Akhir-akhir Ini banyak sekali ulama di Indonesia yang merapat ke penguasa demi mendapat lapis legit yang bernama Jabatan. Akhirnya kewibaan ulama pun tergerus karena di stell untuk mendukung kemauan si penguasa itu sendiri.
Dalam negara yang mengusung demokrasi sekuler peran ke ulamaan sungguh tidak di hargai. Ulama yang harusnya menjadi pewaris para nabi,akhir-akhir ini perannya tak lebih seperti boneka para penguasa. Mereka diperlukan karena mampu mendulang suara umat. Namun jika ekstabilitasnya sudah menurun, ulama tersebut akan ditinggalkan.
Masuknya salah seorang ulama ke poros petahana dengan mencalonkan dirinya menjadi cawapres ini semakin membuat kita miris. Akankah keberadaannya dilingkaran penguasa akan membawa perubahan umat menjadi lebih baik? Yang kita lihat justru bikin menyesakan dada. Saat kondisi negara dalam keadaan carut marut. Fitnah akhir zaman yang tiada henti membuat umat rindu akan sosok ulama yang kehadirannya mampu membawakan angin segar. Dan yang terjadi adalah kebalikannya. Umat dibuat bingung dengan statment para ulama,ketika mereka sudah merapat kepenguasa.
Ulama hari ini dengan sukarela menyerahkan dirinya kepada penguasa. Menjual ayat-ayat dengan harga yang murah sesuai selera penguasa. Antara kebenaran dan kebatilan tercampur tanpa ada sekat. Nasionalisme terus digembor-gemborkan. Meskipun kebenaran sesuai Al-Qur'an harus dikorbankan. Ya,semuanya semata-mata karena kekuasaan yang terlihat indah didepan mata. Tak peduli bahwa banyak orang berjalan dalam kebenaran harus dikorbankan. Dengan alasan islam radikal, wahabi, khawarij,dsb. Merasa dirinya dan golongannya yang lebih baik, dan lebih layak masuk surga. Yang lain salah dan tidak berhak untuk menyampaikan kebenaran.
Ulama adalah pewaris para nabi dan hanya para ulama yang dikarunikan oleh Allah ilmu yang luas. Ada yang lebih penting untuk di pikirkan para ulama. Masalah yang paling krusial adalah pendangkalan akidah yang dialami umat saat ini,itu seharusnya menjadi titik sentral yang harus dipikirkan. Kontribusi ulama sangat dinanti kehadirannya.
Kemusyrikan merajalela,bahkan diputar dilayar kaca. Begitupun produk makanan syubhat bertebaran memicu keraguan Umat. Dinegri ini semua bisa dimanipulasi. Sertifikat halal belum cukup meyakinkan. Prinsif ekonomi tentang mencari untung sebesar-besarnya,selalu menjadi tolak ukuran dengan melabrak norma yang ada. Ketidak adaan idrok silah billah dalam segala aktivitas individu muslim,menyebabkan mereka menghalalkan segala cara. Aktifitas manusia penuh dengan ikhtilat begitupun dalam bermuamalah penuh dengan unsur ribawi. Lagi-lagi untuk menuntaskan persoalan ini dibutuhkan peran ulama. Namun hari ini,ulamanya disibukan dengan politik praktris. Mengejar materi yang menjajikan kehidupan yang lebih layak.
Dan hari ini banyak ulama yang membuat umat semakin dalam kebingungan yang nyata. Banyak dari mereka menjadi kaki tangan penguasa dengan menanamkan keraguan dan kebencian dengan doktrin-doktrin yang menyesatkan. Umat yang harusnya diajarkan tentang agamanya dalam mencari kebenaran malah saling curiga dengan sesamanya. Perbedaan madzhab pun kerap menimbulkan polemik yang memicu kontraversi
Islam memiliki peran yang sangat strategis bagi para ulama yang perannya tidak bisa digantikan oleh apa pun. Ulama memiliki peran penting sebagai pengontrol para penguasa agar kebijakannya tidak menyalahi aturan yang Allah perintahkan. Maka untuk itu umara harus bersinergi dengan para ulama demi terciptanya sebuah negara yang baldatun thoyibatun warobun ghofur.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddinmengatakan, “Tradisi ulama adalah mengoreksi penguasa untuk menerapkan hukum Allah… kerusakan masyarakat adalah akibat kerusakan penguasa dan kerusakan penguasa itu akibat kerusakan ulama.”
Al-Ghazali bahkan membagi ulama dalam dua kategori, yakni ulama akhirat dan ulama dunia (ulama su’). Salah satu tanda ulama dunia adalah mendekati penguasa.
Maka untuk itu wahai umat yang sedang sakit akibat terlena dengan fatamorgana dunia, disaat kau mencari ilmu carilah ulama yang sangat dibenci para penguasa zalim. Karena merekalah sesungguhnya para ulama yang berjalan diatas real kenabian. Yang jalan hidupnya berpedoman pada Al-Qur'an dan sunnah. Karena selama berpegang kepada dua pusaka tersebut umat tidak akan pernah tersesat.
Dan wahai umat yang sedang sakit, jika ada kabar buruk sampai kepadamu maka bertabayyunlah. Tidak asal telan dengan berita yang belum tentu kebenarannya. Cari sumber terpercaya. Di zaman penuh fitnah ini, engkau harus jadi orang yang kritis. Allah memberikan akal itu untuk mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran apalagi ikut-ikutan tanpa memahami aturan hukum Allah. Dan jauhilah segala ghibah dan perasangka. Sibukan dirimu dengan sesuatu yang penting. Jadilah pemain peran yang baik dan cerdas dalam menyongsong era kebangkitan islam. Karena kemenangan islam itu hanya tinggal menunggu waktu. Akankah engkau diam, dengan hanya menjadi penonton drama kehidupan. []
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini