Subscribe Us

MALIKA # Chapter 12


"Kalian mau kemana?" tanya Bang Ramdhan yang baru pulang dari Car Free Day sekalian lari. Keringat nampak membasahi wajahnya, tapi tetap aja cakep mirip Patrick Schwarzenegger cuma sayangnya dia terlalu cuek. Jangankan mikirin rumah tangga pacaran aja belum pernah.

MALIKA # Chapter 8

Sabtu yang cerah. Biasanya aktivitas Malika di hari Sabtu adalah mengajar anak-anak di rumah singgah, setelah dari sana ia akan ikut komunitas kajian islam. Dan itu rutinitas yang sangat di senanginya dalam mengisi waktu luang. Dia jarang ikut nongki-nongki cantik sambil menghabiskan waktu nggak jelas. Pernah  sesekali sama sahabat-sahabatnya. Tapi itupun lebih banyak ke aktipitas naik gunung. Sekarang setelah ke tiga sahabatnya sibuk, ia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama anak-anak yang kurang beruntung. Bersama mereka ada kebahagiaan yang tak bisa di bayar oleh apapun.

Malika sudah menyiapkan banyak makanan untuk di bawa ke rumah singgah, serta buku-buku bacaan. Menurutnya meski anak-anak itu nasibnya terbuang dari keluarga yang seharusnya memberikan kasih sayang yang berlimpah, tapi mereka tak boleh kehilangan impian dan harapan. Buku-buku adalah motivasi mereka untuk meraih mimpi. Dalam memintal asa manusia tidak boleh kalah oleh keadaan.


Banyak orang sukses di dunia ini memulai dari keluarga yang mungkin dipandang orang lain sebelah mata. Namun impian dan kerja kerasnya tidak membuat mereka menyerah pada keadaan. Roman Abramovich,  Li Kha Sing, Jack Ma, Colonel Harland Sanders adalah contoh orang sukses yang pantas untuk di tiru dari perjuangan dan sikap pantang menyerahnya. Dan hal ini yang harus di ajarkan pada anak-anak yaitu memotivasi, dan menggembleng mental mereka agar tangguh.

Setelah merapikan apa yang akan dibawa, Malika keluar menemui Tante Dinar yang asyik bikin kursteek.

"Tante hari ini Malika izin ke rumah singgah, lanjut ke ikut kajian. Janji nggak pulang telat lagi."

Tante Dinar melirik keponakannya yang sudah rapi.

"Tadinya Tante mau ngenalin kamu sama anak teman Tante. Dia dokter lulusan Jerman. Tapi sudahlah kalau kamu mau pergi. Mungkin kapan-kapan ketemuannya." jelas Tante Dinar enteng. Sementara Malika sudah tegang.

"Aku nggak mau di jodoh-jodohin, Tan." ujar Malika kesal. Sampai kapan ia akan terbebas dari teror perjodohin ini. Sudah tiga kali gagal. Dan ia males banget bertemu cowok yang ngebanggain apa yang di milikinya.

"Kamu sudah tua, ingat itu."

Ckk…males banget jika di bilang tua.

"Aku masih tiga tahun lagi menuju tiga puluh, dan masih kelihatan kayak ABG tujuh belas tahun. Dua tujuh itu hanya angka Tante, dan kita jangan terfokus pada angka."

" Tante dulu usia dua-dua sudah di pinang sama paman kamu. Ingat perempuan itu makin tua makin beresiko. Mending kelapa makin tua makin bersantan. Apa susahnya sih kenalan dulu, tante lihat anaknya teman tante itu baik, sopan dan sayang sama ibunya. Laki-laki seperti itu yang layak dijadikan pendamping."

"Aku berangkat Tan," Malika merasa males kalau tantenya sudah menyinggung tentang jodoh.

"Kamu ini, tante belum selesai bicara."

"Lain kali aja sambung lagi, Tan. Sekarang aku harus pergi."
Ya udah hati-hati. Dan jangan pulang di atas jam tujuh malam." pesan Tante Dinar.

Malika mengangguk dan mencium tangan tantenya. Hari ini ia bisa lega tidak ada duo kembar yang selalu mengekorinya. Mereka sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri.
~••~
Di kelilingi oleh anak-anak yang ceria  hati Malika menghangat. Di sini ia menjadi sosok yang di butuhkan. Mengajari mereka membaca, berhitung dan bercerita banyak hal yang memotivasi itu adalah  yang menyenangkan.

"Kakak, Abbas bin Firnas itu siapa?" Tanya Budi yang rasa ingin tahunya sangat besar. Usianya masih tujuh tahun belum begitu lancar membaca.

"Abas bin Firnas adalah seorang ilmuwan islam di masa pemerintahan Khilafah Usmani. Dia seorang ulama  yang sangat taat sama Allah. Kesolehan dan kecerdasannya mengantarkan dia menjadi seorang
Penemu pertama yang menciptakan pesawat terbang."

"Seperti Pak Habibi? " Tanya Abdul antusias.

"Ya seperti Pak Habibi. Tapi Abas bin Firnas adalah orang muslim pertama di dunia yang menciptakan pesawat terbang. Meskipun saat itu belum sempurna pesawatnya. Masih dalam tahap uji coba. Jadi anak-anak jika kita ingin jadi orang yang hebat harus bertakwa dulu pada Allah. Dan jangan lupa rajin belajarnya."

"Aku ingin seperti Abbas bin Firnas." kata Budi sambil meluncurkan pesawat yang terbuat dari kertas.

" Abdul mau seperti Ibnu Sina, karena Abdul ingin jadi dokter."

"Aku mau jadi Kholid bin Walid….Umar bin Khatab…Ibnu Rusdy…..Al-Kharizmi." sambung anak lain.

Malika tersenyum cerah melihat banyak harapan di mata jernih mereka. Anak-anak memang harus di motivasi dengan cerita yang mendidik. Dan islam memiliki banyak sekali figur yang bisa di jadika teladan. Bukan superman, iron man, power rangers atau pahlawan yang berasal dari tokoh fiksi.

"Anak-anak mari kita makan dulu. Kak Malika banyak bawa makanan enak hari ini."

"Asyik…kita makan…kita makan." ujar anak-anak ceria.

"Ok, kalian seperti biasa yang tertib ya…semuanya Insya Allah pada kebagian."

"Ok, kak…." ujar mereka serempak.

"Jangan lupa berdo'a dulu."

Makan dengan ayam fillet crispy, capcay, tempe orek dan sambel terasi terasa begitu nikmat jika dimakan bersama-sama.

Selesai makan dan melanjutkan obrolan seru bersama anak-anak. Malika pamit.

"Anak-anak, Kak Malika pamit pulang dulu ya?"

"Tapi Kak Malika harus sering-sering kesini ya, kita Kangen." ujar anak-anak.

"Iya nanti kakak akan rajin kesini kalau lagi nggak banyak pekerjaan dan bisa pulang cepat. Nanti kita liburan bareng jalan-jalan ke kebun binatang atau berenang."

"Yeay jalan-jalan." teriak anak-anak senang.

Setelah pamitan sama anak-anak, Malika pamitan pada sesama teman-teman volunteer yang lain. Hari ini ia ada rencana ke toko buku sebentar di lanjutkan ikut kajian. []


Kemarin sangat kelelahan jadihanya hanya bisa melanjutkan sedikit. Dan pagi-pagi berusaha untuk nambahin kekurangannya dan lanjut bagian berikutnya. Nggak nyangka banget sudah mau chapter sembilan. Alhamdulillah fokus untuk nulis sebulan tanpa jeda hari sudah memasuki ke dua puluh lima hari. Biasanya saya menulis tergantung maunya aja. Tapi sekarang akan berusaha untuk fokus. Meski nyari ide menulis itu susah banget.

MALIKA # Chapter 7


Jika ada wanita yang ingin di hindari oleh Malika dalam hidupnya saat ini, ya wanita rubah itu. Wanita yang sekarang sedang berbelanja bersama anak perempuannya di super market tempat dirinya juga berbelanja yang tidak jauh dari kantornya. Melihatnya kembali mengingatkannya pada luka yang terjadi di saat usianya masih belasan tahun.

MALIKA # Chapter 3

Malika melirik jam tangannya, sudah cukup malam ketika dia keluar dari Kafe. Selesai mengikuti kajian dari rumah Mbak Fauziyah, tadi dia mengobrol dulu dengan Aisyah di sebuah kafe, membicarakan tentang keinginanya menutup aurat secara sempurna, namun ia terkadang masih ragu. Malika merogoh hapenya yang ada di saku celana. Ada 20 miscall tertera di layar. Yang pasti itu semua dari abangnya, si kembar, paman Yuda dan Tante Dinar. Mereka selalu khawatir kalau Malika tidak sampai rumah tepat waktu. Maklum dia adalah perempuan satu-satunya di rumah yang masih gadis.

Gadis itu sama sekali tidak berniat membalas sms atau telephon dari mereka. Sekali-kali ia ingin merasa bebas dari ketakutan mereka yang selalu mengkhawatirkannya. Usianya sudah memasuki 27, tapi dirumah masih saja diperlakukan seperti seorang princess.

Malika segera masuk ke mobilnya dan mengemudikannya dengan tenang. Selalu ada ketenangan apabila hati sudah di charger dengan ruhiyah keimanan. Lakasana  kerongkahan tanah yang di tetesi hujan seharian, sangat menyejukan.

Disebuah tempat yang lenggang, tiba-tiba mobil Malika berhenti mendadak. Di starter berkali-kali mobil tidak mau melaju. Malika mulai resah. Jam sudah lewat diangka sepuluh, pasti orang-orang dirumah sangat mengkhwatirkannya. Malika merogoh hapenya yang tersimpan di saku untuk mengabari orang rumah kalau dirinya butuh bantuan. Sial, hapenya lowbatt dan ia lupa membawa chargeran dan power bank. Kenapa bisa begini? Malika mendadak khawatir. Mobilnya mogok di tempat yang sepi. Malika segera turun dari mobilnya membuka kap mobil bagian depan. Meskipun ia tidak mengerti soal mesin mobil , tapi berusaha untuk mencobanya.

Huuh…. Malika merasa kesal dan resah, lantas ia menyenderkan tubuhnya kesamping mobil sambal menatap langit yang bertaur bintang. Ia hanya sedang menunggu keajaiban. Semoga saja nggak ada orang jahat yang memanfaatkan kesendiriannya dan ada dewa penyelamat yang membantu kesusahannya di malam ini.     

Tiba-tiba sebuah Pazero putih berhenti disamping mobilnya. Dan seseorang turun lalu mendekat, seorang perempuan terlihat gelisah disamping mobilnya.

“Kenapa dengan mobil anda, mbak? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya, membuat pikiran gadis yang sedang melamun itu seketika buyar. Dan menoleh kesumber suara.

“Mobilku mogok, dan aku bingung harus mengabari siapa, karena hapeku lowbet.” Jawab Malika sedikit merasa lega sekaligus waspada ada orang asing di sebelahnya.

“Malika….”

“Abyan….” Kedua manusia itu saling memanggil dengan muka penuh keterkejutan karena dipertemukan di tempat yang tidak disangka-sangka.

“Kamu kenapa masih ada diluar selarut ini?”

“Tadi aku pulang dari pengajian, ngobrol dulu lama sama teman dan yah….akhirnya pulang kemalaman.”

“Lain kali minta ditemani, berbahaya jam segini baru pulang kerumah.”

Malika mengangguk dan membiarkan Abyan memeriksa mobilnya, yang membuat mogok.

“Sepertinya harus dibawa kebengkel. Aku telepon temanku dulu, mobil kamu biar dibawa sama mobil Derek. Kamu pulang sama saya aja.”

“Tapi….”

“Please….Malika, ini sudah malem banget dan nggak mungkin kamu disini seorang diri, keluargamu pasti akan sangat mengkhwatirkanmu.”

“Baiklah.” Akhirnya Malika terpaksa menerima tawaran Abyan. Meski rasanya tidak enak kalau harus pulang malem-malem dengan diantar seorang laki-laki. Dia ingat tentang kajian tadi, bahwa seorang perempuan tidak boleh berkholwat dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Berdua-duaan dengan laki-laki dalam satu mobil ketiganya adalah setan. Tapi ini sudah malam, Malika benar-benar dilema.

Abyan membukakan pintu depan untuk Malika.

“Abyan…maaf aku dibelakang aja.” Tolak Malika dengan tidak enak hati.

“Kenapa?”

“Aku…lebih  nyaman dibelakang. Maaf…” sebenarnya Malika ingin menjelaskan, tapi ia merasa belum siap. Ini adalah langkah awal ingin berhijrah, kenapa banyak banget godaannya. Mulai dari pulang larut. Padahal perempuan nggak baik pulang larut dan sekarang harus di antar oleh Abyan yang bukan muhrimnya. Rasanya ia merasa berdosa banget, kajian yang sudah di dapat merasa sia- sia saja.

“Kenapa perempuan sangat dilarang berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya? Termasuk di bonceng motor oleh teman laki-laki tidak di perbolehkan dalam islam. Begitupun saat naik mobil grab, tidak boleh seorang perempuan sendirian di mobil tersebut dengan hanya di temani supirnya. Karena untuk menjaga hal-hal yang tidak di inginkan, dan menghindari fitnah.
Rasulullah bersabda dalam hadistnya:

“Wanita itu aurat, ketika ia keluar, setan akan memperindahnya.” ( HR. At Tirmidzi)

Ada sebuah kisah yang di abadikan dalam Al_Qur’an QS. An-Nuur ayat 11 tentang istri Rasulullah Aisyah Ra yang di fitnah telah melakukan selingkuh dengan Shafwan bin Al-Mu’aththal

Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan, “Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak keluar untuk melakukan suatu perjalanan, maka beliau mengundi di antara istri-istrinya. Maka, siapa saja di antara mereka yang keluar undiannya, maka dialah yang keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan kisahnya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan undian di antara kami di dalam suatu peperangan yang beliau ikuti. Ternyata namaku-lah yang keluar. Aku pun berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kejadian ini sesudah ayat tentang hijab diturunkan. Aku dibawa di dalam sekedup (tandu di atas punggung unta) lalu berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga kembali dari perang tersebut.

Ketika telah dekat dengan Madinah, maka pada suatu malam beliau memberi aba-aba agar berangkat. Saat itu aku keluar dari tandu melewati para tentara untuk menunaikan keperluanku. Ketika telah usai,  aku kembali ke rombongan. Saat aku meraba dadaku, ternyata kalungku dari merjan zhifar terputus. Lalu aku kembali lagi untuk mencari kalungku, sementara rombongan yang tadi membawaku telah siap berangkat. Mereka pun membawa sekedupku dan memberangkatkannya di atas untaku yang tadinya aku tunggangi. Mereka beranggapan bahwa aku berada di dalamnya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

“Pada masa itu perempuan-perempuan rata-rata ringan, tidak berat, dan tidak banyak daging. Mereka hanya sedikit makan. Makanya, mereka tidak curiga dengan sekedup yang ringan ketika mereka mengangkat dan membawanya. Di samping itu, usiaku masih sangat belia. Mereka membawa unta dan berjalan. Aku pun menemukan kalungku setelah para tentara berlalu. Lantas aku datang ke tempat mereka. Ternyata di tempat itu tidak ada orang yang memanggil dan menjawab. Lalu aku bermaksud ke tempatku tadi di waktu berhenti. Aku beranggapan bahwa mereka akan merasa kehilangan diriku lalu kembali lagi untuk mencariku.”

“Ketika sedang duduk, kedua mataku merasakan kantuk yang tak tertahan. Aku pun tertidur. Shafwan bin Al-Mu’aththal As-Sullami Adz-Dzakwani tertinggal di belakang para tentara. Ia berjalan semalam suntuk sehingga ia sampai ke tempatku, lalu ia melihat hitam-hitam sosok seseorang, lantas ia menghampiriku. Ia pun mengenaliku ketika melihatku. Sungguh, ia pernah melihatku sebelum ayat hijab turun, Aku terbangun mendengar bacaan istirja’-nya (bacaan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika ia melihatku. Kututupi wajahku dengan jilbab. Demi Allah, ia tidak mengajakku bicara dan aku tidak mendengar sepatah kata pun dari mulutnya selain ucapan istirja sehingga ia menderumkan kendaraannya, lalu ia memijak kaki depan unta, kemudian aku menungganginya. Selanjutnya ia berkata dengan menuntun kendaraan sehingga kami dapat menyusul para tentara setelah mereka berhenti sejenak seraya kepanasan di tengah hari. Maka, binasalah orang yang memanfaatkan kejadian ini (menuduh berzina). Orang yang memperbesar masalah ini ialah Abdullah bin Ubay bin Salul.”

“Kemudian kami sampai ke Madinah. Ketika kami telah sampai di Madinah aku sakit selama sebulan. Sedangkan orang-orang menyebarluaskan ucapan para pembohong. Aku tidak tahu mengenai  hal tersebut sama sekali. Itulah yang membuatku penasaran, bahwa sesungguhnya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang biasanya aku lihat dari beliau ketika aku sakit. Beliau hanya masuk, lalu mengucap salam dan berkata, ‘Bagaimana keadaanmu?’ Itulah yang membuatku penasaran, tetapi aku tidak mengetahui ada sesuatu yang buruk sebelum aku keluar rumah.” [Masih berlanjut kisah ini] (HR. Bukhari, no. 2661 dan Muslim, no. 2770)

Dari kisah kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita harus menjaga batasan-batasan ketika harus berinteraksi dengan lawan jenis. Karena perempuan mulia memiliki izzah dan iffah yang harus di jaga. Jika Aisyah perempuan mulia yang sudah di jamin masuk Surga saja bisa terkena fitnah untuk suatu hal yang tidak di sengaja, apalagi kita yang belum di jamin sama sekali bisa masuk Surga. Maka untuk itu berhati-hatilah ketika bergaul dengan lawan jenis, ketika akan bepergian lebih dari dua puluh empat jam maka harus ditemani mahramnya. Itulah isi kajian yang masih menempel di otak Malika, yang di jelaskan secara terperinci oleh Mbak Faujiah tadi.

“Bagaimana kabarmu Ka?” Abyan memecahkan kesunyian dalam mobil.

Malika menarik nafas berat. Haruskah ia bercakap-cakap juga.

“Alhamdulillah baik.”

“Syukurlah. Sudah lama kita nggak pernah bertemu. Kamu juga tidak pernah terlihat di reunian kampus.”

“Aku baru satu tahun tinggal di Indonesia. Selulus mengambil magister dari Oxford aku hijrah ke Amerika mencoba melamar ke Developmen Design Group mulai bekerja sebagai junior designer, Asosiate design. Hanya dua tahun, setelah itu Pamanku menyuruh pulang menyuruh bekerja di Urban Architec.”

“Wow…kamu pernah bekerja di DDG, itu mimpi semua arsitek di dunia.” Abyan takjub. Tak salah dulu ia sangat mengagumi Malika, bahkan mungkin sampai sekarang. Malika memang menarik, tapi dia sangat down earth.

“Mungkin itu hanya keberuntunganku, hingga bisa di DDG.”

Itulah yang disukai Abyan dari Malika. Dia selalu mengatakan apa yang dia capai adalah mestakung atau keberuntungan. Padahal malika melakukan semuanya dengan kerja keras yang luar biasa.

“Abyan aku berhenti disini.” Malika meminta Abyan menghentikan mobilnya. Gadis itu merasa lega sudah sampai di depan rumahnya. Terbebas dari berdua-duaan di dalam mobil.

“Terimakasih atas bantuannya.”

Abyan mengangguk, setelah itu melajukan kembali mobilnya. Sebenarnya ada banyak yang ingin di obrolkan dengan Malika. Tapi sepertinya Malika sangat menjaga jarak.

Malika membalikan tubuhnya, dan berniat melangkah masuk kedalam. Tapi suara dingin dan penuh kemarahan mengurungkan niatnya.

“Wow…pulang malam-malam, diantar seorang cowok keren. Sangat amazing! Kamu dari mana saja Malika? Kau tau, orang dirumah semua menghawatirkanmu. Sedang kamu dengan perasaan tidak bersalah diantar laki-laki yang bukan keluargamu di malam hari. Apa-apaan ini, seperti bukan perempuan terdidik saja!” Suara yang brnada tajam, dingin dan penuh kemarahan keluar dari mulut abangnya.

Bagi Malika suara abangnya kali ini sangat horror di bandingkan film Suzana. Membuat dirinya tidak bisa berkutik. []

MALIKA # Chapter 2

Sial…! Lagi-lagi harus bertemu dengan Abyan. Malika menghembuskan nafas kesal. Malika lupa kalau hari ini ada pameran arsitektur, dan semua orang berhak ada disini, termasuk Abyan yang seorang arsitektur juga. Tapi kenapa harus secara kebetulan bertemu di stand yang sama. Stand yang disukai Malika adalah stand yang konsep design arsitekturnya lebih kealam banget sangat cocok dengan Malika yang mencintai ketenangan. Ada sepuluh maket yang di jejerkan. Ada juga yang konsepnya natural modern, kesannya sangat homy, hangat dan stylish sesuai banget dengan spirit green living. Ketika tangannya terulur ingin menyentuh maket yang sangat menarik hatinya, secara bersamaan ada tangan lain juga yang memiliki niat yang sama. Malika langsung menarik tangannya dengan cepat dan melihat sekilas pada orang yang ada disampingnya.





Degg…! Pandangan mereka bertemu sesaat, setelah itu Malika membuang mukanya dengan cepat.

Malika pura-pura melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. Lalu dengan langkah perlahan ia mundur dari stand yang menarik hatinya itu. Sebenarnya ia cukup senang menghadiri pameran-pameran arsitektur, buat menambah wawasan dan mencari banyak inspirasi. Tapi, bertemu dengan Abyan ditempat yang sama, membuat moodnya hancur. Dulu mereka cukup kenal. Namun saat ini sekedar menyapa saja, Malika sangat males. Karena dia sudah berjanji pada hatinya akan mengganggap orang itu tidak pernah ada.

Malika terus melangkahkan kakinya hingga ia berhenti didepan stand yang menampilkan karya arsitektur tropis, yang sangat hemat energi. Lama dia mengamati, sepertinya cukup menarik kalau memiliki rumah seperti ini, banyak di kelilingi pohon yang rimbun. Gaya design yang Malika kerjakan selalu bernuansa modern yang cenderung nuansa perkotaan.

“Malika….” Sebuah suara tiba-tiba memanggilnya.

Malika memutar tubuhnya menatap sipemanggil.

Sesosok wanita cantik menatapnya.

“Tantri….” Malika terkejut. Bersama siapa gadis ini ada disini? Abyankah? batin Malika dalam hati.

“Apa kabar Malika? Sudah lama ya, kita tidak bertemu?”

Malika mengangguk. “Aku, alhamdulillah baik. Bagaimana dengan kamu?”

“Seperti yang kamu lihat aku baik. Kamu bersama siapa kesini?”

“Aku sendiri. Lagi nyari inspirasi, siapa tahu dengan berkeliling seperti ini, bisa mendapatkan  ide.”

“Eh, kamu ketemu Abyan nggak? Katanya dia kesini juga. Aku cari-cari kok nggak ada.”

Malika menggeleng. “Aku nggak tau. Kamu cari aja , mungkin ada disekitar sini.”

Baru saja mengucapkan kata-kata itu. Malika mendengar suara dibelakangnya yang memanggil nama Tantri.

“Hai Byan, aku senang banget bisa ketemu Malika disini. Kamu masih inget dia kan?”

Tubuh Malika mematung. Kenapa lagi-lagi harus bertemu dengannya. Sialnya Malika nggak bisa menghindar kalau sudah begini.

“Hm….Malika, rasanya tadi aku bertemu dengan dia. Tapi, mungkin dia sudah tidak mengenaliku. Lima tahun waktu yang cukup lama untuk melupakan seseorang.” Ujar Abyan terkesan menyindir.

Malika merutuk dalam hatinya. Dua kali mereka dipertemukan  dalam tempat yang sama tanpa saling menyapa. Malika berusaha memasang wajahnya sedatar mungkin.

“Kata Malika nggak bertemu dengan kamu. “ jelas Tantri penuh keingin tahuan.

“Aku nggak tahu kalau dia Abyan. Aku kan sudah lama nggak melihat dia.” Malika berusaha membela diri dengan sikap cueknya.

“Sebegitu mudahkan melupakan seseorang.” Nada suara Abyan terdengar dingin.

Malika mengernyitkan keningnya. Ingin saja dia bertanya, memangnya kamu siapa? Seseorang yang tidak spesial pasti akan mudah dilupakan. Namun ia berusaha menjaga lidah tajamnya.

“Bagaimana kalau kita mencari kafe di dekat sini, aku ingin tahu kisahmu.” Usul Tantri.

“ Tapi aku….”

“Ayolah Lika, itung-itung reunian. Sudah lama kita nggak bertemu. Abyan juga pasti kangen kamu.”

“Kenapa harus Abyan yang kangen?” Malika semakin tidak mengerti. Diantara mereka tidak pernah ada apa-apa. Misalkan ikatan perasaan.

“Karena…” Tantri tidak jadi melanjutkan ceritanya, karena Abyan menatap galak wajah Tantri.

“Abyan itu masih sendiri lo, Lika. Karena masih menunggu seseorang yang terlambat dicintainya.”

“Terus apa hubungannya denganku, kamu mengajak kesini ingin mengajak reuniankan?”

Malika menatap tajam pada Tantri. Ya tentu saja masih menunggu seseorang. Wanita yang dulu sangat digila-gilainya.

“Mm…maksudku? Eh, iya kita kesini memang mau reunian.”  Tantri langsung mengalihkan pembicaraan karena ngeri dengan tatapan horror Abyan, membuat Tantri tak bisa melanjutkan kata-katanya.

“Kamu sibuk apa sekarang?” akhirnya kata-kata itu yang  bisa di keluarkan Tantri.

“ Kerja dan kegiatan sosial.” Malika menjawab dengan singkat.

“Kerja dimana?” Tantri masih tetap kepo.

“Urban Arcitec.”

“Wow…itukan perusahaan besar!” mata Tantri membulat takjub.

Malika tersenyum hambar. Tentu saja ia mudah kerja disitu, wong perusahaan pamannya. Dan ia sangat sulit hengkang dari sana.

“Abyan kok diem aja.” Tantri menyikut temannya yang dari tadi hanya mencuri-curi pandang kearah Malika

Abyan menarik nafas. Dia terlihat bingung mau ngomong apa? Malika seperti ingin sekali menghindarinya. Kejadian lima tahun yang lalu itu memang cukup fatal, Malika melihat dirinya sedang memeluk Alysa,tapi itu murni bukan kesalahannya. Alysa yang saat itu akan terjatuh dan dia menolongnya, dalam pandangan orang lain Abyan terlihat seperti sedang memeluk Alysa. Kedekatan Abyan dan Malika  yang baru berjalan seumur jagung, harus kandas di tengah jalan. Malika menghindarinya, mengganti nomor kontaknya dan terakhir menghilang dari peredarannya. Kata teman-temannya melanjutkan kuliah keluar negri. Lima tahun Abyan berusaha menanti, dan sepertinya ini takdir untuknya bisa kembali. Meskipun waktu sudah tak kembali sama.
Kalau boleh jujur, ia masih merindukan gadis yang dulu tomboy ini. Namun, terlihat menarik karena kecerdasannya, dan selalu nyambung jika diajak diskusi.

“Malika sepertinya tidak ingin berbicara denganku. Hm…selalu berusaha menghindariku.” Abyan akhirnya bersuara.

Malika membulatkan matanya. Maksudnya apaan sih, si Abyan ini? Rutuk hatinya.

“Nggak juga!" Jawab malika dengan judesnya.

Abyan tersenyum sinis. “ Semua orang juga bisa menebak dengan ekpresi  jutek yang bikin asem  semua orang menandakan bahwa kamu membenciku.”

“Apaan sih nggak penting banget?!” ketus Malika sambil tergesa menyeruput es jeruknya.

Tantri mengamati keduanya yang sama-sama batu dan ego yang segunung padahal masih cinta.

“Kamu sudah menikah, Ka?” Tantri berusaha mengorek informasi diantara rasa panas yang menjalar akibat kedua manusia yang  memancarkan aura perang.

Malika menggeleng. Gimana bisa menikah kalau kemana-mana dikintilin sama si kembar atau abangnya yang protektif. Sekalinya mereka sibuk, Damian juga ikut merecoki hidupnya. Cowok yang mau mendekati dia harus punya nyali besar, menaklukan sikembar, Bang Ramdhan dan Pamannya yang bikin cowok pada menciut. Belum harus berhadapan dengan emak-emak kepo Tante Dinar. Komplek banget kerumitan hidupnya untuk dapat jodoh terbaik.

“Duh, kalau begitu kalian memang sangat cocok?”

“Maksudnya?” kompak Malika dan Abyan berbarengan.

“Jangan-jangan kalian itu memang di takdirkan berjodoh.

“Uhuk…” Malika terdesak. Bisa-bisanya nona kepo itu menyimpulkan seenak hatinya.

“Kalian dua pasangan yang seru jika menyatu. Sangat mirip Tom & Jerry, tapi saling mengimbangi. Aku mendukung kalian kalau jadi jodoh.”

“Amiin.” Jawab Abyaan kalem yang langsung dapat pelototan dari Malika.

“Kalau memang jodoh mau gimana lagi.” Jelas Abyan sambil mengangkat bahunya acuh.

“ Nggak ada topik lain ya, selain ngomong soal jodoh-jodohan. Udah ah, gue pulang dulu. Ada banyak kerjaan yang menunggu.” Malika bangkit dengan tampang betenya.

Tantri memperhatikan wajah Abyan yang kelihatan despreat banget.

“Selama masih belum ada yang memiliki, kamu masih punya kesempatan besar untuk berjuang Abyan.”

Abyan cuma mengangguk lemah.
@--@

MALIKA # Chapter 1


Bertemu kembali dengan orang yang ingin dilupakan , terasa sangat menyesakan. Itu yang dirasakan Malika saat ini. Setelah hampir lima tahun ia berusaha menyembuhkan lukanya dan berusaha hidup dengan sebaik-baiknya, namun Tuhan kembali mempertemukannya  dengan Abyan Herlangga.

Selesai acara meeting dengan Klien, Malika menemui  para sahabatnya di sebuah Kafe elit kawasan Jakarta. Anggap saja sebagai sebuah reunian teman SMU. Nabila, Fayra dan Damian. Mereka adalah sahabat dekat Malika waktu SMU yang kini sudah sukses dan hidup di berbagai negara. Mereka akhirnya bisa bertemu setelah setahun tak berjumpa dikarenakan Fayra sahabat heboh mereka akan mengakhiri masa lajangnya bulan depan.
Mereka mengobrol asyik melepas semua kerinduan,  ketika tiba-tiba, Damian menghentikan pembicaraan.
“Ka, bukannya itu Abyan ya?” Damian melirik dengan ekor matanya pada laki-laki yang duduk dimeja  pojok sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Malika ikut menoleh. Dan benar saja,  itu adalah Abyan Herlangga. Laki-laki yang dulu sempat dikaguminya. Tapi, tidak untuk sekarang. Abyan sungguh berbeda dengan lima tahun yang lalu. Aura kemapanan begitu terlihat jelas. Dan kalau boleh jujur dia semakin tampan saat ini.
Merasa ada yang mengawasi, Abyan menoleh ketempat Malika duduk. Terlihat ada ekspresi terkejut ketika ia bersitatap dengan Malika. Rasanya wajah manis itu tidak asing di memorynya.  Hm…bukankah itu Malika? Dia semakin manis, anggun dan matang. Apa kabar dia setelah lima tahun tak berjumpa. Sudah memiliki anak kah?
Malika buru-buru membuang muka, ketika mata mereka bersibobrok pandang. Rasa kecewa masih membalur hatinya ketika kembali bertemu dengan sosok itu.
“Ka, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Damian khawatir. Damian adalah sahabat cowok yang paling peduli ketika cinta Malika ternyata bertepuk sebelah tangan.
“Aku baik-baik aja Dam, jangan jadikan masalalu sebagai alasan untuk membuat hidup terus terpuruk. Hidup ini terlalu indah untuk ditangisi.” Malika berusaha berlapang dada. Ini tidak sesuai dengan kenyataan hatinya.
“Gue denger-denger si Abyan itu termasuk pengusaha muda yang sukses. Belum menikah juga.” Fayra yang dari tadi diam ikut menimpali.
“Syukurlah.” Jawab Malika pelan dengan ekpresi di setting sedatar mungkin. Males banget kalau harus mendengar apapun tentang Abyan. Mau sehebat apapun dia, sama sekali tidak ada hubungannya.
“Kamu sudah tidak punya perasaan apapun pada dia kan,Ka?” tanya Nabila.
“Tidak ada sedikitpun yang tersisa. Masalalu itu adalah kebodohan. Sudahlah jangan membahas yang sudah berlalu. Kita kesini kan tujuannya mau senang-senang.” Malika berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Sorry Ka, jika kata-kata kami barusan bikin lo harus mengingatkan kembali tentang sosok masalalu yang sekuat mungkin harus lo hindari. Gue disini semua sayang banget sama lo.” Damian selalu paling tahu apa yang dirasakan Malika.
Malika tersenyum manis membuat kedua lubang undur-undur dipipinya tercetak jelas dan itu tak luput dari pengamatan Abyan yang diam-diam melihat gadis itu dari kejauhan.
“Kamu sekarang sibuk apa Ka?”  Fayra bertanya. Diantara ketiga temannya. Sebenarnya Malika yang memiliki otak jenius namun dia selalu menutupi kecerdasan dirinya, dengan sikapnya yang selengean. Tapi itu dulu, sekarang dia terlihat anggun dan cenderung pendiam.
“Sibuk bantuin Om Rahman di perusahaannya, sama ngurus anak singgah. Itu aja.”
“Terus lo sekarang lagi dekat sama siapa, nggak mungkin kan sendirian terus? Damian nggak mungkin bisa dikintilin terus-terusan. Entar dimarahin sama pacarnya lagi.” Cerocos Nabila.
“Nggak ada yang deket, gue nggak seberuntung kalian yang begitu mudah dapat cowok dan jatuh cinta.”
“Makanya buka hati Lika, jangan terlalu banyak pilih-pilih. Kalau ada yang baik kenapa nggak di coba. Kamu itu manis, nggak membosankan malah. Masih mengharapkan sibrengsek itu, mau sampai kapan, atau perlu gue jodohin?” Fayra tampak gregetan.
“No, thanks. Gue nyaman  dengan hidup gue yang sekarang.”
Tiba-tiba ada panggilan masuk dari Handphone milik Malika. Uncle calling…..
“Sorry, gue angkat telephone dulu.” Malika menjauh. Teman-temannya menatap malika menjauh dengan pikiran yang bermacam-macam dibenak mereka.
“Rasa-rasanya Malika belum bisa melupakan kejadian pahit dimasalalunya. Susah banget buat gadis itu move on.” Komentar Nabila.
“Iyupzs….secara karier cemerlang, tapi cuma dia yang betah dalam kesendirian.” Sambung Fayra.
“Teman, aku nggak bisa lama disini. Barusan dapat telepon dari Paman, gue harus balik sekarang. Maaf….” Malika terlihat sangat menyesal. Mereka jarang-jarang bisa bertemu seperti ini. Tapi perintah sang paman nggak bisa diabaikan.
“Nggak apa-apa Ka, gue ngerti kok. Udah jangan dibikin nggak enak. Kapan-kapan kami bertiga berkunjung kerumah lo, kangen dengan Tante Dinar dan si kembar juga bang Ramdhan.”
“Makasih banget ya….” Malika tersenyum manis lalu beranjak pergi.
Teman-teman Malika sangat memaklumi dengan kepergian Malika. Paman bagi malika adalah orangtua kedua baginya. Segala perintahnya harus ditepati.
@---@

REMAJA SADIS DAN BENGIS SALAH SIAPA?

Benarkah bahwa sebagian  remaja saat ini, sadis dan bengis? Contohnya adalah  kasus Audrey yang menjadi trending topic di media saat ini, membuat publik bereaksi. Kita pasti bertanya, kok bisa anak remaja sesadis itu? Menyiksa anak SMP hanya karena masalah asmara, yang berawal karena pelaku tidak terima dengan komentar korban di Facebooknya. Di sini Audrey bukan sebagai perebut, dia hanya saudara sepupu dari cowok yang pernah jadi pacar pelaku.  Mungkin pelaku merasa tersinggung dengan komentar korban hingga melakukan penganiayaan super sadis seperti itu. 

LENTERA HATI

Kau adalah lentera hati
Yang terangi jiwa dalam kelam
Temani aku saat bertautkan sepi
Bangkitkan aku di saat tersaruk lara

Seluruh jiwa kau pertaruhkan
Di siang yang terik, kau gadaikan ragamu
Agar aku bisa meraih cita dalam asa
Di nalam yang sunyi kau pasrahkan jiwamu
Dalam meditasi panjangmu bersama pemilik alam raya

Cahayamu tak tertandingkan
Mesti di hempas badai kehidupan
Selamanya kan bertahta di hati
Yang akan menjadi prasasti
Cintamu yang abadi

Ayah, Ibu, kaulah lentera hati
Dalam jiwaku....
Yang akan nyala....abadi.....

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ERA MILINIAL


Pendidikan adalah tolak ukur majunya sebuah peradaban bangsa. Namun jika dalam pendidikan itu banyak sekali problematika yang di hadapi dan pemerintah kurang fokus memberikan perhatiannya pada masalah pendidikan akankah peradaban bangsa yang unggul  bisa tercapai. Menurut data UNESCO Indonesia menempuh angka ke 60 dalam tingkat membaca  ini merupakan sebuah bencana intelektual yang di hadapi bangsa ini. Fakta ini di perparah dengan kualitas pendidikan Indonesia dari 69 negara memasuki jajaran bawah menjadi cermin kuantitas dan kualitas tenaga pendidik yang dimiliki Indonesia. Serta masih banyaknya gedung sekolah yang belum memadai serta sangat minim fasilitas media pembelajaran dan nasib guru honorer masih terkatung-katung, di gaji tidak layak semakin kompleks permasalahan yang di hadapi dalam dunia pendidikan. Semakin bertambah berat perjuangan para pendidik dalam mendidik generasi di tengah lingkungan yang semakin dilematis dengan  kebobrokan moral.

RUSAKNYA INSTITUSI KELUARGA MUSLIM ERA MILENIAL

Kemunduran kaum muslimin yang terjadi saat ini,memiliki pengaruh yang sangat besar. Rapuhnya institusi  keluarga adalah salah satu bukti sebuah kemunduran yang efeknya sangat dasyat dihadapi keluarga muslim saat ini. Keluarga adalah benteng terakhir yang saat ini perannya diserang dari berbagai lini,hingga akhirnya mengalami kehancuran yang cukup mengkhawatirkan. Kuatnya racun sekularisasi pemikiran yang menyerang keluarga muslim, mengakibatkan generasi yang dihasilkan keluarga muslim saat ini jauh dari apa yang diharapkan. Tidak berfungsinya peran ayah dan ibu, membuat anak-anak mengalami krisis ahlak. Gwazhul fikr berhasil melibas anak-anak muslim kehilangan identitas kemuslimannya.

KETIKA RASA AMAN MENJADI SESUATU YANG MAHAL


Berita kriminal kerap menghias layar kaca tiap harinya. Menayangkan kasus pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan penghilangan nyawa seseorang sudah menjadi hal biasa menghias layar kaca. Betapa murah harga nyawa manusia saat ini. Berawal dari sulitnya mencari pekerjaan seseorang rela jadi perampok dengan menghilangkan nyawa orang lain ,demi  menghidupi anak istrinya. Hanya di tolak cinta yang berakhir dendam, nyawa seseorang melayang. Sangat sulit menemukan rasa aman, satu sama lain saling curiga. Ada apa dengan manusia saat ini, mereka sakitkah secara ruhiyah? Orang yang dihatinya ada kelembutan, tak mungkin memelihara dendam. Jikapun harus marah, akan marah yang sewajarnya. Tidak menimbun dendam dihatinya.

Banyak hal yang menyebabkan tindak kriminal terjadi, disebabkan atau dipicu berbagai persoalan seperti, ekonomi, sosial, konflik dan rendahnya kesadaran hukum. Di lain hal tindakan kriminal tidak jarang  dipicu oleh persoalan-persoalan sepele. Hal ini turut memberi kontribusi pada peningkatan angka kejahatan. Pada tahun 2013 saja misalnya, dalam 1 menit 32 detik terjadi satu kali tindak kejahatan di Indonesia.

Dilansir dari Republika.com menurut Data yang dirilis Mabes Polri menyebutkan jumlah kejahatan pada 2017 berada di angka 291.748 kasus. Jumlah ini menurut data Mabes Polri dinyatakan menurun ketimbang tahun 2016 yakni 380.826 kasus. Sementara, jumlah kasus yang diselesaikan hanya 181.448 kasus,

Situs database Numbeo mengeluarkan indeks kejahatan dunia 2016 (Crime Index 2016). Kota San Pedro Sula Honduras dan Venezuela dianggap sebagai kota dan negara dengan angka paling tinggi di dunia. Jakarta menempatkan urutan ke-118 kota dengan kejahatan tinggi dan Indonesia di posisi 51 sebagai negara dengan tingkat kejahatan besar. Dilansir dari koran sindo

Kejahatan-kejahatan ini terjadi selain adanya kesempatan seperti apa yang dikatakan Bang NAPI. Dan juga lemahnya iman dalam jiwa seseorang, menyebabkan seseorang ketika ditimpa kesulitan atau kemarahan cenderung melampiaskannya dengan jalan yang kurang terpuji. Peran masyrakat juga cenderung lemah. Terutama untuk kasus-kasus seperti konflik kekerasan dalam rumah tangga, masyrakat cenderung diam dengan alasan tidak mau ikut campur  wilayah domestik tersebut. Padahal jika hal itu dibiarkan, dan masyarakat diam, hal ini bisa menghilangkan nyawa yang berkonflik tersebut.

Kurangnya peran leadership suami dalam rumah tangga juga memicu terjadinya kekerasan fisik dan perasaan. Hal ini akan menyebakan rusaknya pilar rumah tangga, karena tidak adanya sipengayom untuk istri dan anak. Dan hal ini akan menyebabkan kekerasan juga pada anak. Ibu yang tidak bahagia, cenderung melampiaskan emosi pada anak, maka terjadilah 'child abuse' anak yang rusak dimasa dewasa pasti akan menjadi anak yang liar dan cenderung menyelesaikan sesuatu yang menurutnya bertentangan dengan jalan kekerasan.

Masyarakat perkotaan juga cenderung individualis, dan mudah curiga pada orang lain, kering ukhuwah, berbeda dengan masyarakat pedesaan yang masih membudayakan nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, dll. Ditambah dengan mudahnya arus informasi yang di akses tanpa memfilternya terlebih dahulu apakah informasi tersebuat sesuai dengan budaya Indonesia yang menganut adat ketimuran atau tidak, membuat sipengakses tercemari gaya hidup rusak. Bisa dari tontonan yang tidak menuntun yang berisi dari tayangan-tayangan yang berisi kekerasan, pelecahan, pornografi. Dan pastinya hal ini akan mempengaruhi pikiran si pengakses. Membangkitkan sisi liarnya yang terpendam. Ketika ada kesempatan, sipapun bisa jadi korban.

Negara juga kurang memiliki peran penting dalam mengurusi rakyatnya. Lemahnya hukum terhadap pelaku kejahatan, memicu orang jahat untuk semakin bertambah jahat. Hotel prodeo adalah tempat belajar seorang pelaku kejahatan untuk menjadi penjahat kelas kakap. Kita pasti bisa melihat bagaimana orang yang sudah dipenjara,tapi bisa mengendalikan bisnis narkobanya dari dalam sel tahanan. Seorang Gayus Tambunan yang sedang di penjara, namun bisa nonton tenis di Bali dengan tenang. Seorang yang baru keluar dari penjara, yang harusnya jadi orang baik malah jadi redidivis. Dengan kejadian barusan rakyat bisa membaca betapa bobroknya hukum negri ini. Tajam ke bawah tumpul ke atas. Seharusnya hukum itu seperti apa, gigi dibayar gigi, darah dibayar darah, dan nyawa dibayar oleh nyawa. Maka keadilan akan bisa ditegakan.

Dan Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” [an-Nisâ’/4:93]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ قِيْلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ

“Hendaklah kalian menjauhi tujuh perkara yang membinasakan.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apa saja itu?” Beliau n menjawab,“(Pertama) menyekutukan Allah k, (kedua) perbuatan sihir, (ketiga) membunuh jiwa yang telah Allah haramkan (membunuhnya) kecuali dengan cara yang haq, (keempat) makan harta benda anak yatim, (kelima) makan riba, (keenam) berpaling pada waktu menyerang musuh (desersi), dan (ketujuh) menuduh (berzina) perempuan-perempuan Mukmin yang tidak tahu menahu (tentang itu).

Maka, sebelum islam diterapkan di muka bumi, tidak akan pernah umat ini merasakan rasa aman. Kejahatan akan terus terjadi setiap harinya, menimpa siapapun. Karena hukum yang diterapkan saat ini, bagi pelanggar kejahatan, terlalu ringan. Sehingga bisa saja dari keringanan ini menyebabkan dendam yang berkepanjangan, bagi si keluarga korban. Terutama jika kasusnya sudah membuat  hilangnya nyawa korban. Untuk itu tingkatkan selalu kewaspadaan dimanapun. Berhati-hati dalam bertutur, jangan sampai lisan kita menyakiti perasaan orang lain yang akan menyebabkan timbulnya dendam dan pertumpahan darah. Begitupun dalam tingkah laku. Setiap keluar rumah senantiasa meminta perlindungan Allah. Dan isi setiap langkah perjalanan dengan Dzikrullah. [ X ]