Subscribe Us

Cinta di Atas Bara # Bagian 7

Setelah puas meratapi kegalauannya, Sayyid segera keluar dari balkon masuk menuju kamar. Dia sungguh sangat lelah. Wajah Umi yang menangis, terbayang dimatanya. Baru seumur hidup, ia menyaksikan Uminya menangis dan memohon jangan pergi. Biasanya Ummi tidak pernah seperti ini. Sebelum masuk kedalam kamar, hapenya berbunyi menandakan sebuah pesan watsapp masuk. Dari Amir. Sayyid segera membukanya, karena mendadak perasaannya tidak enak. Didera khawatir yang berlebihan.

Sayyid membuka pesan dari Amir dengan tangan gementar. Dua photo yang dikirim Amir, yang pertama adalah photo Ibunya yang sedang terbaring dirumah sakit. Dan photo kedua adalah photo Abah yang sedang giring ke mobil polisi, dengan dikawal banyak polisi.

'Sekarang sudah puas kan kamu Sayyid, ketika melihat Umi sakit dan Abah dituduh negara sebagai teroris. Ini permainan macam apa? Dunia terlalu gila, jika menuduh Abah laki-laki lembut dan kharismatik adalah dalang kekacauan dinegri ini. Ini semua pasti karena kamu Sayyid, karena kamu yang sudah bersekongkol dengan mereka.' tuduh Amir dalam pesan watsappnya.

Sayyid hampir saja limbung ketika membaca pesan itu. Tubuhnya mendadak lungkrah tidak berdaya. Jika Ummi tahu, Abah ditangkap, pasti akan membuat Ummi tambah drop. Sayyid menyenderkan tubuh kedingding. Ia menarik-narik rambutnya kesal. Matanya memerah menahan tangis. Salah besar jika mereka menuduh Abah seorang teroris. Abah laki-laki penyayang. Waktunya didedikasikan untuk membina umat. Banyak orang yang sudah ditolongnya. Bahkan ia tidak membeda-bedakan agama. Jika ada orang yang mebutuhkannya, akan Abah tolong. Karena kata Abah, agama tidak boleh menghentikan seorang manusia untuk berbuat baik. Bahkan Rasulullah pun mengajarkannya untuk berbuat baik pada pemeluk agama lain. Selama mereka tidak menyerang agamaNya. Terbukti Rasulullah bisa hidup berdampingan dengan orang-orang musyrik, nasrani dan Yahudi selama berada di Madinah.

Sayyid merasa dihantam oleh palu godam yang terasa menyakitkan.

Salah besar jika Amir menuduhnya, kalau ini semua adalah ulahnya. Ia pergi karena murni membela cinta, bukan untuk menghancurkan orang tua atau pesantrennya.

Dengan langkah gontai, Sayyid memilih masuk kamar. Berbaring mungkin bisa jadi pereda lelahnya. Namun ia terkejut ketika memasuki kamar, ada Aleya yang sedang terbaring dengan penampilan menantang. Dia sengaja memakai pakaian transparan untuk meluluh lantakan iman Sayyid.

"Sayang aku sudah siap, mendekatlah." ujar Aleya dengan suara menggoda.

"Shit…! Pakai bajumu!" geram Sayyid marah. Ia bukan pria munafik, melihat wanita seksi pasti tergoda. Tapi bukan saat seperti ini, yang pikirannya sedang kacau.

"Kenapa? Biasanya kamu suka." Aleya mendekat.

"Aleya, please…aku sedang banyak pikiran."

"Ayolah Sayyid, aku sangat kangen sama kamu. Kamu juga pasti begitu." Aleya memeluk tubuh Sayyid, tapi Sayyid segera mendorongnya perlahan.

"Aku tidak suka kalau kamu murahan seperti ini. Menghindarlah…" Sayyid segera mengambil Jaket yang tergantung didekat pintu. "Aku msu pergi keluar, pakai bajumu kembali." setelah itu Sayyid melangkah keluar kamar dengan terburu-buru. Ia sangat takut Aleya akan mengejarnya. Benar kata Amir, jika perempuan adalah racun dunia, yang membuat imannya luluh lantak.

Sayyid menyeret kakinya tak tentu arah. Ia benar-benar sedih dan kecewa. Kabar dari Amir cukup mengguncang jiwanya. Dingin kota Mahanttan, tidak menyurutkan langkahnya. Ia tidak peduli dengan Jacket tipis yang dikenakannya, tidak mampu menghalau rasa dingin yang menjalar. Tadi, ia tidak sempat mengambil Jakcket yang cukup tebal, karena Aleya pasti akan memaksanya jika Sayyid masih dikamar itu. Dulu ia suka dengan Aleya yang liar dengan tubuh menggodanya. Tapi sekarang, setiap dekat Aleya, yang terngiang-ngiang adalah kata-kata Amir dan wajah sedih Umminya.

Tujuannya kali adalah ingin menenangkan diri, sambil memandang riak air, ditepi sungai Hudson. Ia tidak peduli dengan omongan teman-temannya, harus berhati-hati jika bepergian dimalam hari. Apalagi menepi disungai Hudson. Saat dibunuh bisa langsung dilempar ke sungai. Paling mayatnya mengambang, akan ditemukan esok hari. Dan akan masuk berita kriminal di koran lokal Newyrok, masuk media online, juga jadi berita sekilas di Televisi.
*****

Aleya menemui Karl, ayahnya dengan wajah berlinang. Gadis itu sangat sakit hati dengan penolakan Sayyid tadi. Dia jadi terlihat seperti perempuan murahan, meskipun memang sangat murahan.

"Warum liebst du?" tanya Karel menatap putrinya penuh khawatir. Ia segera menggulung peta yang sedang dipelajarinya, sebelum kedatangan Aleya.

"Sayyid mengabaikan aku, Dad." Aleya mengadu pada Ayahnya.

"Why?"

"Aku secara nggak sengaja menanyakan kabar orang tuanya. Sayyid langsung muram dan berdiam diri dibalkon. Saat aku mendekat dia menyuruh aku pergi."

Karl menatap putrinya dengan sorot khawatir. Biasanya Aleya tidak seperti ini. Semenjak mengenal Sayyid, putrinya jadi banyak berubah. Kecintaannya pada Sayyid sudah terlalu dalam. Disatu sisi ada keuntungan yang bisa didapat, tapi disisi lain akan membahayakan putrinya yang secara emosi jadi labil. Ini tidak akan baik. Putrinya harus jadi wanita tangguh, karena organisasi tempat mereka mengabdikan diri, butuh dedikasi dan loyalitas tinggi.

"Mungkin kamu harus lebih berusaha keras lagi, my princes. Ikat Sayyid dengan pernikahan." saran Karl.

"Bagaimana kalau dia menolak, Dad?"

"Bagi orang yang hidup didunia Timur,  pernikahan jauh lebih baik, ketimbang samen laven. Sayyid harus diikat oleh pernikahan dan anak. Karena kita sangat membutuhkan Sayyid ."

"Sepenting itukah Sayyid bagi organisasi kita Dad?"

Karl mengangguk.

"Dia adalah calon ilmuwan dimasa depan yang sangat cerdas, princess. Sangat cocok jika kamu ada disampingnya. Jangan sampai pemuda itu kembali kenegrinya, lalu mengembangkan penelitian tentang nuklir disana. Dan kecerdasannya akan dimanfaatkan serta dibiyai oleh aktivis muslim. Suatu saat, kekuatan mereka akan menghantam kita dengan senjata-senjata pemusnah masal seperti nuklir atau biokimia. Dad mengkhatirkan prediksi Will Durent itu benar. Abad ke 20 adalah kebangkitan muslim dibawah new Chaliphate.

Pada Desember 2004, Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) merilis laporan dalam bentuk dokumen yang berjudul Mapping The Global Future. Dokumen ini berisikan prediksi atau ramalan tentang masa depan dunia tahun 2020.

Dalam dokumen tersebut, NIC memperkirakan bahwa ada empat hal yang akan terjadi pada tahun 2020-an yakni:

Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia; Cina dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.

Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS.

A New Chaliphate: Kebangkitan kembali Khilafah Islam, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat.

Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia), yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia—kekerasan akan dibalas kekerasan." jelas Karl.

"Dari dokumen tersebut, jelas sekali bahwa negara-Negara Barat meyakini bahwa Khilafah Islam akan bangkit kembali. Menurut mereka, Khilafah Islam tersebut akan mampu menghadapi nilai-nilai peradaban Barat.

Jika Khilafah bangkit, kita akan dilibat habis. Maka saat ini, kita berusaha menawarkan kepada para pemuda muslim yang cerdas seperti Sayyid, sebuah pekerjaan yang menggiurkan ketika mereka sudah menyelesaikan pendidikannya. Jika tidak mau, kita akan bunuh mereka."  Tambah Karl sambil memperlihatkan sebuah artikel penting, tentang siapa saja Ilmuwan muslim yang sudah berhasil dibunuhnya.

Aleya membaca dokumen yang disodorkan oleh Ayahnya.

Pembunuhan insinyur penerbangan Tunisia yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok perlawanan Islam Palestina Hamas menyoroti Mossad, badan intelijen zionis yahudi yang diduga banyak membunuh ilmuan Islam.

Mohamed al-Zawari ditembak mati pada bulan Desember di luar rumahnya di kota Sfax di tenggara Tunisia. Hamas dengan cepat menyalahkan Israel atas pembunuhan itu, mengatakan sang insinyur dibunuh setelah mengawasi Program drone Hamas.

Al-Zawari merupakan salah satu diantara sejumlah ilmuwan dan aktivis Muslim yang diyakini dibunuh oleh intelijen zionis.

Pada tahun 1967, ilmuwan nuklir Mesir Samir Naguib tewas dalam kecelakaan mobil di AS. Naguib dilaporkan berencana untuk kembali ke Mesir pada puncak perang melawan Israel untuk membantu memulai program nuklir Mesir ketika ia dibunuh.

Ilmuwan nuklir Mesir lainnya, Yahya al-Mashad, yang memimpin program nuklir Irak, dibunuh di sebuah kamar hotel di Paris pada tahun 1980.

Pada tahun 1991, fisikawan Lebanon Rammal Hassan Rammal meninggal dalam keadaan misterius di Perancis.

Pada tahun 1993, penulis Mesir Gamal Hemdan meninggal dalam kebakaran di apartemennya di ibukota Mesir. Kerabatnya menyatakan ia dipukul di kepala dan draft buku tentang Yahudi dan Zionisme yang sedang ditulisnya menghilang.

1997, agen Mossad juga mencoba – namun gagal – untuk membunuh Kepala politik Hamas Khaled Meshaal di Yordania dengan menyemprotkan racun ke telinganya.

Pada tahun 2004, ilmuwan nuklir Irak Ibrahim al-Dhahiri ditembak mati saat ia mengendarai taksi di kota Baquba di barat Irak.

Analis percaya bahwa pembunuhan ilmuwan Muslim adalah taktik Israel untuk mencegah negara-negara Muslim mendapatkan nuklir dan memahami teknologinya.

“Israel melihat Muslim yang memiliki alat-alat teknologi sebagai bahaya,” analis politik Turki Mustafa Ozcan mengatakan kepada Anadolu Agency, Sabtu (18/02/2017).

“Mereka tidak ingin umat Islam melakukan terobosan di bidang ini, sehingga mereka menargetkan para ilmuwan [dari negara-negara mayoritas Muslim seperti] Mesir, Irak, dan Pakistan,” katanya.

Analis Turki mengutip penghancuran reaktor nuklir Irak dalam serangan udara Israel sebagai contoh upaya Israel untuk mencegah negara-negara Muslim untuk memiliki pengetahuan nuklir.

Pada pertengahan tahun 1981, pesawat tempur Israel menyerang reaktor nuklir yang dibangun oleh Irak di tenggara Baghdad.

“Namun Israel menolak untuk mengomentari pembunuhan ilmuwan Muslim untuk menghindari diangkatnya masalah ini di tingkat internasional,” kata Ozcan.

Hatem al-Zoabi, seorang penulis Swedia asal Suriah, mengemukakan pendapat yang sama.

“Pembunuhan ilmuwan Muslim oleh Mossad bertujuan mencegah negara-negara tersebut mengembangkan penelitian mereka,” katanya kepada Anadolu Agency.

Dia berpendapat bahwa Israel “menargetkan setiap Muslim yang bisa membantu mengembangkan negaranya dalam bidang apapun”.

Aleya bergidik ngeri.

"Jadi pertahankan Sayyid, jika kamu tak ingin kehilangannya. Karena bisa saja suatu saat dia berubah. Dan kamulah yang harus membunuhnya." tegas Karl.

"Harus begitukah akhir cinta kami, Dad?"

"Ini bagian dari uji loyalitas, nak. Kamu jangan lupa, Dad juga harus kehilangan Ibumu ketika dia jadi pembelot. Karena kalau tidak, seluruh keluarga kitalah yang akan mati. Keujung duniapun kita berlari, kita pasti akan ditemukan. Susul Sayyid sekarang, dia ada ditepi sungai Hudson."

"Dad tahu juga sekarang Sayyid ada dimana?" Aleya terperangah.

"Ayah sudah menanamkan Chip ditubuhnya, biar mudah melacak jejaknya."

Aleya baru sadar tentang siapa Dadnya. Tentu saja, bagi Dad yang sudah bertahun-tahun tergabung dalam oraganisasi Mossad, akan sangat terlatih dan terencana dalam melakukan sesuatu. Aleyapun segera bangkit berdiri untuk menyusul sang kekasih. Bersambung

Ada banyak upaya yanh dilakukan Yahudi untuk membantai umat Islam. Genocida melalui senjata pemudnah masal, Brainwas para cendekiawan muslim, target pembunuhan para ilmuwan muslim, dan menjauhkan para generasi muslim melaui 4F yaitu Food,Fashion,Fun and Film. Bangkitlah wahai generasi muslim, karena mereka sudah mengepung kita dari berbagai lini. Cinta di Atas Bara hanya menceritakan sebagian kecil, rusaknya pemuda yang menjadi incaran MOSSAD karena kecerdasannya yg suatu saat akan membahayakan dunia. Bangkitnya New Chaliphate adalah ancaman seperti yg dikatakan Will Durent Ilmuwan Barat.