Santi
dan Yoga sudah kembali bersatu. Mereka kini sedang belajar menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah, warahmah. Yoga juga tak segan untuk belajar agama pada
istrinya.
“Bukankah Papa bisa memanggil ustadz untuk belajar ngaji?”
“Gimana
ya?” Yoga pura-pura mikir. “Bukankah bidadariku juga sangat pintar tentang agama jadi apa salahnya
kalau...” Yoga melirik Santi yang wajahnya tersipu malu.
Yoga tersenyum” Mama kok jadi ge-er gitu sih?”
“Hiih
siapa yang ge-er?”
Santi cemberut sambil mencubit lengan Yoga.
“Addaw.... sakit Ma.”
“Rasain!”
“ Mama
malah tambah cantik kalau lagi marah.” Goda Yoga.
“Papa, Alif lapar.” teriak Alif yang selesai main komputer.
“Kok
bilangnya sama papa, kan ada mama.” Yoga mengkerutkan keningnya.
“Alif
pengen dimasakin papa lagi, yakan ma?” Alif minta persetujuan mamanya.
“Betul,
papa yang masak. Sambil nunggu salesai
papa masak, mama temenin Alif belajar,
gimana?”
“Setuju...” Alif mengangkat kedua
ibu jarinya.
“Yah...
itu namanya licik. Masa Papa sendirian ditanam di dapur dan kalian enak-enakan
belajar.” Protes Yoga.
“Terus
papa maunya gimana?” Tanya Alif
“Semua
turun ke dapur, bantu papa.”
Alif
memangdang mamanya.
“Bolehlah.’
Santi memandang Yoga, yang dipandang tersenyum penuh cinta.
Kelurga
mereka sudah kembali normal.
“Kita
bikin apa, pa?’ Tanya Alif.
“Spageti...”
“Ha... emang papa bisa?” Tanya Alif
“Chiep dilawan.”
“Uh...
sombong, awas lho kalau ngak enak.” Ancam Santi pura-pura marah.
“Tapi kalau rasanya enak. Mama mau kasih papa apa?” Yoga memandang
istrinya.
“Apa ya?” Santi menggaruk jilbab sambil
memandang Alif minta pendapat.
“Mama sini deh...” Alif kasih
tahu. Alif mendekatkan mulutnya ke kuping mamanya sambil berbisik pelan.
“Anak mama sudah pintar.” Puji Santi
“Nah
lho, pada mulai main rahasia-rahasiaan kan?” Ayo kalian pada ngomongin papa
kan?”
Yoga pura-pura marah.
“Nggak, kita Cuma bilang hadiah yang bakal
dikasih ke Papa.” Jelas Alif.
“Apa hadiahnya?”
“Ya... bukan sekarang dong, Papanya aja
belum selesai masak.”
“Ok...ok... sekarang Alif dan mama bantuin
papa masak ya?”
Yoga
jadi sibuk sendiri mempersiapkan bahan-bahan yang sudah dibelinya untuk membuat
spageti. Santi dan Alif lebih banyak memperhatikan dari pada membantu. Akhirnya
spageti itu jadi juga dan sudah terhidang di meja.
“Gimana
rasanya, enak kan?”
“Ehm...
gimana ya?” Santi dan Alif saling pandang. Sedang yoga sudah dag dig dug plas. Kalu nggak enak kan nggak bisa dapat hadiah. “Enak...!” jawab mereka berbarengan.
“Sekarang hadiahnya mana?” Tagih Yoga.
Alif bangkit dari duduknya diikuti Santi.
“Papa selamat ulang tahun, ya.” Alif meraih
tangan papanya dan menciumnya.
“Apa?” Yoga seperti diingatkan dengan hari
spesialnya.
“Iya,
inikan hari ulang tahun papa. Semoga panjang umur ya, ini hadiah buat papa.” Alif memberikan kertas putih yang
masih digulung dan dihiasi pita warna-warni. Disusul Santi yang mengucapkan
selamat ulang tahun sambil mencium kening suaminya dan memberikan kado yang
terbungkus rapih.
“Alhamdulillah.” Mata Yoga semakin berkaca atas kebahagiaan
dari Allah yang tak pernah terduga. Nikmat apalagi yang akan kau dustakan? Yoga
memeluk istri dan anaknya dalam rengkuhannya. Mereka adalah pelita hidupnya yang
menjadikan dirinya kembali berwarna setelah lama tersia-sia.
“Papa boleh buka kan?”
“Yang Alif dulu pa?”
Yoga segera memenuhi permintaan Alif.
Kadonya sebuah puisi karyanya sendiri, judulnya merengkuh syurga.
Terimakasih ya Allah
Atas segala nikmat
Yang telah kau beri pada kami
Kebersamaan mama dan papa
Adalah kebahagiannku
Yang tak terlukiskan
Ya Allah jadikanlah
Kami selalu ada dalam kedamaian
Untuk merengkuh surgamu
20 juni 2006
I Love u,
Papa.
“Gimana,
Pa?”
“Bagus, papa nggak
nyangka Alif sudah pintar buat puisi, pasti diajari mama kan?”
“Tentu
mama Alif kan jempolan, Alif juga mau jadi penulis. Sekarang kado dari mama
dibuka dong pa, Alif juga mau lihat.” Alif merayu papanya.
Yoga
pun segera membuka kado dari istrinya, sebuah novel dengan judul ‘Merajut Bening Cinta’ Yoga terharu dengan
perhatian mereka.
Padahal....
begitu banyak kesalahan yang telah diberikan pada mereka.
“Terimakasih, mama dan Alif pasti
sudah mempersiapkannya dengan susah payah.” Yoga terharu dan matanya
berkaca-kaca.
“Papa kok nangis sih?”
“Karena papa benar-benar bahagia memiliki kalian.” Ujar Yoga sambil
kembali memeluk mereka dalam pelukan sayang.
Alhamdulillah novel karya pertama yang di tulis semasa lagi gila-gilanya semangat menulis bisa di posting ke blog dengan utuh mudah-mudahan ke depannya aku punya semangat menulis yang lebih gila lagi setelah lama vakum menulis.
BalasHapusLuar biasa,
BalasHapusUntuk seorang pemula bagi saya novel ini sudah bagus terus berkarya ya mba
BalasHapus