tapi lumayan juga buat hiburan meski hiburannya berantem terus.
“Ya sudah terusin aja makannya.” Perintah Albyan males ribut.
“Nah gitu dong...” Cika tersenyum menang, dengan senang hati dia bisa menuntaskan hasrat laparnya dengan sabet sana- sini mengambil lauk yang ada di meja makan.
Ck...ck...gila ini cewek kayak nggak pernah makan setahun aja. Kerasukan Syetan apa dia,sampai makannya serakus itu. Tapi Albyan senang masakannya ada yang menikmati daripada nyisa,basi terus dibuang kan mubadzir.
“Eh...be-te-we...ini siapa yang masak?” Tanya Cika dengan mulut megap-megap karena kepenuhan makanan.
“Kalasu mau bicara tuntasin dulu makannya n’tar kamu keselek baru tahu rasa.”
“Iya...ya...” Cika segera menguyah makanannya.
“Emang kenapa gitu? Enak?” Albyan menatap Cika dengan perasaan senang.
“Lumayanlah. Apalagi kalau tiap hari di masakin yang enak-enak bikin gue betah.”
Hm...Cuma di bilang lumayan,nggak apa-apa deh,tapi kalau miara gadis serakus Cika Cuma bikin bangkrut. Hehe...
“Ini semuanya aku yang masak Cik...”
“What? Kamu...masa sih?” Cika tidak percaya.
“Emang harus cewek mulu yang harus pintar masak? Untuk urusan lapar terkadang cowok nggak bisa ngandelin cewek. Nggak mungkinkan kalau kita lapar ngandelin cewek terus? Kamu kaget ya aku bisa masak?”
“Nggak juga. Emang cowok sekarang sudah pada pinter urusan dapur kok. Kamu kayanya pantes kalau jadi juru masak dirumahku? Tapi tampangmu kelihatannya bukan orang yang pinter masak kalau ngabisin bisa jadi. Haha...”
Ih...pingin saja Byan menjitak kepala gadis itu tapi di urungkannya dia malah ikut tersenyum gadis ini kocak dan hangat tapi keras kepalanya bikin menyulut energi.
“Kamu sendiri nggak bisa masak ya?”
“Nggak banget gue belajar kayak gituan,kayak cewek aja.”
“Emangnya kamu bukan cewek gitu?”
“Ya gue kan ceweknya beda.”
“Coba jelaskan perbedaannya di mana?”
“Bedanya karena emang gue males.”
“ Itumah bukan beda tapi memang kamu cewek pemalas. Suatu hari kamu harus belajar masak.”
“Nggak,gue nggak mau turun kedapur mending beli dari pada harus ribet begitu.”
“HARUS...!!”
“NGGAK...!!”
“HARUS...!!”
“SUDAH DI BILANG NGGAK MAU!!” kembali mereka ribut lagi.
“Kamu ini perempuan yang suatu saat akan menjadi seorang istri dan ibu, kalau suatu saat suamimu minta di masakin gimana?”
“Tinggal beli di restoran,mudahkan?”
“Mending kalau kamu dapat suaminya yang kaya kalau miskin bagaimana?”
“Di usahain jangan yang miskin dapat jodohnya.”
“Hidup nggak selamanya ada di atas Cika, tapi kadang ada saatnya dibawah. Punya ilmu itu nggak berat kok, dan satu hal yang perlu kamu tahu cowok sekarang lebih suka cewek yang pintar dalam segala hal. Kalau kamu nggak bisa apa-apa paling di tinggalin.”
“Bodo...”
“Jangan begitu kalau di kasih tahu, kamu ini sudah dewasa bukan anak-anak lagi. Mestinya bersyukur kalau ada yang mau ngajarin.”
“Kalau tetap nggak mau...” Cika malah makin ngeyel.
“PAKSA...!!”
“Kalau masih tetap nolak?”
Arrgh...pingin saja Albyan mengacak rambut Cika yang emang sudah berantakan. Keras kepalanya nggak ketulungan,perang urat sarap pasti bakal sering terjadi. Oh..My God kenapa Tuhan menciptakan gadis sekeras ini.
“Aku capek ribut.” Ujar Albyan
“Sama...” jawab Cika cepat.
“Kalau gitu kamu bersihin meja makan ini dan angkut piring-piring dan gelas kotor ini ke dapur terus kamu cuci...” perintah Albyan.
“Enak aja, kamu anggap aku ini pembantu kamu!” Cika tidak terima dengan sikap Albyan yang berubah seperti pada seorang pembantu.
“Terus kamu anggap aku ini babu kamu, yang bisa seenaknya masakin buat kamu. Saling bekerja sama dong, jangan enak di kamu aja.”
Gleg...di gituin Cika nggak bisa membantah, malu sudah numpang di rumah orang di kasih makan gratis lagi. Jadi nggak mungkin jadi princess seperti di rumah sendiri, dengan terpaksa akhirnya dia patuh dengan perintah Albyan.
***
bersambung

NOVEL : MENJEMPUT CAHAYA (Bagian 1)

NOVEL
MENJEMPUT CAHAYA
BAGIAN SATU
Broken heart...
Mellow and cengeng banget kesannya,tapi itulah yang dirasakan Cika saat ini. Dunia seperti tak bersahabat,hari-hari yang berwarna berubah menjadi gelap dan sesak. Dimana ketegaran dan keceriaan yang pernah dimiliki,wajah itu kini mendung berkabut.
Angin gunung menemani kesendiriannya. Dia berlari ke gunung berharap semua bebannya menguap,bersama dengan luka di hatinya. Di Jakarta pasti orang-orang pada sedang mencarinya,tapi gadis itu berusaha untuk tidak peduli.
Namanya Cika Rahardian,sosok gadis cantik nan tomboy itu kini sedang terluka parah . Patah hati,mungkin itu penyakit yang di deritanya kini. Seumur hidup baru kali ini dia merasakan artinya jatuh cinta,dan gilanya dia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Raditya namanya,laki-laki yang kini sedang melangsungkan pernikahannya di sebuah hotel berbintang Jakarta.
Sudah lama Cika menyimpan perasaannya pada Radit,baginya Radit itu sangat equal tapi ternyata Radit lebih memilih Andina perempuan cantik nan anggun sesuai kriterianya.
Hm...sakit rasanya kalau ingat percakapan Radit dengan mamanya,saat itu dua bulan dia baru balik dari Cambrigde inggris selesi melanjutkan S1 nya disana. Seperti biasa dia suka berkunjung kerumah ortunya Radit yang sudah dianggapnya seperti keluarganya sendiri.
“Kamu yakin sayang ,bakal milih Andin sebagai pendamping hidupmu?” tanya Tante Wina pada Radit.
“Lho,kok mama belum yakin juga sih, kalau radit ini benar-benar serius sama Andin dan bentar lagiu mau nikah.”
“Hm...bukan gitu sayang,tapi dengan keputusanmu memilih Andin bakal ada sisi lain yang terluka.”
“Maksud Mama?”
“Cika ,sayang. Dari gerak-geriknya,dari sinar matanya mama menangkap ada sebuah sinyal kalau dia ada ketertarikan sama kamu.”
“Haha...Cika,Ma? Imposible,dia kan sahabatku, jadi nggak mungkin bisa falling love .Lagian kan Cika tahu hubunganku dengan Andin sudah kearah yang serius.”
“Iya Mama tahu,bertahun-tahu n kalian bersahabat,tapi tetap dia juga seorang gadis yang punya ketertarikan pada lawan jenis, dan Mama yakin dia jatuh cinta sama kamu.” Tegas Tante Wina meyakinkan putra semata wayangnya.
Hm...Radit namapak mikir berusaha mengulang kejadian saat-saat bersama Cika,sepertinya dia merasa nggak ada yang ganjil, kalau Cika perhatian wajar karena mereka sudah lama bersahabat atau dia tidak begitu pandai membaca perasaan seseoraang. Entahlah? Radit merasa nyaman bersahabat dengan Cika,Cika ya ng smart,sportif,care serta punya jiwa sosial yang tinggi. Mereka punya hoby yang sama,naik gunung,taekwondo,musik,nonton film bareng jadi punya banyak waktu menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi kalau sampai jatuh cinta rasa-rasanya?
“Tapi kan Ma,aku dan Cika itu lebih cocok jadi sahabat,kalau untuk menjadikannnya sebagai queen di rumah tangga rasanya impossible.” Radit geleng-geleng kepala.
“Imposiblenya?”
Radit menarik nafas,bingung harus menjelaskannya darimana?
“Untuk menjadikan Cika queen rasanya kurang cocok buat Radit,tapi kalau untuk menjadi sahabat Cika memang sangat menyenangkan. Untuk jadi pendamping hidup Radit butuh perempuan yang lembut,keibuan,pintar masak juga dandan bikin suami dan anak-anak betah tinggal di rumah. Aku sepulang kerja pasti capek dan butuh di sambut dengan senyuman yang hangat,butuh di support dan di motivasi, dan Andin bisa menjadi sosok ya ng sangat aku harapkan.”
“Cikapun bisa ,jika mau belajar.” Jelas Tante Wina.
Radit menggararuk-garuk kepalanya,confuse....
“Iya sih,tapi membutuhkan waktu. Mama tahu Cika itu smart,kadang aku aja kalah kalau debat sama dia,dalam prestasi dia suka lebih unggul dariku. Kalau dalam rumah tangga istri lebih pintar dari suami ini bisa jadi nggak sehat,dikit-dikit ribut Cuma masalah sepele. Aku butuh istri yang patuh pada suami,bukan semata-mata aku mau memperlakukan seenaknya tapi tahulah bagaimana cara berbakti pada seorang suami.
Cika juga nggak bisa masak dan rapih-rapih rumah,kebayangkan Ma, kalau aku punya istri yang nggak bisa urusan rumah tangga bisa-bisa emosiku tersulut melihat rumah yang berantakan,makan harus beli tiap hari. Aku tetap butuh figur istri yang punya sisi kewanitaan, bisa menghidakangkan masakan yang lezat untuk suami dan juga menata rumah dengan rapi. Dari pada memasak Cika lebih milih balapan di sentul atau lebih memilih bantu-bantu pamannya di bengkel mobil padahal secara ortunya lebih dari berkecukupan tapi dia masih betah nyari duit dengan nyervise mobil orang.
Dia juga sebagai seorang gadis tak pernah kelihatan dandan,cantik sih iya,semua orang mengakuinya tapi Cika nggak pernah peduli soal penampilan atau perawatan wajah. Ketimbang menghambur-hamburkan uang di salon dia lebih memilih menghabiskannya dengan mentraktir anak jalanan. Bagus sih,tapi tetap aku butuh istri yang pintar dandan untuk suaminya.” Jelas Radit panjang lebar.
“Jadi kalau Cika lembut,pintar masak,bisa ngurus rumah dan pintar dandan,kamu mau jadikan dia istri.”
“Ah,mama ini kalau bikin perbandingan rasanya terlalu sulit. Cika sangat menyenangkan untuk jadi sahabat nggak lebih,tapi kalau jadi istri mungkin akan lebih banyak ribut dan akan lebih banyak menyulut emosiku sedang tujuannya pernikahan itu untuk tenangkan,Ma?”
Mama menepuk bahu putranya.
bersahabat sampai kapanpun,bagaimanapun juga persabatan itu penting. Tak ada kan yang namanya bekas atau mantan sahabat? Cika ada sebelum Andin.”
“Thanks Ma,aku dan Cika akan fine-fine aja,dan Andin bisa welcome and friendly menerima sahabat-sahabatku.”
“Kalau begitu jadinya,Mama nggak worry melepas kalian. Cika bagi Mama sudah merasa ke anak sendiri.” Ujar tante Wina merasa tenang.
Cika yang menguping semua pembicaraan itu menerlan ludah pahit,ada rasa sakit merujit dadanya,jadi sejauh inikah pernikahan Radit terhadapnya yang menganggapnya tidak lebih sebagai gadis tomboy yang tidak bisa apa-apa,apalagi untuk menjadi seorang istri yang baik. Hm...dengan perlahan Cika meninggalkan tempat itu tanpa ada seorangpun yang tahu bshwa dirinya menguping semua pembicaraan ibu dan anak itu. Didalam Mobil Land Rovernya diam-diam Cika menangis.
“Jadi selama ini anggapan orang terhadapku begitu,bahwa aku tidak memiliki sisi kewanitaan,” jeritnya kesal.
Braaah... dia menendang batu yang ada di sisinya,dan batu sebesar batu bata itu menggelinding masuk kejurang.
“Radit brengsek,ternyata kamu bukan sahabat yang baik!” teriaknya geram dan penuh amarah. “Apakah memang aku tidak pantas untuk di cintai...!! Arghh...!!” setelah menumpahkan semua kekesalannya dia tergugui dalam tangis,menangisi hidupnya yang malang,menyalahkan dirinya yang bisa mencintai sahabatnya sendiri.
Sepi dan dinginnya angin gunung di senja hari memberikan aroma mistis,tapi gadis itu tak pernah mau peduli toih dia sudah terbiasa berada dalam suasana sunyi seperti ini,menyendiri melakuikan sebuah pendalkian.
“Menangislah untuk mengusir galau...meski hanya untuk sesaat...dan erharap kegelpan sirna...dan esok mentari datang menyambutmu...” tiba-tiba sebuah suara bernada puistis membahana membuyarkan kesedihannya. Untuk sesaat gadis itu terpaku,pikirannya memikirkan yang tidak-tidak. Di senjaini ada suara yang membacakan puisi tentang kesedihannya,hiyy...dia jadi merinding. Nggak mungkinkan seorang sastrawan nyasar ke gunung.
Back...dia berusaha untuk rasional dan mulai waspada. Suara itu berasal dari belakangnya, cikapun memutar kepalanya ke arah matahari terbenam dan disana tampak sosok tinggi menjulang berparas rupawan.
Oppss...Cika supraise,mungkin nggak sih dia seorang Pangeran yang dikirimkan Tuhan untuk menemani kesedihannya? Dan sang Pangeran itu perlahan berjalan mendekatinya,lalu duduk disampingnya.
“Sangat berbahaya untyuk seorang gadis berada disini sendirian.” Pangeran itu membuka percakapan.
“kalau kamu memang mau bernia t jahat kepadaku,aku sa ma sekali nggak takut.” Jawab Cika galak dan penuh ke waspaaan.
“aku Cuma mengingatkan Lady,sama sekali nggak punya niat untuk menjahatimu. Aku orang baik-baik yang punya hoby sama seperti kamu,mount climbing. Meski mungkin tujuan kita kesini berbeda.” Jawab pangeran itu pelan,dia sama sekali merasa nggak tersinggung.
“Where his different?”
“Kamu lari ke Mount ini ingin melarikan masalahmukan? Dan aklu kesini untuk hoby but ketahuilah nona meski kamu mati-matian untuk melupakan masalahmu dengan naik gunung,masalahmu tidak akan pernah selesai kalau kamu tidak menyelesaiksnnya.”
“Sok tahu...!!”
“But impact,aku pernah mengalami saat-saat transisi dalam kehidupan,Cuma dengan berfikir dan berjiwa besarlah aku bisa menghadapi semuanya.”
“Kamu datang kesini nggak punya tujuan untuk jadi penasehat aku kan?” tanya Cika sebal. So dia nggak suka dengan orang yang baru di kenalnya.
“Stay cool lady,kenalkan namaku Albyan...” cowok itu mengulurkan tangannya mengajak Cika bersalaman tapi Cika membiarkannya.
“Cika...” jawab Cika singkat.
“Hm...nama yang sangat lucu,” komentar Albyan.
Lucu...! mata Cika membola,enak aja!
Cowok itu malah tersenyum hangat.
“Namamu malah mengingatkanku pada kunang-kunang.”
“What? Enak aja nyamain gue dengan kunang-kunang!”
“Jangan tersinggung Nona,kunang-kunang itu bahasa sundanya Cika-cika,jadi nggak salah dong kalau namamu mengingatkanmu pada sosok kunang-kunang.”
Cika mengangkat bahu. “Of to you deh!”
“kamu baru di putusin pacar bukan? atau cowokmu lebih memilih wanita lain ketimbang kamu yang lebih mirif Body Guard. Cantik sih iya,tapi kalau style preman kaya gini tetap aja kelihatannya Body guardnya.”
Uhukkk...gila nyamain gue dengan Body Guard,SADIS! But it’s reallly...kenapa sih semua orang menilai gue gitu,Cika ngamuk-ngamuk tapi cukup dalam hati. Dia belum berniat untuk perang.
“Coba penampilan kamu sedikit-sedikit di make over, tampilkan sisi kepeminimannya. Kamu masih merasa perempuankan,bukan lesbi?”
Ih,dodol banget sih tuh orang,gini-gini juga gue masih normal,nggak suka sama sesama jenis. Pingin rasanya Cika nimpukin orang itu bersama orang sekampung,habis mulutnya sinis gitu. Belum tahu siapa Cika kalau sudah ngamuk,Macan abizzz....
Tapi Cika hari ini lagi males marah-marah,lagi males berdebat dari pada ngeladenin orang yang masih asing dia memilih bangkit sambil menggendong Carriernya menjauh dari tempat Albyan berada. Datang ke Gunung ini dia ingin menenangkan diri berharap hatinya sembuh meski hanya untuk sesaat. Masa bodo Radit mau marah karena tidak datang ke pesta pernikahannnya. Semoga saja mereka berbahagia meski tanpa kehadirannya.
***
Sebuah rumah mewah bergaya Victoria.
Seluruh penghuni Victoria palace itu gempar akibat kepergian Cika yang tanpa pamit,semua orang menyiratkan wajah worry and gloomy,baru kali ini mereka benar-benar merasa kehilangan sang putri. Biasanya di rumah tak pernah ada yang peduli kemanapun Cika pergi meski tak dibarengi sang pengawal,Cika sangat pemberani sosoknya sama persis dengan Mulan di film Huwa Mulan yang sepak terjangnya keren abiz dalam membela negara dan kisah cintanya yang tidak kesampaian sama persis dengan Cika saat ini,karena sosok yang sangat di cintainya lebih mermilih perempuan lain.
Ibu Cika yang dari tadi gelisah berjalan mondar-mandir.
“Gimana Ma,kita pergi sekarang?” Tanya Ardho atau lebih lengkapnya Richardho Rahardian kakak Cika.
Sang Ibu menarik nafas berat.
“Nggak tahu,kita harus jawab apa nanti,datang kesana tanpa Cika,pasti Tante Ari dan Radit bertanya-tanya.
“Tapi nggak mungkinkan kita nggak datang,seluruh alat komunikasi Cika di matikan. Jadi kita nggak bisa mengecek dia lagi dimana,” Ardo merasa bingung,dia nggak tahu kemana harus mencari adiknya.
Ah,baru kali ini dia merasa kehilangan adiknya,biasanya kalau ada Cika di rumah, mereka nggak pernah bisa akur. Ardo lebih sering mengkritik perform adiknya yang maskulin sedang Cika lebih banyak mendebat dirinya yang nggak bisa dewasa dan masih tergantung pada nyokap.
Ardo baru tahu kali ini kalau sang adik ternyata jatuh cinta pada sahabatnya sendiri,dan menyedihkannya dia harus broken heart. Kasihan banget,pasti ini sangat melukai hati Cika yang nggak gampang jatuh cinta.
“Coba kamu chek di Fbnya Do,dia pasti menulis sesuatu di statusnya,” titah sang ibu tiba-tiba punya ide seperti itu.
“Oh iya,ya.” Ardo seperti di ingatkan,dia segera membuka Black Berry-nya ada pesan masuk ke Fb Ardo dari cika
From : Chika
To: You

Jangan pernah cari aku,karena aku bakal baik-baik aja. Aku hanya ingin menenangkan diri,entah sampai kapan? Aku akan pulang bila sudah menginginkannya.
Ada sedikit lega dihati Ardo,kalau adiknya nggak nekad bunuh diri misalnya,padahal dari tadi dia sangat khawatir kalau adiknya bakal melakukan hal-hal yang sangat anarkis seperti merusak dirinya. Tapi masa iya sih,gadis se smart Cika melakukan hal-hal yang bodoh seperti ini meski bisa juga kalau dia emang depresi banget.
“Cika ingin menenangkan diri Ma,nggak bisa di ganggu,so kita berangkat sekarang. Kalau Radit dan Tante Ari nanyain biar Ardo yang jawab dan Mama tahu beres aja,ok ma.”
Mama mengangguk tak bersemangat,mengkhawatirkan putri satu-satunya itu. Selama ini dia jarang memperhatikan Cika karena sangat sibuk jadi wajar kalau Cika nggak bisa di atur.
***

JAWABAN TENTANG KERAGUAN

What up? Aku merasa gamang dengan pikiranku sendiri, mungkin aku sedang mengalami krisis agama saat ini. Banyak ideologi-ideologi baru berlesatan memenuhi neuron-neuron otaku, seperti rangkaian puzzle yang masih acak.

Trimologi agama aku mulai melakukan compart menurut borometer permikiranku. Antara konsep kristen, Atheis dan islam. Hm...yang terakhir mungkin masih menjadi target sasaran setelah pelarian ku dari Kristen agama orang tuaku yang banyak tidak masuk akal.

Tentang konsep trinitas yang tidak ada ujung pangkalnya, lalu penyaliban Yesus yang meragukan. Dalam Matius 27:46 di jelaskan “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eli, Eli lama sabaktani? Yang artinya Allahku, Allahku mengapa engkau meninggalkanku?” Membuat pikiranku yang kritis bertanya, mengapa Tuhan memakai kata kira-kira dalam wahyunya. Sangat irrasional.


Pilihanku adalah Atheis semata-mata tidak ingin terbebani dari rutinitas yang membosankan, dan ketidak masuk akalan dengan agama orang tuaku.
Aku terpengaruh ddengan teori Karl Mark bahwa agama adalah tipuan sejarah sedangkan yang membangun kehidupan dan menyempurnakannya adalah berbagai kondisi sosial, kemudian mereka terus mengklaim manusialah yang menciptakan agama di saat dia tidak mampu menciptakan kekuatan luar.

Sebuah Filsuf komunisme yang membuat pikiranku berubah mengikuti alur pemikiran Karl Mark meski hanya di katakan sosialis amatiran bukan atheis sejati. Terlalu banyak doktrin-doktrin yang membuatku bingung.


Aku boleh saja terpengaruh Teori Karl Mark tapi tidak dengan teori Evolusi Darwin kalau manusia berasal dari kera sama saja itu penghinaan pada titik terendah manusia yang memiliki stadium kecerdasan yang lebih di bandingkan kera. Harus disamakan secara genitas dan empiris epidemik. Imposible bangetkan? Jika manusia berasal dari kera mengapa komunitas kera itu sendiri tidak mampu mengikuti peradaban manusia yang setiap waktunya terus melakukan perubahan. Tapi, jika Darwin dan keturunannya memiliki mental dan moral kera, mungkin saja bahwa dia termasuk salah satu keturunan kera berwujud manusia yang di abadikan sejarah.

Teori Nietzsche pun terlalu kontradiksi nyanyian paradoks yang menunjukan ketidak masuk akalannya. Bahwa manusia tidak lain rentangan antara kera dan spiderman. Itu cerita dongeng anak-anak pengantar tidur. Jangan-jangan Nietzsche perngagum berat spiderman.
Lantas apakah aku adem saja dengan atheisku? Hm...hatiku masih di liputi resah yang membuncah. Pergolakan batin itu mungkin. Dari segi ilmiah selalu mengalami postulat atau dalil yang selalu berubah.


Konsep sosialisme selalu mengaitkan dengan kapitalisme, feodalisme dan ekploitasi terhadap orang lain.

Revolusi Bolshevik, 1917 banyak kekejaman disana yang di ciptakan pemerintah komunis. Atheis akhirnya bukan sebuah pilihan. Itu hanya sebagai pelarian dari proses kematangan berpikir untuk mencari sebuah kebenaran yang aku rindukan. So, aku benci dengan pertumpahan darah yang telah dilakukan komunis di berbagai belahan bumi.

Muther dan Futher pun tidak setuju dengan pilihan Atheisku. Sebagai penganut kristen yang tidak terlalu taat, keluargaku cukup demokratis terhadap anak-anaknya. Semua diberikan kebebasan untuk menganut agama manapun, tapi no atheis.


“Di manapun manusia hidup mereka pasti butuh Tuhan. Agama tidak baik di jadikan sebagai sebuah pelarian, tapi agama akan terasa memberikan kedamaian ketika di jadikan sebuah pegangan bagi penganutnya. Hidup tanpa agama bagai mobil tanpa rem.” Jelas muther ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang Atheis.

“Tak apa-apa kan Ma, sekedar mencari pengalaman dalam mencari kebenaran. Anggap saja ini adalah petualangan yang sangat mengasyikan seperti saat aku melakukan petualangn di hutan Amazon, mengagumi keindahn Piramida Carstenz atau menyusuri sungai Siane dengan Gandola. Ah...ternyata sebagai gadis yang terlahir di Swiss, selain suka melakukan petualangan untuk menikmati keindahan semesta, aku juga senang melakukan petualangan agama.

Membaca sejarah, pikiranku jadi tersintesis kemasa lalu ,berpetualang ke zaman yang tak pernah aku alami. Ada di zaman Romawi, Persia dan Yunani. Kalau aku hidup di zaman Romawi tentu aku akan menjadi pujaan Julius Caesar, Cleopatra pengaruhnya akan tergeser. Khayalan tingkat tinggi.

Berbicara tentang sejarah, membuat pikiranku berubah tidak meneruskan pendidikan di Universitas Geneva, terlalu berat dengan rumus-rumus kedokteran, praktikum-praktikum yang membuat aku lelah. Aku pindah jurusan mengambil jurusan sejarah, meskipun kembali harus menyakiti perasaan orang tuaku.

Aku terlarut dalam pemikiran yang terjadi di zaman masa lalu, sampai aku menemukan muaranya, sehingga kepercayaan pada teori Karl Mark pun menguap.

Aku kagum dengan sejarah manusia yang lahir di Arab, prophet Muhamad. Manusia yang menurutku sangat luar biasa. Kesuksesannya dalam dua puluh dua tahun menyebarkan agama Tuhan menuai keberhasilan sampai tersebar keseluruh penjuru dunia. Sangat menakjubkan dalam sejarah manusia mendapatkan kesuksesan dalam waktu sesingkat itu.

Serperti siapa Muhamad itu? Seperti apa agamanya? Aku mulai menerka-nerka. Aku mulai tertarik dan mulai banyak mencari banyak informasi tentangnya.
It miracle, banyak sesuatu yang menarik dan membuat ku terpesona akan ajaran Muuhamad itu. Tidak terlalu mengada-ngada.


Prosesku mengabur tentang alam yang terjadi secara kebetulan tanpa ada unsur campur tangan pencipta Nya yang menyatukan seluruh mahluk di alam ini seperti yang dulu selalu aku agungkan dari ajaran sosialis.

Muther dan Futher benar jika manusia sangat membutuhkan Tuhan, karena sifat manusia itu terbatas. Tapi mereka salah jika aku mengalami kedangkalan berpikir hasil dari kehidupan sekularisme yang selalu menuhankan scientific,  banyak berbicara hasil tanpa menjelaskan prosesnya.
Akhirnya untuk sementara waktu aku menerbangkan sayapku untuk meninggalkan Zurich. Demi impianku memastikan hasil sejarah yang aku baca tentang Mekah, Madinah menafak tilas jejak perjuangan Muhamad di awal menebarkan risalah islam nya. Mengabdikan moment terindah di sana. Sangat beruntung aku terlahir dari keluarga demokratis sehingga tidak memiliki hambatan dalam mencapai apa yang aku inginkan.

Mereka orang tuaku cuma geleng-geleng kepala saat melihat semangatku yang semuanya harus di buktikan dengan sebuah petualangan. Bagiku semuanya sangat butuh untuk di buktikan bukan sekedar rekayasa sejarah . Dan akupun ingin menepis buruk pandangan islam di mata dunia. Mengapa agama itu selalu di kaitkan dengan teroris yang selalu erat dengan cap kekerasan padahal Muhamd tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian saat menyebarkan agamanya.
Tentu saja aku tertarik pada islam bukan sebagai oportunitis dari ideologi yang tidak terpecahkan. Tetap saja aku membutuhkan bahan-bahan lainnya dengan melakukan riset pustaka, perenungan dan juga melakukan diskusi-diskusi dengan orang islam itu sendiri. Barulah pikiranku terbuka dan mulai tertarik pada islam, dan yakin inilah agama yang aku cari, yang mampu memberikanku rasa damai.

Di jurusan sejarah aku memiliki teman dari Turki yang bernama Aisyah dan Farhan dari Indonesia mereka sangat membantu proses pencarianku.

Ketertarikanku pada islam akhirnya mereka menyuruhku untuk mengambil langkah mengambil insiatif tentang pilihan keyakinanku. maka akupun mengucapkan kalimah agung bersyahadat di Islamic center Zuruich tenang mengisi kisi-kisi hatiku di saksikan teman-temanku seiman.
Alhamdulillah kini aku dapat hidayah, islam telah menerangi jiwaku. Keraguanku sirna seiring dengan pencarian yang telah aku dapatkan. Dan impianku berkunjung ke rumah Allah pun terlaksana. Aku menangis di Baitullah, berziarah ke makam Rasulullah, betapa sederhananya makam beliau  padahal beliau seorang pemimpin besar islam. Dan melihat tempat kelahiran Rasul dan tempat-tempat memulai perjuangannya, membuatku semakin cinta pada islam. [ selesai ]

Terinspirasi setelah membaca buku teori Karl Mark dan Ghawizul Fikr.