BAGIAN TIGA
Rumah terasa sepi tanpa ada Albyan tak ada perdebatan dan percekcokan lagi meributkan hal-hal yang menurut Cika sangat sepele tapi bagi Albyan itu adalah suatu hal yang tidak baik apalagi bagi seorang perempuan. Hari ini Albyan sedang pergi keluar kota katany ada urusan yang sangat penting.
Bagi Cika kepergian Albyan ada ruginya juga sebab dia nggak bisa makan yang enak-enak. Albyankan pinter banget masaknya. Meskipun di kulkas banyak persediaan mentah buat di masak tapi sayang Cika sama sekali nggak bisa masak.
Duuh...kapan sih si Albyan pulang,kalau dia nggak pulang gue bisa kelaparan disini, ceracau Cika dalam hati.
Tiba-tiba Hpnya berbunyi...dari Albyan mata Cika langsung berbinar senang.
“Hallo Byan,kamu dimana? Lagi ngapain? Kapan pulang?” berondongnya.
“Wa’alaikum salam...gitu dong jawabnya,kalau nanya satu-satu.” Ujar Albyan sabar.
“Hehe...sorry lupa...”
“Lupa karena kangen sama aku ya?”
“Enak aja,nggak bakalan aku kangen sama kamu. Tiap ketemu berantem,bikin bete!”
“Ah..masa, bukannya ada aku kamu senang?”
“Kangen apanya coba,kamu tuh nggak di dunia nyata or maya sukanya ngajak ribut terusss...”
“Eh,kamu itu jangan suka kegeeran ya,ada aku senang karena ada yang masakin. Kamu kan paling ijo kalau lihat makanan.”
“Hehe..iya sih,sekarang aja aku lagi kelaparan. Makanya cepetan kamu pulang.”
“Belajar dong jangan maunya dimasakin terus,kamu bisanya masak apa sih?”
“Masak air dan mie doang.”
“Itumah anak TK juga bisa, terus hal-hal perempuan yang kamu bisa itu apa?”
“Ehm...apa ya, main barbie kali .” jawab Cika asal.
“Ha...ha..” Albyan tertawa keras.
“Eh, ngapain lo ketawa...?”
“Kamu tuh lucu,emang masih pantes segede gitu main barbie?”
“Masa bodo ah,” Cika ngambek.
“Cup...cup...jangan marah ah, ntar kamu tambah jelek. Kamu sudah makan belum Cika?”
“Makan apa? Di kulkas Cuma ada sosis,baso, daging sama brokoli. Masa gue harus makan mentahnya.”
“Ah,kamu emang cewek payah.”
“Enak aja kamu bilang gue payah.”
“Lha,emang kenyataannya begitukan? Kamu nggak bisa urusan wanita makanya payah.”
Arghhh...Cika geram.
“Kalau gitu kamu cari makan aja di luar,uang yang aku kasih masih cukupkan? Jangan sampai kamu nggak makan ntar malah sakit.”
“Thank on you care Byan.” Cika merasa terharu dengan perhatian Albyan
“Your welcome Chika, sudah dulu ya aku sibuk. Hati-hati di rumah.” Pesan Albyan sebelum menutup pembicaraannya.
Albyan meski lo cerewet dan suka ngatur gue, tapi lo baik dan care. Gue beruntung banget punya teman kayak lo, batin Cika.
Benar-benar bete hari ini kemana ya? Aha...sudah lama gue nggak buka Fb semenjak kabur dari rumah pasti orang-orang pada linglung dan si Radit pasti marah karena dirinya tidak datang ke pesta pernikahannya. Cika segera berlari ke ruang perpustakaan yang di lengkapi fasilitas komputer.
Cika menulis beberapa kalimat di statusnya
Yups...some time the life is very sad, but my lord send a best friend...setelah selesai menulis di statusnya dia membuka Inbox message ada banyak pesan yang masuk dan ada pesan dari radit Cika segera membukanya.
Tanpa judul
Dari : Radit
Pada: Anda
Cika aku nggak ngira kamu bisa setega itu nggak datang ke pesta pernikahanku. Sekian tahun kita bersahabat,kemana-mana selalu bersama tapi pas di hari bahagiaku kamu nggak datang. Coba jelaskan ada apa, apakah ada yang membuat dirimu terluka karena ulahku yang aku sendiri tak menyadarinya. Kakakmu bilang kamu ada kepentingan yang nggak bisa di tunda, tapi aku tahu kamu Cika kamu biasanya sangat perhatian dan rela menunda kepentinganmu demi seorang sahabat. Aku sudah menganggapmu bagian dari keluargaku sendiri tapi mana bukti kamu jika masih menganggap aku sahabat. Aku kecewa sama kamu Cika...kedatangan kamu itu sangat berarti untuku begitupun bagi keluargaku.
Hm...Cika nampak berpikir keras bagaimana dia harus ngasih jawaban ke Radit. Balas atau tidak dia menimbang-nimbang. Akhirnya Cikapun membalasnya.
From You
To Raditya
Sorry aku nggak bisa datang tapi saat itu aku dapat trouble waktu pendakian dan harus dirawat di RS. Beruntung ada sesama pendaki yang menolongku dan merawatku. Suatu saat aku pasti datang mengunjungimu dan berkenalan dengan Andin lebih dekat. Kamu mau percaya atau tidak dengan apa yang aku tulis bagiku nggak apa-apa tapi memang inilah kenyataannya. Kamu pasti sudah tahu tentang hidupku yang nggak bisa dipisahkan dengan petualangan menaklukan gunung-gunung.
Cika merasa lega setelah membalas pesan dari Radytia setelah itu dia segera menutup Fbnya. Tiba-tiba dia jadi kangen kerumah. Kangen pada Mama dan Bang Ardo, apakah mereka sekarang sedang mencarinya. Ah...tapi dari dulu juga mereka tak pernah khawatir meski nggak pulang seminggu dan nggak ada komunikasi sebab Mama percaya karena mungkin dulu dia pernah memyabet gelar taekwondo tingkat provinsi jadi di mata keluarga dirinya bisa menjaga diri dengan baik.
***
Ardo terlihat uring-uringan, semenjak adiknya mingat dari rumah seminggu yang lalu dia nggak punya teman debat, nggak ada lagi saling kritik-mengkritik. Di meja makanpun terasa membosankan jika makan tanpa Cika, biasanya dia paling senang mengomentari kerakusan adiknya yang paling ribut kalau lihat makanan di meja makan bikin Mama dan Papa godeg melihat kegembulan putrinya yang seperti tidak pernah di kasih makan 1 minggu. Tapi anehnya meski dia doyan makan tubuhnya tetap cungkring tak pernah melar.
“Kamu rakus banget sih Cik, jadi cewek. Bikin bangkrut kalau aku punya cewek kayak kamu.”
“Biariiin, dari pada kelaperan kan mending banyak makan biar sehat.” Jawabnya cuek.
“Tapi kelakuan mu itu bikin malu-maluin kalau di tempat yang ramai. Nggak di rumah,nggak di warung makan pasti rakus kayak orang kelaperan. Jadi cewek lembutan dikit kek, sekali-kali dandan kek, jangan bau terus kayak gembel.”
“Bodo...”
“Hrgh...dasar keras kepala, susah kalau ngomong sama gadis berwatak batu.”
“Yang penting nggak jadi anak manja kayak kamu, kan masih mendingan aku yang jarang minta bantuan nyokap dan bokap.”
Cika dimanakah kau dik, aku kangen banget sama kamu, guman Ardho dalam hati.
Ternyata sebuah kebersamaan akan terasa indah dan di kenang bila salah satunya pergi.
Bersambung
Rumah terasa sepi tanpa ada Albyan tak ada perdebatan dan percekcokan lagi meributkan hal-hal yang menurut Cika sangat sepele tapi bagi Albyan itu adalah suatu hal yang tidak baik apalagi bagi seorang perempuan. Hari ini Albyan sedang pergi keluar kota katany ada urusan yang sangat penting.
Bagi Cika kepergian Albyan ada ruginya juga sebab dia nggak bisa makan yang enak-enak. Albyankan pinter banget masaknya. Meskipun di kulkas banyak persediaan mentah buat di masak tapi sayang Cika sama sekali nggak bisa masak.
Duuh...kapan sih si Albyan pulang,kalau dia nggak pulang gue bisa kelaparan disini, ceracau Cika dalam hati.
Tiba-tiba Hpnya berbunyi...dari Albyan mata Cika langsung berbinar senang.
“Hallo Byan,kamu dimana? Lagi ngapain? Kapan pulang?” berondongnya.
“Wa’alaikum salam...gitu dong jawabnya,kalau nanya satu-satu.” Ujar Albyan sabar.
“Hehe...sorry lupa...”
“Lupa karena kangen sama aku ya?”
“Enak aja,nggak bakalan aku kangen sama kamu. Tiap ketemu berantem,bikin bete!”
“Ah..masa, bukannya ada aku kamu senang?”
“Kangen apanya coba,kamu tuh nggak di dunia nyata or maya sukanya ngajak ribut terusss...”
“Eh,kamu itu jangan suka kegeeran ya,ada aku senang karena ada yang masakin. Kamu kan paling ijo kalau lihat makanan.”
“Hehe..iya sih,sekarang aja aku lagi kelaparan. Makanya cepetan kamu pulang.”
“Belajar dong jangan maunya dimasakin terus,kamu bisanya masak apa sih?”
“Masak air dan mie doang.”
“Itumah anak TK juga bisa, terus hal-hal perempuan yang kamu bisa itu apa?”
“Ehm...apa ya, main barbie kali .” jawab Cika asal.
“Ha...ha..” Albyan tertawa keras.
“Eh, ngapain lo ketawa...?”
“Kamu tuh lucu,emang masih pantes segede gitu main barbie?”
“Masa bodo ah,” Cika ngambek.
“Cup...cup...jangan marah ah, ntar kamu tambah jelek. Kamu sudah makan belum Cika?”
“Makan apa? Di kulkas Cuma ada sosis,baso, daging sama brokoli. Masa gue harus makan mentahnya.”
“Ah,kamu emang cewek payah.”
“Enak aja kamu bilang gue payah.”
“Lha,emang kenyataannya begitukan? Kamu nggak bisa urusan wanita makanya payah.”
Arghhh...Cika geram.
“Kalau gitu kamu cari makan aja di luar,uang yang aku kasih masih cukupkan? Jangan sampai kamu nggak makan ntar malah sakit.”
“Thank on you care Byan.” Cika merasa terharu dengan perhatian Albyan
“Your welcome Chika, sudah dulu ya aku sibuk. Hati-hati di rumah.” Pesan Albyan sebelum menutup pembicaraannya.
Albyan meski lo cerewet dan suka ngatur gue, tapi lo baik dan care. Gue beruntung banget punya teman kayak lo, batin Cika.
Benar-benar bete hari ini kemana ya? Aha...sudah lama gue nggak buka Fb semenjak kabur dari rumah pasti orang-orang pada linglung dan si Radit pasti marah karena dirinya tidak datang ke pesta pernikahannya. Cika segera berlari ke ruang perpustakaan yang di lengkapi fasilitas komputer.
Cika menulis beberapa kalimat di statusnya
Yups...some time the life is very sad, but my lord send a best friend...setelah selesai menulis di statusnya dia membuka Inbox message ada banyak pesan yang masuk dan ada pesan dari radit Cika segera membukanya.
Tanpa judul
Dari : Radit
Pada: Anda
Cika aku nggak ngira kamu bisa setega itu nggak datang ke pesta pernikahanku. Sekian tahun kita bersahabat,kemana-mana selalu bersama tapi pas di hari bahagiaku kamu nggak datang. Coba jelaskan ada apa, apakah ada yang membuat dirimu terluka karena ulahku yang aku sendiri tak menyadarinya. Kakakmu bilang kamu ada kepentingan yang nggak bisa di tunda, tapi aku tahu kamu Cika kamu biasanya sangat perhatian dan rela menunda kepentinganmu demi seorang sahabat. Aku sudah menganggapmu bagian dari keluargaku sendiri tapi mana bukti kamu jika masih menganggap aku sahabat. Aku kecewa sama kamu Cika...kedatangan kamu itu sangat berarti untuku begitupun bagi keluargaku.
Hm...Cika nampak berpikir keras bagaimana dia harus ngasih jawaban ke Radit. Balas atau tidak dia menimbang-nimbang. Akhirnya Cikapun membalasnya.
From You
To Raditya
Sorry aku nggak bisa datang tapi saat itu aku dapat trouble waktu pendakian dan harus dirawat di RS. Beruntung ada sesama pendaki yang menolongku dan merawatku. Suatu saat aku pasti datang mengunjungimu dan berkenalan dengan Andin lebih dekat. Kamu mau percaya atau tidak dengan apa yang aku tulis bagiku nggak apa-apa tapi memang inilah kenyataannya. Kamu pasti sudah tahu tentang hidupku yang nggak bisa dipisahkan dengan petualangan menaklukan gunung-gunung.
Cika merasa lega setelah membalas pesan dari Radytia setelah itu dia segera menutup Fbnya. Tiba-tiba dia jadi kangen kerumah. Kangen pada Mama dan Bang Ardo, apakah mereka sekarang sedang mencarinya. Ah...tapi dari dulu juga mereka tak pernah khawatir meski nggak pulang seminggu dan nggak ada komunikasi sebab Mama percaya karena mungkin dulu dia pernah memyabet gelar taekwondo tingkat provinsi jadi di mata keluarga dirinya bisa menjaga diri dengan baik.
***
Ardo terlihat uring-uringan, semenjak adiknya mingat dari rumah seminggu yang lalu dia nggak punya teman debat, nggak ada lagi saling kritik-mengkritik. Di meja makanpun terasa membosankan jika makan tanpa Cika, biasanya dia paling senang mengomentari kerakusan adiknya yang paling ribut kalau lihat makanan di meja makan bikin Mama dan Papa godeg melihat kegembulan putrinya yang seperti tidak pernah di kasih makan 1 minggu. Tapi anehnya meski dia doyan makan tubuhnya tetap cungkring tak pernah melar.
“Kamu rakus banget sih Cik, jadi cewek. Bikin bangkrut kalau aku punya cewek kayak kamu.”
“Biariiin, dari pada kelaperan kan mending banyak makan biar sehat.” Jawabnya cuek.
“Tapi kelakuan mu itu bikin malu-maluin kalau di tempat yang ramai. Nggak di rumah,nggak di warung makan pasti rakus kayak orang kelaperan. Jadi cewek lembutan dikit kek, sekali-kali dandan kek, jangan bau terus kayak gembel.”
“Bodo...”
“Hrgh...dasar keras kepala, susah kalau ngomong sama gadis berwatak batu.”
“Yang penting nggak jadi anak manja kayak kamu, kan masih mendingan aku yang jarang minta bantuan nyokap dan bokap.”
Cika dimanakah kau dik, aku kangen banget sama kamu, guman Ardho dalam hati.
Ternyata sebuah kebersamaan akan terasa indah dan di kenang bila salah satunya pergi.
Bersambung