GENERASI EMAS AKAN TERCAPAI KETIKA KURIKULUM BERLANDASKAN Al-QUR'AN
MENGAJARKAN ANAK TENTANG RASA SYUKUR
ULAMA HARUSNYA MENJADI PENGONTROL PENGUASA
Ketika Rumah Seperti Kapal Pecah
Rumah Kapal Pecah
Melihat rumah seperti kapal pecah. Ini pasti akan terjadi ketika memiliki banyak krucil. Belum cucian piring menumpuk di wastafel dan cucian baju juga menggunung akibat sering gonta-ganti baju. Ya karena basah-basahan atau main tanah, bisa juga untuk anak perempuan masih kecil lagi menghadapi masa centil dan senangnya ngacak-ngacak lemari dengan gonta-ganti baju belasan kali.
Capek, pusing, lelah itu yang akan dirasakan para ibu dirumah. Suara naik beberapa oktap berubah jadi kayak nenek sihir atau rasanya tangan pingin nyubit, mukul tubuh anak. Itu kalau emosi lagi nggak terkontrol. Biasnya ibu yang memiliki pengendalian emosi rendah maka kekerasan fisik pada anak akan menjadi solusi. Ditambah misalkan suami juga nggak mau terlibat di urusan ranah domestik rumah tangga, meski hanya sekedar membantu meringankan. Duh, rasanya tambah kesel berlipat. Apalagi kalau ditambah dengan ekonomi pas-pasan. Kepala bisa makin berasap. Itu kalau kurang sabar dan keimanan juga tipis,ditambah nggak ada yang mau ngertiin capeknya jadi Ibu rumah tangga.
Si adek baru saja menumpahkan seluruh mainannya dari keranjang, beralih menurunkan barang-barang yang ada di dapur. Setelah itu dia dengan happy main bola juga dalam rumah sampai guci kesayangan zaman Mao Tze Dong pada pecah. Atau bolak-balik keluar tanpa memakai sendal. Dirumah jadi kotor, lebih parah kalau ngangkutin tanah kedalam rumah. Ditemani balad krucilnya dari rumah sebelah. Pusing luar biasa.
Untuk anak diam memang nyenengin, tapi bahaya juga kalau anak tidak aktif sama sekali, yang bisanya cuma ngelihatin. Karena biasanya anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata masa kecilnya aktif luar biasa. Fase anak usia 1- 5 tahun biasanya nggak bisa diem. Ngoprek juga. Apa-apa di pegang. Yang lebih malu kalau ngoprek saat bertamu kerumah orang. Biasanya anak usia segitu kalau hiper aktif, susah banget dibilangin. Karena mereka belum mengerti yang baik atau salah. Bikin perjanjian nggak boleh nakal, cuma di iya-iyain aja. Sepuluh menit kemudian sudah kembali ke mode awal. Dan giliran orang tua punya panji,ingatannya mendadak kuat. Keinget terus,di tagih terus.
Bagaimana sih menghadapi anak fase ini? Apa harus teriak-teriak ataukah cubitan dan pukulan jadi pelampiasan emosi kita?
Anak-anak sebenarnya tidak mengerti cara berpikir orang dewasa yang konkrit. Tau mereka adalah main sepuasnya. Ketawa, lari-lari atau main sampai lupa waktu. Itulah dunia anak, dan dunia itu hanya dirasakan mereka sesaat. Pukulan, cubitan, teriakan itu hanya akan membuat mereka memendam luka, teriakan akan membuat sel-sel neuron anak rusak. Anak yang dibesarkan dengan cacian hanya akan membuat mereka rendah diri. Dan anak yang di besarkan dengan kekerasan fisik, itu artinya kita sedang mendidik anak berjiwa kasar dan tentunya akan sangat membahayakan.
Parent, pernah lihat atau dengar bagaimana anak SD memukuli temannya sampai tewas? Padahal itu berawal dari kejadian sepele, mungkin kesenggol mainannya atau cuma dikata-katai. Kekerasan fisik itu semua berawal dari pola asuh yang rusak. Keluarga berantakan. Dirumah penuh caci-maki dan sedikit-sedikit ayah atau ibu bertengkar solusinya main pukul. Dan itu terekam oleh anak-anak sampai mereka dewasa. Bagi mereka pukulan adalah hal wajar, karena dutumah juga seperti itu.
Agar rumah bisa terkendali rumah memiliki peraturan dan kesepakatan yang diterapkan antara anak dan orang tua. Semua orang bisa dilibatkan dalam pengurusan rumah tangga. Jangan ibu yang mengambil semua peran, itu artinya ibu memposisikan sebagai pembantu. Pernikahan adalah kesepakatan antara suami dan istri. Jadi keduanya harus saling bekerjasama. Nggak bisa seenaknya berjalan sendiri. Misalkan suami karena sudah mencari nafkah, lalu tugasnya sudah berakhir disitu. Wah,enak banget kalau begitu. Sebenarnya tipe suami seperti ini, dia nggak membutuhkan istri, tapi membutuhkan pembantu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, merawat anak dan melayaninya.
Untuk berjalan sebagaimana mestinya semua perlu di diskusikan. Kalau perlu dari awal di khitbah semua ini sudah dibicarakan. Misalkan suami ingin bisa membantu pekerjaan istri. Dan istri ingin punya waktu buat aktualisasi diri agar tidak terlalu jenuh dengan rutinitas rumah tannga yang membosankan.
Jika anak sudah ada yang mandiri, kenapa mereka tidak dilibatkan membantu pekerjaan rumah tangga. Misal si teteh bagian nyapu dan ngepel. Si abang bagian nyuci piring, nyikat kamar mandi sama antar jemput adiknya ke TPA itu sebagai sarana untuk melatih kemandirian dan tanggung jawab. Si adik bisa dilibatkan dalam rapi-rapi mainannya dan ayah bantu nyuci baju dan ke pasar. Jika semuanya terlibat ibu nggak akan kelelahan yang luar biasa,tapi tanggung jawab ini harus diterapkan sejak dini. Dan dibicarakan dengan penuh cinta. Ayah sebagai kepala rumah tangga harus ambil peran disini.
Anak sudah bisa mandiri, ibu jangan terus-terusan memanjakannya. Sekali-kali jalan kaki kesekolah bukan sebuah kesalahan. Apalagi jika jaraknya dekat. Sehat juga untuk fisik anak. Biarkan mereka merasakan manisnya masa kanak-kanak tanpa harus dikekang. Suatu hari dia mau kerja kelompok di rumah temannya, ya izinkan. Itu proses dia untuk mampu beradaptasi dengan teman-temannya. Ya, sesekali main kerumah temannya juga. Karena masa indah mereka yang tak bisa diulang dua kali. Jangan jadi ortu nyebelin yang apa-apa main larang. Ajarkan anak bertanggung jawab dengan hidupnya. Jika dia salah jangan langsung di hujat. Salah adalah hal wajar untuk anak. Dan dari kesalahan ajarkan dia untuk tidak mengulanginya. Terkadang orang bisa bijaksana karena belajar dari kesalahan. Anak yang terbiasa dikekang dimasa kecil, dimasa dewasa akan jadi pembangkang. Larangan itu hanya berlaku untuk hukum syara. Halal dan haram. Hal yang membahayakan, menyesatkan. Atau lihat situasi dan kondisi.
Dan ketika kesepakatan sudah bisa dijalankan dengan baik. Ayah dan Ibu tentu akan menikmati hasilnya. Semua memang tidak gampang. Bisa itu karena biasa. Belajarlah pada jepang untuk menjadi negeri yang bersih dan taat aturan di awal mereka juga harus menerapkan hukum yang keras dan itu butuh waktu yang panjang untuk bisa seperti sekarang. Ketika rumah ada peraturan yang diterapkan, ada kesepakatan yang di setujui. Ada diskusi dua arah, maka semua akan berjalan dengan baik. [X]
Ikut chalenge menulis selama tiga puluh hari. Semoga bisa meski banyak pekerjaan.
SESI CURHAT DENGAN REMAJA
NGOBROL BERMAMFAAT SAMA KRUCIL
Pulang sekolah si krucil nangis karena di katain teman-temannya item. Mungkin istilah sekarang body shaming. Bunda dengarkan dengan baik keluhan anak-anakmu. Tapi jangan dulu terbawa emosi. Ibu di dunia ini jika menyangkut anak ,dia adalah manusia paling perasa. Bahkan anak dimarahi bapaknya pun sangat tidak rela. Kita yang udah mengandung, apalagi menghadapi ngidam yang payah ditambah hamil sembilan bulan dan melahirkan. Membesarkannya dengan penuh cinta. Lalu ada orang lain yang menghina anak kita, memarahi atau apalah istilahnya. Siapa sih yang nggak sakit? Apalagi si krucil pulang-pulang wajahnya muram atau banjir air mata. Rasanya sakit luar biasa. Kalau bisa, amarah pingin ditumpahkan pada teman si krucil. Betul?
Namun coba berpikir dengan sangat bijaksana. Ini masalah anak-anak, biarkan dia menyelesaikan masalahnya. Anak ada masalah, itu adalah pembelajaran agar dia dewasa dan agar dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Berikan gambaran bahwa hidup tak semanis kenyataan. Ada orang julid, ada yang nyinyir ada yang baik. Setiap anak itu, mereka dirumah mendapat pendidikan yang berbeda dari orang tuanya. Ada orang tua yang cuek, ada yang baik,demokratis, penuh perhatian. Tapi lebih banyak lagi anak yang lahir dari keluarga bermasalah. Anak-anak kita yang menangis itu hanya sesaat dan setelah lupa akan kembali akur dan memaafkan. Berbeda dengan orang tua, berapa banyak yang anak-anak berantem terus orang tua bersikap kekanakan maka terjadilah permusuhan dengan tetangga. Sampai mau minta maaf nunggu lebaran dulu. Padahal anak-anaknya dalam 1 jam sudah kembali akur.
Anak-anak tidak memiliki jiwa pendendam. Namun kitalah para orang tua yang mengajarkannya untuk menjadi pendendam.
Disaat anak menangis peluk dia , tenangkan dan besarkan hatinya. Disini kita memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengajarkan anak tentang sesuatu yang sangat berharga.
"Terus perasaan kakak gimana dikatain item sama teman-teman?" biarkan anak mengeluarkan unek-uneknya. Jangan dulu terpancing amarah dan menghakimi temannya. Karena kita adalah orang tua yang terlahir lebih dulu dari teman si krucil itu. Akal kita lebih sempurna.
"Kakak sakit hati bu, kakak malu."
"Terus kakak bilang apa sama mereka?"
"Ya, Kakak diam aja."
Mungkin begitu obrolin Ibu sama krucil.
"Kalau kata Ibu, kakak itu nggak item tapi manis lho. Coba aja kakak ngaca. Ibu kasih tau ya, kakak itu anak ibu yang sangat baik. Kakak wajahnya enak dilihat apalagi kalau senyum. Bikin meleleh kayak coklat dipanasin. Kakak juga anaknya nurut sama orang tua, ngajinya pinter. Dan ya kak, biarin orang mau ngatain kakak jelek,kakak item atau apalah yang terpenting ayah, ibu dan Allah tetap sayang sama kakak. Kakak tau siapa Bilal bin Rabah kan, dia budak item namun setelah masuk islam dia jadi pemuda yang hebat. Terompahnya aja sudah terdengar di surga, berarti dia di jamin masuk surga dong. Yang lebih hebat dia jadi gubenur Damaskus lo, kak. Bilal item tapi tak pernah nangis dengan keitemannya. Dia berusaha untuk menjadi lebih baik. Nabi menyayanginya,para sahabat mencintainya dan Allah menjamin Surga untuknya.
Kakak, dalam hidup, kita nggak selalu harus mendengar apa yang dikatakan orang lain. Dan teman- teman kakak itu tidak selamanya bisa bersikap baik. Mungkin hari ini baik dan besok kurang baik. Tapi itulah manusia kak,tidak ada yang sempurna. Dan kakak bilang dengan baik sama teman-teman kakak, bahwa di mata Allah yang lebih baik adalah yang bertakwa. Bukan pinter, bodoh, cantik atau jelek. Kakak juga bilang kalau menghina fisik itu berarti menghina ciptaan Allah.
Kakak ngomong baik-baik sama temannya, kalau bisa minta bantuan bu guru juga boleh."
Dijamin si kakak akan adem hatinya jika dibesarkan seperti itu. Dia akan memiliki cara pandang yang terbuka juga akan menghargai teman-temannya.
Atau suatu hari si krucil merengek minta di belikan sepatu roda atau mobil tamia karena semua anak tetangga sudah punya. Sebagai orang tua pasti nggak tega, sedih rasanya liat si krucil memandangi teman-teman krucil pada ceria dengan mainannya di gang. Dan kita lagi banyak sekali kebutuhan. Harus bayar sekolah abangnya yang masuk SMP, orang tua sakit atau apalah. Sebenarnya anak itu akan sangat mengerti jika orang tua memberi tau dengan baik. Dan disini ada hal yang bisa kita ajarkan ke anak. Edukasi dengan bahasa cinta. Namun terkadang kitalah sebagai orang tua yang nggak sabar mendengar tangisan. Dan nggak tega, lalu membandingkan kehidupan kiata yang dulu sangat sulit kalau bisa anak jangan merasakan. Dan inilah yang menghantarkan anak pada sikap konsumtif. Kemauannya harus dituruti yang akhirnya sikap menyebalkan itu terbawa sampai dewasa.
Ajak anak bicara dari hati ke hati bukan emosi atau menghakimi. Apalagi ibu itu biasanya memiliki sifat kurang baik, terutama saat menghadapi lelah atau ada masalah yaitu ngomel mulu bikin anak stres.
"Dek, adek pingin banget ya, punya sepatu roda? "Tanya si adek dengan sayang. Usap lembut kepalanya bikin dia nyaman. Jangan ajak bicara saat kesal dan emosi.
"Iya bu, masa adek doang yang belum punya." curhatnya.
"Emang adek malu kalau belum punya sepatu roda?"
"Iya,adek jadi nggak diajak main."
"Tapi ibu belum punya uang nak, sepatu roda kan mahal bla…bla…
Sepatu roda juga paling di pakenya bentar entar kalau udah musim layangan itu sepatu roda pasti mangkrak di gudang. Lagiannya ya nak, sesuatu yang orang lain miliki tak selamanya harus kita miliki juga. Rasul itu senang sama umatnya yang membeli sesuatu itu ada mamfaatnya. Sepatu roda itu kurang penting lho nak, Ibu lebih suka adek beli buku. Adek tau kan, Allah pertama kali nurunin wahyu sama nabi Muhamad itu surat Al- Alaq ,itu perintahnya untuk membaca. Membaca itu bikin adek luas wawasan. Itu Imam Syafi'i dua belas tahun sudah jadi guru. Pada suatu hari bla…bla… "mengalirlah cerita dari ayah atau ibu tentang Imam Syafi'i. Atau masukkan cerita para sahabat didalamnya, masukan nilai-nilai keislaman dan pengenalan terhadap Allah untuk senantiasa bersukur.
"Eh adek ibu juga punya gambar, lihat di hape ibu, ini ada anak-anak di Palestina." Ibu dengan semangat memperlihatkan gambar.
"Kok mereka pada berdarah,bu?"
"Anak-anak ini mereka lahir dalam kondisi perang setiap hari mereka diperangi. Ayah-ibunya meninggal."
"Perang itu apa sih bu?"
" Perang itu, adek tau pesawatkan, nah saat perawat itu sedang terbang di udara,tapi tiba-tiba BUUM…ada api juga yang keluar dan rumah-rumah pada rusak dan orang pada berlarian, sebagiannya meninggal. Ada juga mereka yang saling tembak-menembak kayak Adek lagi main sama ayah terus adek nembak ayah DORR…terus ayah mati"
"Oh gitu, kasihan mereka ya,bu?"
"Iya nak, mereka banyak yang nggak punya orang tua. Jangankan beli sepatu roda mau jajan aja susah. Dan adek harus bersukur masih punya ayah, ibu, abang juga teteh yang sayang banget sama adek. Gimana kalau beli sepatu rodanya nggak jadi aja, dan bulan depan kita borong buku aja di IBF biar perpustakaan dirumah adek makin banyak. Ntar adek ajak main teman-temannya. Nanti kita bikin kegiatan bercerita dan menggambar atau nonton film bareng, mau kan?"
Si adek pun mikir. Intinya anak itu harus di ajak cerita yang bermanfaat. Karena anak kita itu sebenarnya cerdas luar biasa namun terkadang orang tua yang mematahkan kreatifitasnya. Mengubur keingintahuannya hingga kecerdasannya terkubur. Karena apa? Orang tua malas meng Up-Grade pengetahuaan atau wawasan. Padahal kesempatan orangtua masa kini untuk hebat itu sangat besar. Ada google, ada youtube dan buku. Tapi penyakit malasnya lebih besar. Penyakit kikir untuk anak berkembang dan maju juga banyak. Membeli sesuatu tanpa unsur mamfaat dan ada nilai edukasi. Masalahnya karena hidup, fokus pada omongan orang. Ya beginilah, ya begitulah. Padahal rusaknya anak, tetangga emang mau nanggung? Merekamah bisanya cuma nyinyir dan pamer doang. So, biarkan apa kata mereka. Yang terpenting anak-anak menjadi ladang pahala dan investasi terbaik untuk dunia dan akherat kita.
Anak-anak yang lebih banyak diajak ngobrol hal yang yang baik dia akan bersikap positif dan menghargai orang lain. Apalagi jika obrolannya banyak menanamkan nilai-nilai tauhid. []
Mother's Grief
Indonesia again mourned the eruption of Mount Krakatau and caused the city of Pandeglang and southern Lampung to be hit by the tsunami.
We certainly join in with the disaster. Some people reportedly died including guitarists and basses from the Seventen Band who were performing at Tanjung Lesung beach. And also the comedy group group timlo personnel. We mourn their departure towards the kholiq. Hopefully the victim who died Tsunsmi was accepted by Allah SWT.
Countless damage caused by this tsunami disaster.
For this disaster we cannot blame anyone. Because there is already a destiny that cannot be contested. From this incident, let's take a lesson. Which hopefully can be the best lesson for those left behind. Because the essence of humans will die before God Almighty. However, what we have prepared to face Him.
Indonesia is indeed a country that is very rich in natural resources, but behind that the country is also included which is very vulnerable to disasters.
From the tsunami that occurred in Pandeglang and South Lampung we can learn, that disasters do not always have to give a sign first. Here should always be vigilant, and keep guarding the behavior so that when Allah SWT is ready to face Him.
Emak Super Kepo
BAHAGIA MENJADI REMAJA TERASING
Mengapa kita meski bahagia menjadi remaja terasing?
Pertama: Karena kita menjadi orang yang sedikit. Menjadi orang yang berbeda di saat remaja lain ingin tampil seragam mencontoh berhala-berhala yang menjadi sosok panutan mereka. Yang mencuci otak-otak mereka hingga keluar dari fitrahnya sebagai muslim. Menjadi generasi-generasi yang kehilangan karakter. Mereka mengaku muslim, tapi karakter dirinya tak jauh berbeda dengan orang kafir.
Al- ghuroba menurut penjelasan hadist diatas bukan ada di zaman para sahabat, tapi ada di zaman yang jauh sekali dari masa sahabat yaitu di zaman kitalah al-ghuroba itu terjadi. Karena kita ada dimasa banyak manusia yang merusak metode kehidupan yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dan dimasa sahabat metode itu belum rusak karena mereka senantiasa memeliharanya dengan teguh.
Lantas apa yang membuat kita harus bahagia? Karena kita bagian dari orang yang melakukan perbaikan. Kita senantiasa menggenggam akidah islam kita dengan kuat, senantiasa menerapkan kehidupan Islam dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa menutup aurat dengan sempurna, senantiasa menjaga Iffah dan izzah kita, dan senantiasa terus berdakwah mengingatkan teman-teman kita yang salah jalan, meski terkadang dicemohkan dan tak dianggap. Dan banyak hal lainnya yang dilakukan oleh remaja-remaja hanif seperti kalian. Menjadi agent of change untuk generasi saat ini, dan yang ada sesudah kalian.
Kedua: Yang menjadi bagian orang terasing seperti dalam gambaran hadist di atas jumlahnya sangat sedikit. Lho… bukannya menjadi yang sedkit itu lebih menyedihkan, karena lebih mudah dikalahkan oleh jumlah yang banyak? Yupzs…kita jangan pesimis duluan dengan menjadi bagian yang sedikit. Karena kuantitas tidak selamanya menjadi yang kualitas. Bukankah yang berkualitas itu selalu berada dalam jumlah yang sedikit? Predikat juara hanya bisa diraih oleh orang tertentu saja, bukan dalam jumlah kebanyakan.
Dan semoga kita menjadi bagian yang sedikit itu. Yang kelak dihari kiamat memancarkan cahaya bagaikan cahaya matahari.
Sejarah sudah membuktikan betapa banyak jumlah yang sedikit bisa mengalahkan yang besar. Karena di dukung oleh kekuatan iman dan ketakwaan yang membaja sehingga bisa mengalahkan pasukan musuh yang besar yang di dukung oleh persenjataan yang canggih di setiap zamannya. Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh 249 juga di jelaskan bahwa : “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”
Jadi tak usah pesimis dengan jumlah kita yang sedikit. Karena bisa jadi dengan perjuangan yang tak pernah henti, mereka yang kini mengacuhkan gerak langkah kita suatu saat akan mendapatkan hidayah Allah.
Ketiga: Orang yang menjadi gambaran seperti di sebutkan dalam hadist tentang bagian orang Islam yang terasing adalah mereka adalah kaum yang beraneka ragam. Seperti yang di jelaskan dalam hadist Rasululullah, “ Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah, saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-mimbar dari cahaya bagi mereka dihari kiamat. Orang-orang merasa takut, tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan mereka tidak bersedih.
Dan gambaran dari penjelasan bagian ketiga dari hadist diatas, yang terasing dari kabilahnya adalah kita yang terus memperjuangkan tegaknya syariat Islam di saat yang lain sibuk memuja system kapitalis demokrasi, sekularisasi dan liberalisme. Kita di asingkan karena ketinggalan zaman, kita di asingkan oleh orang-orang picik karena di anggap radikal, militan padahal kita tak pernah menebar terror dan kebencian. Kita di asingkan karena membela saudara-saudara muslim kita diberbagai belahan dunia karena imprealisme Kafir Laknatullah. Kita diasingkan karena memperjuangkan agar pengelolaan kekayaan negri ini di kelola dengan baik bukan dijarah oleh para Kapitalis. Kita tak hentinya terus menyadarkan umat untuk menjauhi riba, menjauhi Zina,dsb.
Berbahagialah wahai remaja yang terasing, yang tetap teguh memegang akidah Islam kalian, disaat yang lain mencari kegelapan. Karena janji Allah itu pasti, bahwa kita akan di berikan kemenangan dengan Nasrullahnya. Menjadi umat terbaik yang datang pada hari kiamat dengan keadaan bercahaya bagaikan cahaya matahari. Kalianlah umat beraneka ragam itu, yang memilih untuk berbeda dan berani menembus perbedaan. Meski halangan terus merintangi langkah, namun demi syurga yang dijanjikan, kalian berani menghadapi segala hambatan
Keempat: Kalian menjadi orang terasing, namun kalian saling mencintai dengan ruh Allah. Dan ikatan ukhuwah kalian yang paling kuat karena akidah Islam yang senantiasa di genggam dengan kokoh. Tidak diikat oleh ikatan nasab, ikatan kekerabatan, ikatan kemaslahatan maupun duniawi. Seperti yang Rasulullah sabdakan dalam hadistnya: “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan ‘ruh’ Allah, padahal mereka tidak memiliki hubungan Rahim dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama-sama. Demi Allah, wajah mereka adalah cahaya. Mereka ada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia takut. Mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih.” Kemudia Rasulullah membacakan firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak mempunyai rasa takut (oleh selain Allah) dan tidak bersedih”.
Dan kelima: Menjadi terasing, dan memperoleh kedudukan tanpa menjadi syuhada. Remaja betapa beruntungnya kita menjadi yang terasing, tanpa kita gugur di medan jihad tapi kita memiliki keistimewaan layaknya para Syuhada yang gugur di medan jihad. Namun, posisi itu tentu saja tidak kita raih dengan mudah. Tapi karena pikiran, tenaga dan harta kita disumbangkan untuk perjuangn dakwah, menjadi orang terasing ditengah kaum yang rusak, dicela, dihina, dsb.
Namun,kalian tidak pernah mengeluhkan betapa sakitnya saat dikucilkan, betapa sakitnya ketika kita tak dianggap saat mengajak remaja mengkaji Islam, dikucilkan di tengah masyrakat karena kalian betah menjombo saja. Padahal di masyrakat saat ini, para orang tua akan begitu bangga jika anaknya punya pacar bahkan jika anaknya berganti-ganti pacar pun tidak menjadi masalah. Bahkan menjadi suatu kebanggaan, dan akan menjadi masalah jika anak-anak mereka mengikuti jejak seperti kalian. Yang menjadi aktivitas dakwah, yang menutup aurat dengan sempurna, yang mampu menghindari pacaran sebelum waktu pernikahan itu tiba.
Selamat untuk kalian para remaja-remaja sholihat. Kalianlah remaja yang mampu memberi perubahan untuk bangsa ini, kalian ibarat setitik embun di gersangan yang mampu memberi rasa adem pada jiwa-jiwa yang letih. Semoga keistiqomahan selalu mengiringi langkah kalian. Dan Allah mempermudah jalan kalian menuju syurga. Amin, Allahuma ya amin…