Subscribe Us

MENJADI ORANG PALING BAHAGIA


Kebahagiaan seseorang itu sangat relatif. Ada yang mengukur kebahagiaan dari istri cantik, anak-anak yang lucu menggemaskan serta harta melimpah ruah, dan itu adalah versi kebanyakan orang. Ada yang bahagia karena memiliki aktivitas yang padat. Dia mobile kesana-kemari tanpa pernah mengenal kata lelah. Hidupnya sangat optimis, energik dan cerdas dalam membaca peluang. Baginya tidak boleh ada kesempatan baik untuk disia-siakan. Tipe seperti ini sangat bagus, mereka kebanyakan memiliki level pemikiran kelas menengah keatas. Biasanya mereka adalah kalangan intelektual dan sangat visioner. Ada juga yang mengukur kebahagiaannya dengan mendedikasikan hidupnya untuk perbaikan ummat. Aktivitas dunia dan akhirat mereka sangat ballance. Bagi mereka menyia-menyiakan waktu hidup adalah kerugiaan. Management waktunya sangat baik. Punya konsep hidup yang lebih jelas, sangat detail, dan segala sesuatu yang dilakukan tidak boleh melenceng dari Syari'ah. Totalitas dalam segala aktivitasnya. Biasanya mereka adalah golongan yang mustanir, level berpikirnya cemerlang. Anda ada di level berpikir yang mana?

IKLAN DAN FEMINISME

Satu-satunya iklan partai pemilu yang nggak jelas visi-misinya ya, PSI. Partai yang di usung anak muda dengan jargon "udah…udah…udah". Padahal untuk membuat iklan apalagi jam tayangnya sering muncul dilayat TV, pasti membutuhkan dana yang nggak sedikit. Tapi, mungkin tujuannya supaya mudah diingat atau karakter peradaban bangsa memang sudah sangat alay. Lihat aja isi content youtube, yang sangat di gandrungi remaja saat ini, bisa dapat like and  subcribe, itu youtube yang alay dan anehnya dapat penghargaan. Tapi, yang isi contennya motivasi, bisa mencerdaskan, dapat ribuan yang nonton juga sudah bersyukur.
So mundurnya sebuah peradaban itu bisa  dilihat kualitas rakyatnya, dan kualitas pemudanya. Sebuah negri yang maju, rakyatnya memiliki pemikiran level 4 dan  kontribusi pemudanya juga luar biasa untuk mencapai perubahan.

GENERASI EMAS AKAN TERCAPAI KETIKA KURIKULUM BERLANDASKAN Al-QUR'AN

Indonesia adalah negara yang sangat hobi dengan perubahan kurikulum. KTSP belum sempurna sudah diganti lagi dengan kurikulum tiga belas. Hasilnya bukan berubah menjadi lebih baik, tapi makin amburadul.
Kurikulum yang sangat jauh dari islam ini, membuat generasi yang dihasilkan kehilangan arah. Sekolah  sulit sekali menghasilkan generasi expert, akibat terlalu banyaknya pelajaran yang dibebankan pada siswa. Dan mereka juga tidak paham akan menjadi apa cita-citanya nanti. Mengalir seperti air, itu adalah motto mereka.

Sinopsis Novel Adrea

Diantara banyaknya perempuan yang mengejarnya hanya Adrea yang mungkin tak pernah menatapnya. Dari semenjak SMU, kuliah bahkan kini ketika Yoga sudah menjadi seorang CEO terkenal dari sebuah perusahaan ternama. Dan seolah semesta terus mempertemukan dirinya dengan gadis tomboy tersebut. Mereka hanya terpisah beberapa tahun, itupun ketika keduanya melanjutkan kuliah ke luar negri saat melanjutkan S2nya. Adrea ke Sidney dan Yoga ke UCLA.

MENGAJARKAN ANAK TENTANG RASA SYUKUR


Dalam hidup banyak yang diinginkan oleh kita, termasuk oleh anak-anak kita. Mereka ingin mainan baru seprti teman-temannya. Menginginkan nonton film terbaru atau rekreasi ketempat keren atau jalan-jalan ke LN. Ketika ada uang mungkin nggak apa-apa, toh sesekali ini aja. Lagian anak-anak juga butuh refreshing diantara seabreg aktifitas. Mereka sekolah sampai jam 3 siang untuk yang di swasta, ditambah sorenya harus ngaji dan malamnya harus les ditambah hafalan Qur'an, misalkan. 

ULAMA HARUSNYA MENJADI PENGONTROL PENGUASA

Akhir-akhir Ini banyak sekali ulama di Indonesia yang merapat ke penguasa demi mendapat lapis legit yang bernama Jabatan. Akhirnya kewibaan ulama pun tergerus karena di stell untuk mendukung kemauan si penguasa itu sendiri.

Cinta di Atas Bara >> 5

Amir mengepalkan tangannya. Sejak mendengar Umi Aisyah masuk rumah sakit, ingin sekali ia memukul Sayid simanusia tak berguna itu. Dia lebih memilih perempuan nggak jelas dibanding ibu yang sudah bertarung dengan nyawa dan membesarkannya dengan penuh cinta. Kadang tak habis pikir dia manusia atau bukan? Semua Ibu yang waras di dunia tak akan rela melihat anaknya menikah dengan orang yang berbeda akidah.
Hati Amir sangat miris menatap wanita yang sangat dicintainya terbaring lemah tak berdaya. Umi Aisyah meskipun bukan ibu kandungnya, tapi dari tubuh rapuh itu Amir merasakan kasih sayang yang berlimpah. Membersamai Amir dan Sayid tumbuh bersama dengan pengasuhan terbaik. Karena Ibu Amir sudah meninggal setelah melahirkannya. Jika Sayyid ada dihadapannya ingin saja ia memukulinya sampai babak belur. Hanya laki-laki sampah yang lebih memilih wanita belum jelas jadi jodohnya dibandingkan Ibunya sendiri. Bukankah Alqomah sahabat Rasulullah pun tidak mampu mengucap kalimat thoyibah diakhir hayatnya hanya karena terlalu mencintai istrinya. Anak laki-laki adalah milik ibunya maka perlakuan terhadap ibu harus lebih diutamakan.
"Kenapa anak itu melukai umi, Amir? Sedangkan kamu yang tidak terlahir dari rahim umi memperlakukan umi dengan baik." ujar Umi Aisyah perih.
"Ini ujian umi, meski rasanya menyakitkan kita harus menerima apa yang sudah Allah gariskan. Dia sudah dewasa, tanggung jawab umi dalam mendidiknya sudah selesai. Ketika Sayyid memilih jalan lain berarti sudah siap mempertanggung jawabkan semuanya. Umi harus sehat, karena masih banyak umat yang membutuhkan bimbingan umi." ujar Amir lembut sambil mengusap tangan Umi lembut.
"Tapi umi rasanya belum rela. Apa yang dilakukan Sayid pada keluarga teramat sangat menyakitkan."  ujar Umi dengan mata berkaca.
Melihat umi menangis, Amir merasa terluka. Jika wanita mulia ini, seperti Ibunya Malim Kundang, mungkin anak durhaka itu sudah dikutuk jadi batu. Seorang Ibu yang membagi apapun untuk anaknya, meskipun disaat sakit atau letih meraja, tapi inikah balasannya. Seorang Ibu yang selalu menangis ditiap sujudnya, hanya semata meminta anaknya tetap dijalan kebaikan  inikah balasan yang diterima. Bahkan sang Ibu menangis dalam sujud malamnya, meminta yang terbaik buat masa depan anaknya. Tapi terkadang anak selalu tak tau diri. Setiap anak yang cinta pada orang tua ketika ditanya tentang pengorbanan orang tua, pasti dia tidak akan mampu berkata-kata dan air mata selalu menjadi jawaban cintanya. Sayid sungguh lelaki yang sangat tega. Sebegitu kuatkah racun cinta terhadap lawan jenis memalingkan hatinya dari kebenaran.

"Umi adalah perempuan hebat yang Allah uji seberat ini, karena Dia sangat mencintaimu." Amir mencium tangan umi Aisyah lembut.
Mata umi makin meleleh. Sungguh ini kelembutan seorang anak laki-laki yang selalu didamba para orang tua ketika anaknya sudah beranjak dewasa. Cintanya, perhatiannya begitu besar dibanding anak yang lahir dari rahimnya. Dia tidak pernah mau orang tuanya terluka. Dan dia yang paling marah pada Sayid ketika laki-laki itu menyakiti  hati ibunya.
Amir mengusap air mata ibunya dengan penuh sayang. Hatinya merasa sakit melihat ibunya menangis.
" Nak, jangan pernah kamu meninggalkan umi, setelah kehilangan Sayid, Umi tidak ingin kehilangan anak umi lagi."
Dada Amir terasa sesak mendengar permintaan wanita yang sudah memberinya banyak cinta.
"Tidak akan umi, Amir akan menemani dan menjaga umi sampai maut memisahkan kita. Seorang anak laki-laki adalah milik Ibunya. Maka apapun yang Amir lakukan semua harus mendapat restu umi." ujar Amir dengan mata berkaca.
Ya Allah….mungkin engkau mengujiku dengan cobaan yang begitu berat. Tapi, engkau masih memberikan aku anak laki-laki yang jauh lebih baik,batin Umi Aisyah.
 ***

Pesantren Al-Mujahid yang terlihat megah dari luar masih ramai dengan segala aktivitasnya. Meskipun anak sang pemilik pesantren telah mencoreng noda yang begitu besar tapi tak menyurutkan aktivitas dakwah didalamnya. Kepercayaan mayarakat pun belum memudar. Karena masyarakat bisa menilai dengan objektif. Bahwa keimanan tidak bisa diwariskan dari seorang ayah yang bertakwa. Bahkan  Rasulullah dalam hadistnya mengatakan, bahwa diakhir zaman umat islam banyak yang beriman dipagi hari dan pada sore harinya kaffir. Dan seorang Abdullah bin Qosimi ulama sekelas Ibnu Taimiyah yang lahir Arab Saudi bisa meninggal dalam keadaan Atheis.
Keistiqhomahan manusia dalam memegang Dien-Nya tak pernah ada yang tau sampai kapan? Sulit diprediksi. Maka yang harus senantiasa diminta pada Allah terus ditetapkan dalam menggenggam agamanya. Seorang anak manusia ketika keluar dari sebuah jama'ah berjalan dalam kesendirian maka terputuslah kebaiakan dan dia seperti domba yang tersesat siap dimangsa para srigala lapar.
Di pesantren putri tampak kegalaun menerpa Aqilah.  Semenjak Sayid lebih memilih perempuan Eropa, wajah gadis cantik itu mendadak sendu. Pernikahannya terancam dibatalkan. Rasanya begitu berat menerima ujian ini. Dulu mereka dijodohkan oleh abinya Sayid sebelum laki-laki itu pergi melanjutkan magisternya. Dan keluarga mereka sepakat sepulang Sayid menyelesaikan pendidikannya maka pernikahan akan dilangsungkan.
Sudah lama Aqilah mengagumi Sayid. Sosok lelaki ideal yang diimpikan setiap perempuan untuk menjadi imam dalam hidupnya. Diam-diam dia selalu menyebutkan satu nama tersebut dalam untaian doanya. Tapi kini, semua yang diharapkan luluh lantak. Jika Sayid tidak mau menikahinya karena memilih gadis yang lebih baik,  masih seakidah, mungkin ia masih bisa mentolerir meski rasanya sama akan menyakitkan. Ketika Sayid memilih menggadaikan akidahnya hanya untuk perempuan lain dengan menyakiti keluarganya terlalu dalam, ini jauh lebih menyakitkan.
" Allah pasti punya rencana terindah untukmu Teh, meski Kang Sayid meninggalkan teteh." ujar Syaira lembut menghapus kegalauan seseorang yang sudah dianggap kakak dalam hidupnya."
Aqilah berusaha tersenyum meskipun kaku. Semua orang menasehatinya untuk bersabar. Sabar itu hanya mudah diucapkan oleh orang yang tidak merasakan, tapi coba berada diposisi yang sama, rasanya itu nggak semudah yang diucapkan.
"Makasih, dek. Teteh nggak tau harus bersedih atau bersyukur dengan kejadian ini. Sedih mungkin karena pernikahan terancam batal, dan bersyukur karena ternyata laki-laki itu bukan yang terbaik buat teteh. Tapi sudahlah nggak usah dibahas lagi." ujar Aqilah berusaha tegar, dan hari ini ia segera bersiap untuk ke kampus menjadi Asisten dosen adalah pekerjaan yang sedang dijalani satu tahun terakhir ini.
Syairapun ikut bersiap untuk pergi ke kampus yang sama dengan Aqilah. Bedanya dia masih bersetatus sebagai mahasiswi.
Keduanyapun berangkat dalam diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. []






HATI YANG TERPAUT RINDU

Abka tersenyum mengingat kejadian menjelang subuh tadi. Gadis itu cukup terkejut melihat dirinya ada dipesantren yang sama. Jujur melihat penampilan gadis itu yang rapi dengan jilbab lebarnya terlihat lebih anggun dan sangat menarik. Jauh berbeda ketika dia masih memakai pakaian kebesarannya saat masih menjadi pengcara yang belum menutup aurat. Cantik sih, tapi lebih cantik setelah berhijab.

AGAR ANAK TAK PERNAH MENINGGALKAN SALAT

Memiliki anak yang tidak pernah meninggalkan salat tentu menjadi impian setiap keluarga muslim. Dan salat adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Salat juga bagian dari tiang agama. Jika tiangnya keropos seperti dimakan rayap, maka keropos juga jiwanya.
Kita terkadang menginginkan anak segera menunaikan salat, tapi kita sendiri tidak pernah memberikan contoh yang baik. Bahkan untuk pendidikan paling dasar yaitu mengajarkan tata cara solat dan membaca Al-Qur'an yang benar, harus orang lain yang mengajarkannya. Kemana saja ayah dan bunda selama ini? Apakah sudah setua itu masih awam dalam persoalan agama? Tidak pernahkah meluangkan waktu untuk belajar agama, agar bisa jadi orang tua yang bisa mengajarkan anak-anak sendiri masalah agama. Jika Bunda adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya sedangkan ayah adalah pemimpin. Maka rumah diibaratkan sebuah sekolah, dan ayah memegang peran sebagai kepala sekolah. Sudah seharusnya anak-anak bisa mengaji dan membaca Al-Qur'an menjadi tugas kedua orang tuanya. Karena itu pendidikan yang paling dasar.

Sudahkah Kita Mengajari Anak Tentang Adab?

Islam adalah agama yang sangat sempurna. Dalam segala hal selalu ada-adabnya. Ada adab saat makan seperti apa, adab kepada orang yang lebih tua, adab menuntut ilmu dan adab lainnya. Yang akan saya bahas adalah adab menuntut ilmu. Jika ingin lebih faham bisa membaca kitab karangan ulama besar Syek Burhan Al- Islam Al- Zurnuji dengan judul kitabnya Ta'lim muta'aliim. Didalam kitab ini dibahas tentang adab-adab dalam menuntut ilmu.

Ulama zaman dahulu sangat menekankan pendidikan adab pada murid-muridnya sebelum mereka menuntut ilmu. Bahkan ada yang sampai 20 tahun mereka mempelajari adab sedangkan dalam mempelajari itu sendiri  hanya beberapa tahun. Kenapa adab penting? Karena ilmu akan berkah ketika adab sudah merasuki jiwa anak-anak kita. Keberkahan bukan terletak karena sukses dengan banyak uang. Tetapi, dia memiliki kontribusi buat perbaikan umat dan karya-karyanya dikenang sejarah. Kita bisa ambil contoh ulama Imam Madzhab. Ada Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Hanafi. Mereka saat ini sudah wafat, tapi karya mereka di bidang Fiqih masih jadi rujukan para ulama, di ajarkan di pesantren dan sekolah-sekolah. Dan pahala terus mengalir pada ulama 4 madzhab tersebut. Nah, inilah yang dinamakan berkahnya sebuah ilmu. Meski sudah tidak ada di dunia, tapi pahalanya terus mengalir.

Saat ini adab memang terabaikan dari dunia pendidikan. Usia 3-4 tahun anak sudah di jejali untuk belajar nulis, baca dan ngitung. Ikut dikursuskan juga. Padahal mereka belum saatnya belajar hal-hal seperti ini. Usia seperti itu harusnya ajarkan tentang mari'fatullah dengan bahasa sederhana, dan menggunakan media lingkungan sekitar. Tapi ya, karena hari ini kiblat pendidikan adalah barat maka semuanya terpaksa di jejalkan pada anak yang kondisinya belum siap, otaknya belum sempurna. Rasulullah mengajarkan salat pada anak-anak itu dimulai dari usia 7 tahun karena otaknya sudah mampu menerima pembelajaran. Di usia ini juga anak harus segera  di pisah tempat tidurnya. Dan di usis 10 tahun anak tidak sholat itu harus dipukul atau dikasih hukuman. Itu aturan islam yang menganjurkan.

Ayah, Bunda hari ini kerusakan generasi kita luar biasa miris. Apakah ayah dan bunda pernah mendengar seorang anak berlaku tidak sopan pada gurunya, beritanya sampai viral dimedia sosial. Yang lebih menyesakan kalau sampai memukul gurunya sampai tewas. Siapa yang salah disini? Mereka adalah anak kita. Tidak diajarkankah dirumah bagaimana cara menghormati gurunya? Tidak diajarkankah adab dalam kesehariannya? Mungkin itu salah kita, yang salah mendidiknya. Penuh caci dan makian, juga pukulan sehingga meninggalkan dendam pada jiwanya yang rapuh. Ataukah kita terlalu banyak membelanya, meskipun dia salah dan juga terlalu memanjakannya. Memang pendidikanpun bisa saja disalahkan, dengan orientasi pendidikan hanya mengejar nilai semata, ruang lingkup pendidikan jauh dari figur teladan. Sehingga urgensi mendidik itu sendiri terabaikan karena dikejar target kurikulum dan guru sangat disibukan dengan administrasi-administrasi yang tidak penting.

Ada sekolah yang benar-benar ramah buat anak. Membentuk saksiyah islam yang baik, dan penuh dengan tsaqofah islam. Mencetak generasi unggul yang berbudi luhur dengan guru yang sudah melalui tahap pembinaan islam. Tapi, harga yang ditawarkan cukup mahal. Kenapa harus mahal? Karena ketika pendidikan semua diserahkan pada swasta, maka tidak ada lagi harga yang murah. Membangun sekolah unggul dengan guru berkualitas pasti butuh modal besar. Dan nggak mungkin harga sebuah ilmu dibayar dengan harga yang murah.

Adab mendapatkan posisi yang terpenting dalam menuntut ilmu seperti yang dikatakan oleh Abu Zakariya An Anbari rahimahullah :

علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).

Yusuf bin Al Husain rahimahullah mengatakan:

بالأدب تفهم العلم

“Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).

Sehingga belajar ada sangat penting bagi orang yang mau menuntut ilmu syar’i. Oleh karena itulah Imam Malik rahimahullah mengatakan:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])

Dalam menuntut ilmu, mendatangi tempat guru itu jauh lebih baik. Selain Allah memudahkan jalan ke Surga bagi para penuntut ilmu. Ada banyak pahala yang kita dapatkan? Setiap langkah kita bernilai pahala. Belum keberkahan dari silaturahmi, serta keberkahan dari sebuah ilmu yang kita pelajari. Selain itu malaikatpun turut mendoakan kita. Jadi janganlah bermalas-malasan saat pergi mencari ilmu.

Ketika adab menjadi penghias diri dalam menuntut ilmu,  maka Insyaallah ilmu yang kita pelajari akan berkah, dan bermamfaat untuk orang lain. Semoga kita dan keturunan kita menjadi orang yang sangat memuliakan ilmu dengan memuliakan guru kita. Dan adab menjadi hal yang paling utama untuk dipelajari sebelum menuntut ilmu. []