Subscribe Us

PERAN WANITA DI PERADABAN KAPITALISME



Wanita adalah tolak ukur majunya sebuah peradaban bangsa karena wanita adalah madrasah utama yang tugasnya mempersiapkn generasi yang cerdas secara intelektual dan berkualitas secara ahlak. Dan wanita-wanita yang mampu memiliki peran seperti ini hanya ketika sistem negara menerapkan sistem syariah. Memang tidak bisa  di pungkiri di era kapitalis pun ada sebagian wanita yang mampu berperan menghasilkan generasi yang bagus tapi tidak merata. Mereka yang benar-benar memiliki pemahaman agama yang bagus serta visioner hinga mampu melahirkan SDM yang benar-benar berkualitas dan tidak sedikit di dukung dengan perekonomian yang menunjang. Karena kita nggak bisa menutup mata bahwa pendididikan yang berkualitas saat ini tergolong mahal. Tidak mampu di jangkau oleh kelas bawah.
Di era kapitalis perempuan tidak lebih sebagai komoditas  yang kontribusinya harus menghasilkan uang. Kesetaraan gender yang di capai pun adalah kesetaraan yang bersipat ekonomi semata. Ketika mereka berlomba-lomba untuk menaiki posisi penting yang di dominasi laki-laki akhirnya yang terjadi wanita rawan dengan pelecahan seksual. Bagaimanapun juga wanita itu ada izzah dan iffah yang mesti di jaga. Islam tidak melarang wanita untuk bekerja di luar rumah selama niatnya baik untuk membantu  suaminya. Namun ada hal-hal yang musti di perhatikan. Jangan sampai keluarga terbelangkai dan pendidikan serta perhatian terhadap anak-anak tetap terurus.
Wanita dalam peradaban islam memiliki peranan yang sangat luas bahkan pendapatnya di dengar oleh negara  sebagaimana halnya yang terjadi di masa Rasulullah dan generasi para sahabat. Mesti kedudukannya di rumah tapi pahalanya setara dengan jihad fisabilillah. Wanita berhak untuk cerdas bukankah wanita selain pendidik utama generasi adalah penasehat para pemimpin di keluarganya.  Tanpa penasehat yang bijak rumah tangga akan tergoyahkan bila menghadapi problematika rumah tangga. Kita berkaca pada sejarah bagai mana setianya seorang istri seperti Bunda Khadijah yang mampu meredam ketakutan di saat Rasulullah bertemu malaikat Jibril di Gua Hiro. Bunda Khadijahpun selalu ada di samping Rasul saat Islam mulai di kenalkan pada penduduk Mekah. Dan kita tahu sendiri bagaimana reaksi penduduk Mekah saat itu yang sangat menentang perjuangan rasulullah.  Peran sang istri tercinta itu adalah penguat perjuangan nya. Banyak lagi cerita shabiyah-shabiyah lainnya yang mampu jadi penghapal hadist, para pejuang-pejuang di medan pertempuran.  Dan mereka bisa seperti itu karena islam mampu menjaga eksistensi mereka.
Apa era kapitalis mampu menjujung tinggi derajat perempuan pada posisi yang sangat mulia? Kita bisa melihatnya sendiri dan membandingkannya dengan peran wanita di zaman rasul. Jangan katakan itu sebuah perbandingan yang kuno. Justru islam menjaga perempuan sepanjang Zaman. Tuntutanan manusia yang tidak akan pernah menyesatkan jika wanita itu sendiri tetap berpegang teguh pada qur’an dan sunnah nya. Era kapitalis justru menyengsarakan perempuan pada umumnya. Wanita di paksa bekerja untuk memenuhi tuntutan keluarganya. Mereka bekerja di tempat-tempat yang rawan dengan pelecehan seksual, terkadang mereka harus pulang malam tanpa di dampingi muhrimnya. Tak jarang kasus perkosaan terjadi menimpa wanita. Belum lagi tugas di keluarga dia di tuntut jadi figur sempurna tapi karena konskwensi bekerja tak jarang tugas pendididkan keluarga terabaikan. Anak di serahkan pada pembantu dan pada sekolah yang ruang lingkup pembelajarannya tidak memfokuskan pada pembinaan ahlak. Maka jangan salahkan anak ketika mereka liar dan sulit untuk di kendalikan karena peran orang tua, khususnya Ibu tidak memiliki waktu untuk mendidik anak-anak dan membinanya dengan mental tauhid.
Sebenarnya orang tua juga tidak bisa sepenuhnya di salahkan seratus persen karena memang negara tidak mampu menjamin kesejahtraan rakyatnya yang membuat rakyat harus berjuang sendiri untuk pemenuhan hidupnya. Menuntut wanita untuk berkeliaran di luar rumah dan pekerjaan laki-laki yang di semakin persulit. Andai negara sendiri memikirkan tentang majunya sebuah generasi berada di tangan wanita, dari jauh hari dia sudah memposisikan wanita di tempat-tempat yang aman dengan bekerja sebagai pendidik, bidan, dokter ruang lingkup yang memang benar-benar sangat di butuhkan oleh para ummahat.
Masih banyak lagi peradaban kapitalis yang merugikan kaum perempuan meskipun kaum feminis tak lelah menyuarakan kesetaraan gender. Tapi apa yang di hasilkan perjuangan para feminis? Apakah nasib perempuan menjadi lebih baik? Tidak, kita bisa lihat sendiri hasilnya. Dimana tingkat penceraiaan semakin tinggi karena masalah perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga juga bisa jadi karena masalah ekonomi. Berapa banyak wanita yang menjadi korban perkosaan perharinya belum yang nyawanya melayang akibat korban kekerasan, dan semakin banyaknya wanita yang terpaksa melacurkan diri karena tuntutan ekonomi begitu juga dengan semakin banyaknya wanita yang berbondong-bondong bekerja ke luar negari akibat kesulitan ekonomi. Di luar negripun tak sedikit para wanita ini mendapatkan siksaan fisik yang begitu hebat, alih-alih mau memperbaiki kehidupan eekonomi keluarga yang di dapat justru penganiyaaan, pemerkosaan dan gajih tidak di bayar. Apakah negara peduli pada masalah seperti ini? Mereka seakan menutup mata dengan realita yang ada karena saking banyaknya kasus negara yang harus di tuntaskan. Sementara ketika khilafah itu masih ada rentan sekali terjadi kasus-kasus seperti ini terjadi . Karena negara memang peduli pada ke tentraman rakyatnya.
                                     
Negara juga tidak menjamin generasi bangsanya cerdas secara ahlak dan intelektual. Hal ini bisa di lihat dari kesenjangan pendididkan yang begitu lebar. Pendidikan yang benar-benar berkualitas hanya bisa di rasakan oleh kalangan menengah ke atas, akibat di terapkannya sistem libelarisasi pendidikan, di mana pendidikan di kuasai oleh pihak swasta sehingga biaya pendidikan semakin mahal. Dan pendidikan semahal itupun belum memberikan jaminan generasi bangsa ini cerdas secara ahlak. Generasi ini bisa menghasilkan generasi yang berkualitas dalam segala hal ketika negara menjujung tinggi harkat martabat perempuan,yang memiliki tugas utama sebagai ummu warobatul Bait dan madrasah utama untuk mendidik anak-anaknya. ***

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini