Subscribe Us

Tirany Fortrees >>> 1

Malam dingin dalam balutan hujan yang mengguyur deras meracah Marcapada. Angin yang berhembus kencang meliukan ranting-ranting dan daun-daun yang berderak mencipta irama yang sangat mengerikan, berkalaborasi dengan suara anjing yang melolong –lolong getir menambah wengit menembus malam yang penuh dengan irama kematian.

Sebuah langkah tertatih menembus kelam yang meraja. Hanya sesekali sinaran kilat menerangi, membantunya menapaki jalan yang penuh dengan akar-akar. Kadang membuat kakinya tersandung, dan terjatuh.

Tak ada lagi tempat untuk menyembunyikan tubuh ringkihnya. Tinggal langit yang jadi tempat berlindung, dan bumi yang jadi pijakan. Semua orang menginginkan harga nyawanya sebagai tumbal sebuah tirani yang ingin bertahta di Marcapada tanpa memandang batas susila. Dan bila tirani itu mengakar kuat di bumi, maka kerusakan akan menjelma seperti alunan badai yang siap memusnahkan apa saja.
Nyeri merayap di seluruh tubuhnya, dibantu gigil yang mendera. Sabetan belati itu, mampu mengkoyak luka dibahunya.

Allah dimanakah kasih Mu? Desisnya di antara keputus asaan yang mulai mendera. Air mata mampu mengalirkan keperihan yang menyiksa. Luka di hatinya teramat sakit,  melebihi sayatan belati yang mengkoyak bahu kirinya. Inikah jalan jihad?  Begitu rumit, penuh jalan terjal, dan mendaki. Dan mungkin seperti inilah yang di dapatkan Rasul saat menyebarkan risalah agung ini, atau lebih dasyat dari ini.

Suara langkah kaki dari belakang yang menyusulnya, membuat ia semakin memacukan langkahnya dalam ketergesaan. Tidak boleh menyerahkan pada kematian begitu saja. Karena menjemput syahid pun harus dilakukan dengan berjuang. Seperti yang pernah di lakukan oleh sahabat Rasul; Umar, Usman dan Ali yang di bunuh para durjana
“Berhenti…!” Suara itu penuh nafsu durjana, karena hati yang tercipta adalah jelmaan iblis laknatullah.

Langkahnya semakin tertatih karena rasa letih yang semakin bertahta. Mungkin ia telah kehilangan energi untuk berpacu atau kematian memang sudah tiba waktunya. Dan kakinya terantuk batu membuat tubuhnya limbung terjatuh bergulingan ke bawah.

”Ha…ha…ha…” tiba-tiba sebuah tawa meledak memenuhi hutan sunyi, dan malam yang berjalan menuju titik kulminasi adalah saksi sebuah angkara yang akan berpencar menjadi sayatan kematian.

“Kau tidak akan bias berlari lagi. Minta tolonglah pada Tuhanmu, gadis manis. Jika dia memang benar-benar ada.” Dan tawa itu kembali meledak memuncratkan aroma kengerian yang tercipta.

Hasbiyallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man natsir…cukuplah Allah bagiku dan dia sebaik-baik pelindungku. Kullu nafsin da’iqotul maut…setiap jiwa akan mati, do’anya dalam detak jantung yang bergemuruh. Ketakutan memang ada karena dia juga manusia biasa.

“Kau memang terlalu usil dengan urusan orang lain, maka rasakan kematianmu yang tinggal beberapa saat lagi!” laki-laki yang haus darah itu menarik ujung jilbabnya, sehingga rambutnya yang panjang memburai dari gelungannya.

“Wajahmu memang bidadari, tapi sayang dirimu terlalu sok srikandi. Maka maut pun ingin segera menyergapmu. Sebelum semuanya berakhir, aku ingin menikmati keindahan darimu.” Suara itu penuh dengan aroma iblis, penuh birahi yang siap meluluh lantakan sebuah harga diri.

“Jangan, lebih baik kau bunuh aku!” gadis itu meronta.

“Hehe…tidak bisa gadis manis, malam ini akulah yang berkuasa menguasai tubuhmu!”

Laki-laki itu mulai kasar dan menarik tubuh di depannya. Tapi, sekuat tenaga tangan gadis itu meronta, menyikut, mencakar dan meludahi.

“Berengsek!” Dengan sekuat tenaga ia melumpuhkan gadis di depannya. “Jangan coba-coba kau melawan.” Laki-laki itu mulai mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, dan menodongkan pistol di kening si gadis.

Gadis itu menggigil ketakutan, karena aroma kematian menebar semakin dekat.

“Ya Allah lindungilah aku dari kejahatan nafsu iblis yang berwujud manusia binatang ini.”

Angin malam berhembus dingin menyibak daun-daun.

Krosaaak… terdengar suara ranting yang terinjak mengagetkan keduanya, laki-laki itu menegak dan bangkit memperhatikan sekelilingnya.

“Siapa kau?!”

Sepi tak ada jawaban, hanya lolongan Anjing yang terdengar dari kejauhan di bantu desau angin yang menambah wengit pelataran malam. Hujan sudah mereda dari tadi, tinggal menyisakan dinginnya saja yang menggigil.

“Keluarlah kau!” teriak laki-laki itu dengan penuh kesigaan. Instinknya berbicara kalau injakan ranting tadi bukan berasal dari kaki binatang.  Tapi, berasal dari kaki manusia.

“Imperium tiranimu akan segera berakhir.” Suara itu muncul tak berwujud.

Hm…rasa-rasanya dia pernah mengenal suara itu, tidak asing di telinganya.

“Tak perlu kau tahu siapa aku, tapi bersiaplah untuk aku hantar ke neraka.”
Suara itu, ya ampun dia baru mengingatnya. Bukankah dia…?

“Pengkhianat, keluarlah kau!”

Sebuah percikana api dengan cepat merobohkan tubuhnya, timah panas itu berhasil mengkoyak dadanya. Rupanya orang yang datang sudah tidak mau bermain-main lagi dengan waktu.

“Akh…” ia memegang dadanya yang mulai basah oleh darah, dan laki-laki itu di jelma sakaratul maut yang menyiksa. Sedangkan gadis yang ada di sebelahnya terpekik kaget karena begitu murahnya sebuah harga nyawa tumbang. Belum hilang rasa kagetnya, tiba-tiba sebuah bayangan hitam sudah berada di depannya.

“Tempat ini tidak aman, ayo kita pergi dari sini.”

“Siapa kau?”

“Cepatlah, nyawamu sedang terancam. Kita harus segera menyelamatkan diri dan menghubungi polisi.”

Tanpa banyak tanya, bayangan hitam yang memakai kupluk ninja itu segera menyambar tangan si gadis, menariknya untuk segera meninggalkan tempat. Tersaruk-saruk dalam keremangan malam dan sesekali tersandung akar-akar.

“Percepatlah sedikit!” Lelaki asing itu membentaknya, karena dihinggapi rasa kesal. Terlambat sedikit berarti kematian akan segera menyambarnya. Banyak orang yang menginginkan harga kematian gadis ini, dan dia tak mungkin membiarkannya.

“Ak..aku…letih.”

“Sedikit lagi, ayo kita akan segera sampai di mobil.”

Dengan tenaga yang hampir habis akhirnya mereka sampai juga disebuah mobil Land Rover yang cukup tersembunyi dalam rimbun pepohonan.

Wuizzz…segera mobil melaju dalam kecepatan yang sangat tinggi walau medan yang dihadapi sangat kurang bersahabat. Jalannnya zig-zag tanpa aspal,  dan entah dari mana munculnya sebuah Jip mengejar dibarengi dengan rentetan tembakan menegangkan keduanya. Sebuah pohon mahoni mendadak tumbang di hadapannya, menghentikan laju jalan mobil.

Ciiit…cekiiit… mendadak mobil di rem, menyebabkan benturan yang dasyat tak terkendali. Mobil terjungkal masuk kedalam jurang dan meledak.

***

Arggghhh…tiba-tiba dia merasakan kepalanya sakit dan perlahan matanya mulai terbuka. Pliyarrr… matanya terasa sakit akibat pantulan cahaya listrik yang terpantul dari ruangan serba putih itu.

“Alhamdulillah dia sudah mulai sadar.” Ujar suara di sebelahnya yang di angguki seoarang lelaki bermata teduh.

Suasana asing menyergap jiwanya. Perlahan dia mencoba bangkit meski selang-selang masih berseliweran di tubuhnya, tapi dia segera di tahan.

“Jangan dulu bergerak, tubuhmu masih lemah.” Ujar lelaki yang bernama dr. Faizal.

“Siapa kalian, dan dimana aku?” lirihnya.

“Kamu ditemukan menyangkut dipinggir sungai dalam keadaan tidak sadar, seminggu yang lalu. Saya pikir karena sebuah kecelakaan dan teman mu yang laki-laki ditemukan dalam ke adaan sudah tidak bernyawa lagi.”

Di sebuah sungai, kecelakaan, dan temannya meninggal. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak megerti dengan apa yang telah menimpa dirinya.
“Maaf…saya benar-benar tidak mampu mengingatnya.”

Gadis yang berada di sebelahnya, yang bernama Liana mengkerutkan keningnya lalu menatap kakaknya. Tidak mampu mengingatnya, apakah ada sesuatu yang telah terjadi dengan gadis ini? Kehilangan memorynya sehingga tidak mampu mengingat peristiwa yang sudah menimpanya.

“Siapa namamu dan berasal darimana?” tanya dr. Faizal pelan.

“Ap… apa?” gadis itu tergagap.

“Namamu siapa?” ulang Liana.

Gadis itu menggeleng, ia seperti orang linglung tak mampu sedikitpun untuk mengingat dirinya, juga keluarganya. Bahkan peristiwa tragis itu, semuanya masih sangat misteri.

“Dia hilang ingatan Ka, kasihan sekali. Apa mampu dia kembali seperti semula?”

"Insya Allah bisa, kita bantu sebisa mungkin agar dia mampu mengingat semuanya meski membutuhkan waktu.”

“Kasihan gadis secantik dia.”

“Sudahlah, aku mau Tahajud dulu. Kamu jaga dia baik-baik.” Faizal keluar dari ruang perawatan untuk pergi menuju Mesjid Rumah sakit.

Tinggal Liana dan gadis asing itu yang berada di ruang perawatan. Dengan penuh kasih sayang Liana menyelimuti gadis itu. (BERSAMBUNG)
***

DUKA PERTIWIKU



Gelap,pekat makin menebal jadi selimut pertiwiku

Jerit tangis alam tak terhirau saat mereka merintih sakit merejam luka

Hutan menangis mengiba saat di babat habis nafsu liarmu...merangas menjadi
bukit-bukit tak bertuan

Minyak,emas dan barang tambang lainya di gerus habis tanpa menyisakan bagaimana esok nasib generasi ini


Semua karena ambisi

Harta,tahta atau ah...mungkin juga biar bisa berganti selir hati

Alam mengamuk kini...melalap semua yang ada

Memisah jiwa dari raga…harta tiada guna hanya menyisa tangis dalam duka


Siapa yang pantas di persalahkan?

Coba tanya pada hati nurani...

Jangan salahkan Tuhan karena ayat-ayatnya sudah bertebaran berikan peringatan

Alampun tak patut di persalahkan karena dia selalu menawarkan persahabatan

Semua adalah kesalahan manusia-manusia serakah


HukumTuhan kau abaikan

Hukum manusia kau beli dgn gepokan uang

Jika bencana ini terus melanda harusnya kau yg dulu merasa

Bukan kami rakyat yang dari dulu menderita

NOVEL: MENJEMPUT CAHAYA (part# 3)

BAGIAN TIGA

Rumah terasa sepi tanpa ada Albyan tak ada perdebatan dan percekcokan lagi meributkan hal-hal yang menurut Cika sangat sepele tapi bagi Albyan itu adalah suatu hal yang tidak baik apalagi bagi seorang perempuan. Hari ini Albyan sedang pergi keluar kota katany ada urusan yang sangat penting.
Bagi Cika kepergian Albyan ada ruginya juga sebab dia nggak bisa makan yang enak-enak. Albyankan pinter banget masaknya. Meskipun di kulkas banyak persediaan mentah buat di masak tapi sayang Cika sama sekali nggak bisa masak.
Duuh...kapan sih si Albyan pulang,kalau dia nggak pulang gue bisa kelaparan disini, ceracau Cika dalam hati.
Tiba-tiba Hpnya berbunyi...dari Albyan mata Cika langsung berbinar senang.
“Hallo Byan,kamu dimana? Lagi ngapain? Kapan pulang?” berondongnya.
“Wa’alaikum salam...gitu dong jawabnya,kalau nanya satu-satu.” Ujar Albyan sabar.
“Hehe...sorry lupa...”
“Lupa karena kangen sama aku ya?”
“Enak aja,nggak bakalan aku kangen sama kamu. Tiap ketemu berantem,bikin bete!”
“Ah..masa, bukannya ada aku kamu senang?”
“Kangen apanya coba,kamu tuh nggak di dunia nyata or maya sukanya ngajak ribut terusss...”
“Eh,kamu itu jangan suka kegeeran ya,ada aku senang karena ada yang masakin. Kamu kan paling ijo kalau lihat makanan.”
“Hehe..iya sih,sekarang aja aku lagi kelaparan. Makanya cepetan kamu pulang.”
“Belajar dong jangan maunya dimasakin terus,kamu bisanya masak apa sih?”
“Masak air dan mie doang.”
“Itumah anak TK juga bisa, terus hal-hal perempuan yang kamu bisa itu apa?”
“Ehm...apa ya, main barbie kali .” jawab Cika asal.
“Ha...ha..” Albyan tertawa keras.
“Eh, ngapain lo ketawa...?”
“Kamu tuh lucu,emang masih pantes segede gitu main barbie?”
“Masa bodo ah,” Cika ngambek.
“Cup...cup...jangan marah ah, ntar kamu tambah jelek. Kamu sudah makan belum Cika?”
“Makan apa? Di kulkas Cuma ada sosis,baso, daging sama brokoli. Masa gue harus makan mentahnya.”
“Ah,kamu emang cewek payah.”
“Enak aja kamu bilang gue payah.”
“Lha,emang kenyataannya begitukan? Kamu nggak bisa urusan wanita makanya payah.”
Arghhh...Cika geram.
“Kalau gitu kamu cari makan aja di luar,uang yang aku kasih masih cukupkan? Jangan sampai kamu nggak makan ntar malah sakit.”
“Thank on you care Byan.” Cika merasa terharu dengan perhatian Albyan
“Your welcome Chika, sudah dulu ya aku sibuk. Hati-hati di rumah.” Pesan Albyan sebelum menutup pembicaraannya.
Albyan meski lo cerewet dan suka ngatur gue, tapi lo baik dan care. Gue beruntung banget punya teman kayak lo, batin Cika.
Benar-benar bete hari ini kemana ya? Aha...sudah lama gue nggak buka Fb semenjak kabur dari rumah pasti orang-orang pada linglung dan si Radit pasti marah karena dirinya tidak datang ke pesta pernikahannya. Cika segera berlari ke ruang perpustakaan yang di lengkapi fasilitas komputer.
Cika menulis beberapa kalimat di statusnya
Yups...some time the life is very sad, but my lord send a best friend...setelah selesai menulis di statusnya dia membuka Inbox message ada banyak pesan yang masuk dan ada pesan dari radit Cika segera membukanya.
Tanpa judul
Dari : Radit
Pada: Anda

Cika aku nggak ngira kamu bisa setega itu nggak datang ke pesta pernikahanku. Sekian tahun kita bersahabat,kemana-mana selalu bersama tapi pas di hari bahagiaku kamu nggak datang. Coba jelaskan ada apa, apakah ada yang membuat dirimu terluka karena ulahku yang aku sendiri tak menyadarinya. Kakakmu bilang kamu ada kepentingan yang nggak bisa di tunda, tapi aku tahu kamu Cika kamu biasanya sangat perhatian dan rela menunda kepentinganmu demi seorang sahabat. Aku sudah menganggapmu bagian dari keluargaku sendiri tapi mana bukti kamu jika masih menganggap aku sahabat. Aku kecewa sama kamu Cika...kedatangan kamu itu sangat berarti untuku begitupun bagi keluargaku.
Hm...Cika nampak berpikir keras bagaimana dia harus ngasih jawaban ke Radit. Balas atau tidak dia menimbang-nimbang. Akhirnya Cikapun membalasnya.
From You
To Raditya

Sorry aku nggak bisa datang tapi saat itu aku dapat trouble waktu pendakian dan harus dirawat di RS. Beruntung ada sesama pendaki yang menolongku dan merawatku. Suatu saat aku pasti datang mengunjungimu dan berkenalan dengan Andin lebih dekat. Kamu mau percaya atau tidak dengan apa yang aku tulis bagiku nggak apa-apa tapi memang inilah kenyataannya. Kamu pasti sudah tahu tentang hidupku yang nggak bisa dipisahkan dengan petualangan menaklukan gunung-gunung.
Cika merasa lega setelah membalas pesan dari Radytia setelah itu dia segera menutup Fbnya. Tiba-tiba dia jadi kangen kerumah. Kangen pada Mama dan Bang Ardo, apakah mereka sekarang sedang mencarinya. Ah...tapi dari dulu juga mereka tak pernah khawatir meski nggak pulang seminggu dan nggak ada komunikasi sebab Mama percaya karena mungkin dulu dia pernah memyabet gelar taekwondo tingkat provinsi jadi di mata keluarga dirinya bisa menjaga diri dengan baik.
***

Ardo terlihat uring-uringan, semenjak adiknya mingat dari rumah seminggu yang lalu dia nggak punya teman debat, nggak ada lagi saling kritik-mengkritik. Di meja makanpun terasa membosankan jika makan tanpa Cika, biasanya dia paling senang mengomentari kerakusan adiknya yang paling ribut kalau lihat makanan di meja makan bikin Mama dan Papa godeg melihat kegembulan putrinya yang seperti tidak pernah di kasih makan 1 minggu. Tapi anehnya meski dia doyan makan tubuhnya tetap cungkring tak pernah melar.
“Kamu rakus banget sih Cik, jadi cewek. Bikin bangkrut kalau aku punya cewek kayak kamu.”
“Biariiin, dari pada kelaperan kan mending banyak makan biar sehat.” Jawabnya cuek.
“Tapi kelakuan mu itu bikin malu-maluin kalau di tempat yang ramai. Nggak di rumah,nggak di warung makan pasti rakus kayak orang kelaperan. Jadi cewek lembutan dikit kek, sekali-kali dandan kek, jangan bau terus kayak gembel.”
“Bodo...”
“Hrgh...dasar keras kepala, susah kalau ngomong sama gadis berwatak batu.”
“Yang penting nggak jadi anak manja kayak kamu, kan masih mendingan aku yang jarang minta bantuan nyokap dan bokap.”
Cika dimanakah kau dik, aku kangen banget sama kamu, guman Ardho dalam hati.
Ternyata sebuah kebersamaan akan terasa indah dan di kenang bila salah satunya pergi.

Bersambung

NOVEL: MENJEMPUT CAHAYA (bagian dua)

BAGIAN DUA

Rumah sakit As-Syfa sebuah rumah sakit yang terletak di kabupaten Sukabumi. Hilir mudik orang-orang membesuk keluarganya yang sakit menyiratkan wajah-wajah kesedihan meski ada juga yang tetap tabah dan juga bersikap biasa-biasa saja, bau obat menyeruak menusuk hidung.
Di ruang tunggu seporang pemuda tampak gelisah, 15 menit yang lalu dia membawa seorang pasien kemari. Seorang pasien yang ditemukannya tergeletak tak berdaya saat dia mau turun dari pendakian dari Gunung Gede,ternyata sosok pasien yang ditemukannya tidak lain adalah Cika wanita yang baru dikenalnya kemarin. Cika ditemukan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan,wajahnya pias dengan tubuh meggigil kedinginan akibat terkena hujan semalaman. Gadis itu terkena demam,rupanya broken heary sudah membuat Cika kehilangan kontrol dengan merusak dirinya sendiri. Semua ini terbukti dengan di temukannya sebotol Vodka di sampingnya saat ditemukan saat pingsan tadi. Kalau dia benar-benar punya tujuan untuk mendaki pasti melakukan persiapan yang matang dengan membawa tenda dan membawa pakaian penangkal dingin.
Ah,kasihan sekali gadis itu,guman lelaki yan tidak lain adalah Albyan. Dalam kondisi antara sadar dan tidak Albyan mendengar cika memanggil-manggil nama Radytia. Mungkinkah Radytia yang sudah membuat cika menderita seperti ini. Albyan jadi kembali teringat dengan kisah masalalunya.
Albyan bingung tak tahu harus kemana menghubungi keluarga Cika karena dia tidak menemukan petunjuk apapun tentang asal mula gadis itu berasal. Tidak ada Hp ataupun Ktp yang di temukannya hanya sebuah kartu Atm BCA dengan nama Cika Rahardian itu saja.
Albyan mengacak rambutnya yang gondrong bingung.
Tiba-tiba pintu kamat tempat Cika di rawat terbuka,Albyan segera memburu dokter yang sudah merawat cika barusan.
“Bagaimana keadaan gadis itu dokter?”
“Tidak apa-apa,besok juga dia sudah bisa di bawa pulang. Cuma kondisi jiwanya masih labil tapi panasnya sudah menurun kok.”
Albyan menarik nafas lega.

Keesokan harinya tubuh Cika sudah mulai membaik dan sudah di perbolehkan pulang.
“Thanks banget atas semua jasamu yang sudah nyelamatin nyawaku.” Cika merasa harus berterimakasih pada Albyan yang sudah menolongnya,kalau Albyan tidak datang menyelamatkan jiwanya mungkin nyawanya sudah nggak tertolong.
“Sama-sama,terus setelah ini kamu mau kemana?”
Gadis itu mengangkat bahu.
“Mungkin aku akan jadi petualang yang terus berkelana dari satu kota kekota lainnya.”
“What?” mata Albyan melotot.
“Kenapa?”
“Kamu kan baru sembuh,jangan keras kepala kalau jadi wanita. Perhatikan kesehatanmu,dan nggak ada cara yang lebih baik untuk seorang gadis kecuali pulang kerumahnya.” Tegas Albyan
“TAPI AKU NGGAK PINGIN PULANG!!” Teriak Cika kesal merasa langkahnya di hambat.
“PULANG!!”
“NGGAK...POKOKNYA NGGAK...!!”
“Dasar cewek ketas kepala. Terus siapa yang akan merawat kamu jika terjadi apa-apa,padahal kamu ini baru sembuh.”
“Bodo...nggak usah sok perhatian!!”
Albyan geleng-geleng kepala,baru seumur-umur dia nemu gadis yang keras kepala seperti ini
susah banget di nasehatinnya.
“Kamu sayang dengan dirimu sendiri nggak sih? Coba bersikap dewasa sedikit dalam menyikapi masalah,jangan seperti anak kecil yang cengeng dan rapuh. Kamu pikir di dunia ini Cuma kamu saja yang hidupnya menderita, banyak orang-orang yang masalah hidupnya lebih rumit di banding kamu. Seharusnya kamu bersyukur bukan menyakiti diri sendiri.”
“Aku sama sekali nggak membutuhkan nasehat kamu!!” bentak Cika.
Hrhhh...Albyan kesal juga menghadapi gadis batu di depannya yang tak mempan di nasehatin.
“Terus maumu apa?”
“Aku nggak mau pulang dan aku mau mengikuti langkah kaki kemana perginya.”
“Gila,kamu ini cewek, berbahaya berada di jalanan. Aku nggak setuju lebih baik kamu ikut denganku dan hidupmu aman.”
“What? Enak aja,memangnya kamu siapa aku?”
“Aku memang bukan siapa kamu Cika,tapi aku paling nggak suka melihat wanita berkeliaran di jalanan. Jalanan itu kejam Cika,sehebat apapun kamu sekarang tapi tetaplah kamu perempuan yang harus bisa menjaga fitrahmu. Suatu saat kamu akan jadi istri dan ibu,belajarlah Cika untuk menghargai dirimu sebagai wanita.” Kata-kata Albyan lembut menyentuh jiwa.
Cika tersentuh mendengar kata-kata Albyan,baru seumur-umur ada orang yang sebegitu perhatian pada dirinya. Padahal Albyan itu bukan siapa-siapa.
“Aku nggak peduli Byan,apapun yang bakal terjadi nanti denganku akan aku hadapi.”
“Tapi aku peduli sama kamu Cika,jadi kamu jangan ngeyel. Ingat kamu berhutang budi padaku. Jadi kamu harus ikut aku dan mengikuti aturanku.”
“ENAK AJA! KAMU NGGAK BISA MENGATUR AKU BYAN, DAN AKU TIDAK MAU IKUT ATURANMU...TITIK!!” Kembali Cika berteriak.
“DASAR KERAS KEPALA! AKU NGGAK AKAN MEMBIARKAN KAMU PERGI KEMANAPUN. KECUALI SATU,KAMU PULANG KE RUMAHMU!!”
“Terus kamu mau ikut aku kemanapun pergi,begitu?”
“YA...”
“DASAR COWOK GILA! KURANG KERJAAN!”
“Terserahlah kamu mau berkata apa,tapi saat ini kondisi jiwamu sedang labil jadi aku nggak ingin melihatmu tambah stress dan gila gara-gara kelakuan konyolmu.”
Tuhkan cowok itu benar-benar sangat peduli,Byan memperlakukan dirinya sebagaimana bersikap pada perempuan mestinya berbeda dengan Radit yang menghanggapnya tidak lebih sebagai teman yang enak untuk di ajal ngobrol dan pergi kemanapun. Radit tak pernah menganggap dirinya perempuan.
“Terserah kamulah Byan,aku capek. Dan yang pasti saat ini aku nggak pingin pulang kerumah.” Cika akhirnya mengalah.
“Nah gitu dong,kenapa nggak dari tadi? Jadinya kita nggak perlu ribut berdebat.” Albyan tersenyum menang.
Cika mengangkat bahu acuh.
***

Sebuah rumah bergaya minimalis cocok banget untuk pasangan muda. Halaman rumah ditata sedemikian apik penuh kembang warna-warni sedap di pandang. Cika untuk sesaat tertegun saat memasuki halaman rumah itu. Rumah orangtuanya mungkin tiga kali lebih luas dari rumah ini, tapi disini dia menemukan kenyamanan.
“Cika masuk,jangan bengong disitu.” Teriak Albyan.
“Nggak ah Byan,gue takut.”
“Ha...ha...ha...” Albyan tertawa keras. Kamu takut sama siapa Nona,jangan negatif jadi orang. Aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok.”
Cika manyun ditertawakan begitu.
“Cepetan,wajahmu sudah kelihatan letih butuh istirahat,” Albyan menunjukan kamar yang bakal di tempati Cika di lantai atas. “Di situ kamarmu. Oh,iya jika kamu ingin ganti baju untuk sementara kamu pakai baju-baju punyaku yang di lemari. Tapi untuk besok –besok kamu meski pakai pakaian cewek.”
“What?!”
“Iyalah,kamu masih tetap seorang cewekan?”
“Ih,nggak banget disuruh berpakaian cewek.”
“Harus...!”
“Maksa amat sih?”
“Iyalah,jadi cewek nggak boleh menyerupai laki-laki. Kalau kamu pingin apa-apa tinggal ambil aja nggak usah sungkam atau bisa ngomong dulu sama aku. Pingin baca buku bisa di ruang perpustakaan lengkap dengan DVD,Tv jika kamu pingin nonton koleksi film-filmku bisa juga sekalian main internet juga musik.” Jelas Albyan.
“Makasih atas kebaikannya,sekarang aku ingin beristirahat dulu.”
“Ya sudah,sana masuk. Met beristirahat.”
Cika melengggang masuk ke kamar. Nyaman banget kamar tidurnya,rapi dan bersih. Seperai merah bergambar bola MU dilapisi Bed Cover senada. Ada lemari kecil untuk menyimpan baju,meja rias dan gubrag...Cika menjatuhkan tubuhnya ke Bed tanpa sempat mengganti bajunya terlebih dahulu. Dia benar-benar sudah ngantuk dan lelah. Akhirnya Cikapun terlelap.
Jam empat sore kamarnya diketuk hyprerbola dari luar. Siapa lagi kalau bukan Albyan yang sudah merusak acara tidurnya.

“Kasar amat tuh orang,” gerutu Cika ngomel-ngomel dalam hati. Dengan malas-malasan dia membukakan pintu.
Byan tampak rapi masih berbalut koko dan sarungnya. Rupanya dia baru selesai shalat Ashar.
“Kamu sudah shalat belum?”
“Shalat?” jawab Cika bengong,nggak lihat orang baru bangun tidur dan masih bau iler.
“Iya,shalat ashar Nona.”
Hm...Cika menggaruk kepalanya yang nggak gatel.
“Shalat gue setahun dua kali.” Jawabnya cuek.
“Apa,setahun dua kali? Astagfirullah.”
“Eh,biarin dari pada seumur-umur nggak shalat.”
“Bangga bisa shalat setahun dua kali?” Albyan menatap tajam pada Cika yang di tatap jadi malu.
“Nggak,gue merasa berdosa kok jarang shalat tapi gue nggak pernah punya waktu.”
“Hm...sesibuk itukah hidup mu? Aku lihat kamu bukan orang sibuk malah bisa disebut pengangguran. Tapi jawabanmu tuh ringan banget,seperti nggak ada beban sudah meninggalkan kewajiban Tuhanmu.”
“Sorry Byan, mungkin kehidupan gue dan lo beda. Dalam artian lo dari kecil sudah didik dasar agama yang baik sedang ortu gue sibuk nggak pernah punya waktu untuk kerluarga. Jangankan agama untuk hal lainpun ortuku tak pernah punya waktu. Gue sebenarnya pingin jadi orang yang pintar agama tapi nggak tahu pada siapa gue harus belajar. Lingkungan hidup gue dari dulu kebanyakan penganut paham sekuler dan malah cenderung liberal.” Ujar Cika sedih.
“Oh,gitu.” Albyan jadi ikut prihatin juga. “Sekarang kamu mandi dulu lalu shalat,ini mukenanya. Selesai semuanya aku tunggu di ruang makan.”
“Siap pak komandan!”
Hm...tuh anak masih sempat-sempatnya juga bercanda. Albyan geleng-geleng kepala.
Akhirnya Cika Shalat juga dengan bacaan yang ingat-ingat lupa. Jujur dia jarang shalat dan yang di ucapkan pada Albyan tadi benar adanya,karena saking jarangnya shalat sehingga bisa di hitung. Shalat hanya untuk hari raya atau shalat ketika disuruh praktek di sekolah saat ujian peraktek dan terakhir shalat mungkin dilakukan saat ujian praktek ketika kelas tiga SMU beberapa tahun yang lalu, setelah itu bisa di hitung.
Hidup kenapa harus menuntunnya kemari, Cika benar-benar tidak mengerti. Bertemu dengan Albyan dan pasti dengan cowok itu bakal bakal banyak aturan-aturan yang harus di patuhi. Tapi masa bodo ah untuk sesaat ini karena nggak bakal selamanya tinggal disini,pikir Cika berusaha untuk tidak peduli.
Seperti yang di sarankan Albyan setelah selesai Shalat Cika lasngung memburu meja makan. Mengingat kata terakhir makan mendadak perutnya bernyanyi minta di isi.
Hup...yummy...mata Cika langsung melotot melihat meja makan penuh dengan makanan yang enak-enak bikin dia ngiler. Ada Sop buntut kesukaanya,omlet, bistik daging ayam,sambel goreng plus rendang daging sapi.
Ck...ck...gila makanan sekomplit ini siapa yang masakin. Disini kelihatannya nggak ada pembantu. Nggak mungkin rasanya kalau si Albyan yang masak,paling dia beli dari restoran atau rumah makan biasa. Ah,ngapain gue mesti nanya siapa yang masak yang jelas dia harus segera menuntaskan dendam laparnya. Cika segera menarik kursi dengan asal-asalan lalu duduk dengan sebelah kakinya di angkat keatas kursi dan dengan cuek memutar meja untuk memilih menu favoritnya. Semuanya sih favorit untuk Cika si hoby makan.
Ops...gila...Byan menggelengkan kepalanya demi melihat tingkah acak-acakan Cika. Nih anak pernah nggak sih belajar tentang etika kesopanan. Seperti anak yang tak pernah mengenal sekolahan. Masa sih gadis secantik dia nggak pernah kenal peradaban. Apa mungkin selama ini dia hidup di gunung?
“Kamu bisa nggak sih jadi cewek itu luwes dikit,santun dikit nggak acak-acakan seperti itu.” Albyan tak tahan juga untuk mengkritik kelakuan Cika yang acak-acakan.
“Maksudnya?” jawab Cika oon.
“Cara kamu ngambil kursi kok kasar gitu,kayak bukan cewek. Terus itu,masa kakimu diangkat keatas begitu. Apakah perbuatan seperti itu bagus? Pernah belajar tatakrama nggak sih?”
Hrhhh...rese banget cowok satu ini,apa-apa di koment padahal ini baru satu hari gimana kalau hidup bersamanya seumur hidup,batin Cika kesal.
“Emang kenapa?”
“Itu kebiasaan buruk,beruntung kamu begini pas sama aku, gimana kalau di depan orang-orang yang mengukur semuanya dari kpribadian,tingkah laku dan tutur kata. Sikap kamu tuh cuma bikin bahan tertawaan.”
“Bodo ah,aku lapar.” Cika segera menggigit paha ayam dengan ganasnya.
“Cika...!!” Albyan jengkel.
“Ih...kenapa sih usilan banget terhadap hidup orang? Nggak boleh juga lihat orang nafsu makan?” Cika bersungut-sungut.
“Kelakuan mutuh,nggak beres.”
“Gue sudah capek Byan,kalau harus melakukan segala sesuatu itu dengan angun-anggunan,princess-pricessan. Gue paling males kalau jalan,duduk,makan,ngomong ngambil sendok dan garpu harus pskai acara mellow-melowan kayak putri keraton gitulah. Itu Cuma bikin gue akan banyak kehilangan waktu dalam hidup ini,padahal dalam hidup ini masih banyak hal yang mesti di urusin. Jadi terserah gue dong kalau gue mau pakai aturan sendiri. Serba instat dan yang terpenting gue senang.”
“Tapi segala sesuatu harus ada aturannya dan harus terlihat menyenangkan,bukan tergesa-gesa. Kamu pernah diajarkan tentang etika kepribadiankan oleh orang tuamu?”
“Pernahlah. Orang tua sering mengajarkan hal-hal seperti yang lo ribetkan,tapi gue capek dan pingin jadi diri sendiri. Biarin orang memandang luaran gue acak-acakan yang penting dalaman gue baik. Menjadi Cika yang baik hati,suka menolong,tidak sombong dan rajin menabung hehe...”
Mendengar kalimat terakhir tak urung Albyan tertawa juga. Nie anak kocak juga meski kelakuannya acak-acakan. Tetapi ada sedikit lega mendengar keterangan cika,setidaknya gadis ini berasal dari keluarga baik-baik Cuma dia memang males ribet. Easy going bangetlah.
“Aturan yang menurut kamu bagus itu kan belun tentu bagus menurut orang lain Chika. Dan kamu nggak selamanya hidup dalam komunitas yang acak-acakan seperti kamu ini. Tapi kamu akan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki aturan sopan santun.”
“Itu soal gampang,gue juga kan bisa jaim dikit dengan memakai style Princess tapi berhubung sekarang bertemunya dengan kamu yang suka gunung jadi aturan yang kita pakai adalah aturan gunung.” Kelit Cika beralasan.
Dasar cewek gila! Albyan jadi pusing sendiri.
“Terserah kamulah, untuk kali ini aku kasih toleransi, tapi kalau besok masih kaya gini, terpaksa aku ambil langkah yang keras.”
“Dasar psikopat,kamu sakit jiwakan?”
“Yang sakit jiwa itu bukan aku tapi kamu,makanya perlu disembuhkan supaya aku nggak ikutan gila.” Jawab Albyan kalem tapi dalem.
“Tapi masih ada cara yang lebih baik bukan pemaksaan.”
“Cewek liar kayak kamu dengan cara sopan aja sudah nggak mempan, jadi harus dengan langkah keras dan tegas.”
“Sudah ah,capek. Gue lapar. Kalau lo coba-coba kasar ama gue,gue juga bakal balas bersikap kasar pada lo.”
Ihh...dasar cewek bandeeeel...nggak mempan di kasih masukan. Cuma bikin stress, tapi lumayan juga buat hiburan meski hiburannya berantem terus.
“Ya sudah terusin aja makannya.” Perintah Albyan males ribut.
“Nah gitu dong...” Cika tersenyum menang, dengan senang hati dia bisa menuntaskan hasrat laparnya dengan sabet sana- sini mengambil lauk yang ada di meja makan.
Ck...ck...gila ini cewek kayak nggak pernah makan setahun aja. Kerasukan Syetan apa dia,sampai makannya serakus itu. Tapi Albyan senang masakannya ada yang menikmati daripada nyisa,basi terus dibuang kan mubadzir.
“Eh...be-te-we...ini siapa yang masak?” Tanya Cika dengan mulut megap-megap karena kepenuhan makanan.
“Kalasu mau bicara tuntasin dulu makannya n’tar kamu keselek baru tahu rasa.”
“Iya...ya...” Cika segera menguyah makanannya.
“Emang kenapa gitu? Enak?” Albyan menatap Cika dengan perasaan senang.
“Lumayanlah. Apalagi kalau tiap hari di masakin yang enak-enak bikin gue betah.”
Hm...Cuma di bilang lumayan,nggak apa-apa deh,tapi kalau miara gadis serakus Cika Cuma bikin bangkrut. Hehe...
“Ini semuanya aku yang masak Cik...”
“What? Kamu...masa sih?” Cika tidak percaya.
“Emang harus cewek mulu yang harus pintar masak? Untuk urusan lapar terkadang cowok nggak bisa ngandelin cewek. Nggak mungkinkan kalau kita lapar ngandelin cewek terus? Kamu kaget ya aku bisa masak?”
“Nggak juga. Emang cowok sekarang sudah pada pinter urusan dapur kok. Kamu kayanya pantes kalau jadi juru masak dirumahku? Tapi tampangmu kelihatannya bukan orang yang pinter masak kalau ngabisin bisa jadi. Haha...”
Ih...pingin saja Byan menjitak kepala gadis itu tapi di urungkannya dia malah ikut tersenyum gadis ini kocak dan hangat tapi keras kepalanya bikin menyulut energi.
“Kamu sendiri nggak bisa masak ya?”
“Nggak banget gue belajar kayak gituan,kayak cewek aja.”
“Emangnya kamu bukan cewek gitu?”
“Ya gue kan ceweknya beda.”
“Coba jelaskan perbedaannya di mana?”
“Bedanya karena emang gue males.”
“ Itumah bukan beda tapi memang kamu cewek pemalas. Suatu hari kamu harus belajar masak.”
“Nggak,gue nggak mau turun kedapur mending beli dari pada harus ribet begitu.”
“HARUS...!!”
“NGGAK...!!”
“HARUS...!!”
“SUDAH DI BILANG NGGAK MAU!!” kembali mereka ribut lagi.
“Kamu ini perempuan yang suatu saat akan menjadi seorang istri dan ibu, kalau suatu saat suamimu minta di masakin gimana?”
“Tinggal beli di restoran,mudahkan?”
“Mending kalau kamu dapat suaminya yang kaya kalau miskin bagaimana?”
“Di usahain jangan yang miskin dapat jodohnya.”
“Hidup nggak selamanya ada di atas Cika, tapi kadang ada saatnya dibawah. Punya ilmu itu nggak berat kok, dan satu hal yang perlu kamu tahu cowok sekarang lebih suka cewek yang pintar dalam segala hal. Kalau kamu nggak bisa apa-apa paling di tinggalin.”
“Bodo...”
“Jangan begitu kalau di kasih tahu, kamu ini sudah dewasa bukan anak-anak lagi. Mestinya bersyukur kalau ada yang mau ngajarin.”
“Kalau tetap nggak mau...” Cika malah makin ngeyel.
“PAKSA...!!”
“Kalau masih tetap nolak?”
Arrgh...pingin saja Albyan mengacak rambut Cika yang emang sudah berantakan. Keras kepalanya nggak ketulungan,perang urat sarap pasti bakal sering terjadi. Oh..My God kenapa Tuhan menciptakan gadis sekeras ini.
“Aku capek ribut.” Ujar Albyan
“Sama...” jawab Cika cepat.
“Kalau gitu kamu bersihin meja makan ini dan angkut piring-piring dan gelas kotor ini ke dapur terus kamu cuci...” perintah Albyan.
“Enak aja, kamu anggap aku ini pembantu kamu!” Cika tidak terima dengan sikap Albyan yang berubah seperti pada seorang pembantu.
“Terus kamu anggap aku ini babu kamu, yang bisa seenaknya masakin buat kamu. Saling bekerja sama dong, jangan enak di kamu aja.”
Gleg...di gituin Cika nggak bisa membantah, malu sudah numpang di rumah orang di kasih makan gratis lagi. Jadi nggak mungkin jadi princess seperti di rumah sendiri, dengan terpaksa akhirnya dia patuh dengan perintah Albyan.
***
bersambung

NOVEL : MENJEMPUT CAHAYA (Bagian 1)

NOVEL
MENJEMPUT CAHAYA
BAGIAN SATU
Broken heart...
Mellow and cengeng banget kesannya,tapi itulah yang dirasakan Cika saat ini. Dunia seperti tak bersahabat,hari-hari yang berwarna berubah menjadi gelap dan sesak. Dimana ketegaran dan keceriaan yang pernah dimiliki,wajah itu kini mendung berkabut.
Angin gunung menemani kesendiriannya. Dia berlari ke gunung berharap semua bebannya menguap,bersama dengan luka di hatinya. Di Jakarta pasti orang-orang pada sedang mencarinya,tapi gadis itu berusaha untuk tidak peduli.
Namanya Cika Rahardian,sosok gadis cantik nan tomboy itu kini sedang terluka parah . Patah hati,mungkin itu penyakit yang di deritanya kini. Seumur hidup baru kali ini dia merasakan artinya jatuh cinta,dan gilanya dia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Raditya namanya,laki-laki yang kini sedang melangsungkan pernikahannya di sebuah hotel berbintang Jakarta.
Sudah lama Cika menyimpan perasaannya pada Radit,baginya Radit itu sangat equal tapi ternyata Radit lebih memilih Andina perempuan cantik nan anggun sesuai kriterianya.
Hm...sakit rasanya kalau ingat percakapan Radit dengan mamanya,saat itu dua bulan dia baru balik dari Cambrigde inggris selesi melanjutkan S1 nya disana. Seperti biasa dia suka berkunjung kerumah ortunya Radit yang sudah dianggapnya seperti keluarganya sendiri.
“Kamu yakin sayang ,bakal milih Andin sebagai pendamping hidupmu?” tanya Tante Wina pada Radit.
“Lho,kok mama belum yakin juga sih, kalau radit ini benar-benar serius sama Andin dan bentar lagiu mau nikah.”
“Hm...bukan gitu sayang,tapi dengan keputusanmu memilih Andin bakal ada sisi lain yang terluka.”
“Maksud Mama?”
“Cika ,sayang. Dari gerak-geriknya,dari sinar matanya mama menangkap ada sebuah sinyal kalau dia ada ketertarikan sama kamu.”
“Haha...Cika,Ma? Imposible,dia kan sahabatku, jadi nggak mungkin bisa falling love .Lagian kan Cika tahu hubunganku dengan Andin sudah kearah yang serius.”
“Iya Mama tahu,bertahun-tahu n kalian bersahabat,tapi tetap dia juga seorang gadis yang punya ketertarikan pada lawan jenis, dan Mama yakin dia jatuh cinta sama kamu.” Tegas Tante Wina meyakinkan putra semata wayangnya.
Hm...Radit namapak mikir berusaha mengulang kejadian saat-saat bersama Cika,sepertinya dia merasa nggak ada yang ganjil, kalau Cika perhatian wajar karena mereka sudah lama bersahabat atau dia tidak begitu pandai membaca perasaan seseoraang. Entahlah? Radit merasa nyaman bersahabat dengan Cika,Cika ya ng smart,sportif,care serta punya jiwa sosial yang tinggi. Mereka punya hoby yang sama,naik gunung,taekwondo,musik,nonton film bareng jadi punya banyak waktu menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi kalau sampai jatuh cinta rasa-rasanya?
“Tapi kan Ma,aku dan Cika itu lebih cocok jadi sahabat,kalau untuk menjadikannnya sebagai queen di rumah tangga rasanya impossible.” Radit geleng-geleng kepala.
“Imposiblenya?”
Radit menarik nafas,bingung harus menjelaskannya darimana?
“Untuk menjadikan Cika queen rasanya kurang cocok buat Radit,tapi kalau untuk menjadi sahabat Cika memang sangat menyenangkan. Untuk jadi pendamping hidup Radit butuh perempuan yang lembut,keibuan,pintar masak juga dandan bikin suami dan anak-anak betah tinggal di rumah. Aku sepulang kerja pasti capek dan butuh di sambut dengan senyuman yang hangat,butuh di support dan di motivasi, dan Andin bisa menjadi sosok ya ng sangat aku harapkan.”
“Cikapun bisa ,jika mau belajar.” Jelas Tante Wina.
Radit menggararuk-garuk kepalanya,confuse....
“Iya sih,tapi membutuhkan waktu. Mama tahu Cika itu smart,kadang aku aja kalah kalau debat sama dia,dalam prestasi dia suka lebih unggul dariku. Kalau dalam rumah tangga istri lebih pintar dari suami ini bisa jadi nggak sehat,dikit-dikit ribut Cuma masalah sepele. Aku butuh istri yang patuh pada suami,bukan semata-mata aku mau memperlakukan seenaknya tapi tahulah bagaimana cara berbakti pada seorang suami.
Cika juga nggak bisa masak dan rapih-rapih rumah,kebayangkan Ma, kalau aku punya istri yang nggak bisa urusan rumah tangga bisa-bisa emosiku tersulut melihat rumah yang berantakan,makan harus beli tiap hari. Aku tetap butuh figur istri yang punya sisi kewanitaan, bisa menghidakangkan masakan yang lezat untuk suami dan juga menata rumah dengan rapi. Dari pada memasak Cika lebih milih balapan di sentul atau lebih memilih bantu-bantu pamannya di bengkel mobil padahal secara ortunya lebih dari berkecukupan tapi dia masih betah nyari duit dengan nyervise mobil orang.
Dia juga sebagai seorang gadis tak pernah kelihatan dandan,cantik sih iya,semua orang mengakuinya tapi Cika nggak pernah peduli soal penampilan atau perawatan wajah. Ketimbang menghambur-hamburkan uang di salon dia lebih memilih menghabiskannya dengan mentraktir anak jalanan. Bagus sih,tapi tetap aku butuh istri yang pintar dandan untuk suaminya.” Jelas Radit panjang lebar.
“Jadi kalau Cika lembut,pintar masak,bisa ngurus rumah dan pintar dandan,kamu mau jadikan dia istri.”
“Ah,mama ini kalau bikin perbandingan rasanya terlalu sulit. Cika sangat menyenangkan untuk jadi sahabat nggak lebih,tapi kalau jadi istri mungkin akan lebih banyak ribut dan akan lebih banyak menyulut emosiku sedang tujuannya pernikahan itu untuk tenangkan,Ma?”
Mama menepuk bahu putranya.
bersahabat sampai kapanpun,bagaimanapun juga persabatan itu penting. Tak ada kan yang namanya bekas atau mantan sahabat? Cika ada sebelum Andin.”
“Thanks Ma,aku dan Cika akan fine-fine aja,dan Andin bisa welcome and friendly menerima sahabat-sahabatku.”
“Kalau begitu jadinya,Mama nggak worry melepas kalian. Cika bagi Mama sudah merasa ke anak sendiri.” Ujar tante Wina merasa tenang.
Cika yang menguping semua pembicaraan itu menerlan ludah pahit,ada rasa sakit merujit dadanya,jadi sejauh inikah pernikahan Radit terhadapnya yang menganggapnya tidak lebih sebagai gadis tomboy yang tidak bisa apa-apa,apalagi untuk menjadi seorang istri yang baik. Hm...dengan perlahan Cika meninggalkan tempat itu tanpa ada seorangpun yang tahu bshwa dirinya menguping semua pembicaraan ibu dan anak itu. Didalam Mobil Land Rovernya diam-diam Cika menangis.
“Jadi selama ini anggapan orang terhadapku begitu,bahwa aku tidak memiliki sisi kewanitaan,” jeritnya kesal.
Braaah... dia menendang batu yang ada di sisinya,dan batu sebesar batu bata itu menggelinding masuk kejurang.
“Radit brengsek,ternyata kamu bukan sahabat yang baik!” teriaknya geram dan penuh amarah. “Apakah memang aku tidak pantas untuk di cintai...!! Arghh...!!” setelah menumpahkan semua kekesalannya dia tergugui dalam tangis,menangisi hidupnya yang malang,menyalahkan dirinya yang bisa mencintai sahabatnya sendiri.
Sepi dan dinginnya angin gunung di senja hari memberikan aroma mistis,tapi gadis itu tak pernah mau peduli toih dia sudah terbiasa berada dalam suasana sunyi seperti ini,menyendiri melakuikan sebuah pendalkian.
“Menangislah untuk mengusir galau...meski hanya untuk sesaat...dan erharap kegelpan sirna...dan esok mentari datang menyambutmu...” tiba-tiba sebuah suara bernada puistis membahana membuyarkan kesedihannya. Untuk sesaat gadis itu terpaku,pikirannya memikirkan yang tidak-tidak. Di senjaini ada suara yang membacakan puisi tentang kesedihannya,hiyy...dia jadi merinding. Nggak mungkinkan seorang sastrawan nyasar ke gunung.
Back...dia berusaha untuk rasional dan mulai waspada. Suara itu berasal dari belakangnya, cikapun memutar kepalanya ke arah matahari terbenam dan disana tampak sosok tinggi menjulang berparas rupawan.
Oppss...Cika supraise,mungkin nggak sih dia seorang Pangeran yang dikirimkan Tuhan untuk menemani kesedihannya? Dan sang Pangeran itu perlahan berjalan mendekatinya,lalu duduk disampingnya.
“Sangat berbahaya untyuk seorang gadis berada disini sendirian.” Pangeran itu membuka percakapan.
“kalau kamu memang mau bernia t jahat kepadaku,aku sa ma sekali nggak takut.” Jawab Cika galak dan penuh ke waspaaan.
“aku Cuma mengingatkan Lady,sama sekali nggak punya niat untuk menjahatimu. Aku orang baik-baik yang punya hoby sama seperti kamu,mount climbing. Meski mungkin tujuan kita kesini berbeda.” Jawab pangeran itu pelan,dia sama sekali merasa nggak tersinggung.
“Where his different?”
“Kamu lari ke Mount ini ingin melarikan masalahmukan? Dan aklu kesini untuk hoby but ketahuilah nona meski kamu mati-matian untuk melupakan masalahmu dengan naik gunung,masalahmu tidak akan pernah selesai kalau kamu tidak menyelesaiksnnya.”
“Sok tahu...!!”
“But impact,aku pernah mengalami saat-saat transisi dalam kehidupan,Cuma dengan berfikir dan berjiwa besarlah aku bisa menghadapi semuanya.”
“Kamu datang kesini nggak punya tujuan untuk jadi penasehat aku kan?” tanya Cika sebal. So dia nggak suka dengan orang yang baru di kenalnya.
“Stay cool lady,kenalkan namaku Albyan...” cowok itu mengulurkan tangannya mengajak Cika bersalaman tapi Cika membiarkannya.
“Cika...” jawab Cika singkat.
“Hm...nama yang sangat lucu,” komentar Albyan.
Lucu...! mata Cika membola,enak aja!
Cowok itu malah tersenyum hangat.
“Namamu malah mengingatkanku pada kunang-kunang.”
“What? Enak aja nyamain gue dengan kunang-kunang!”
“Jangan tersinggung Nona,kunang-kunang itu bahasa sundanya Cika-cika,jadi nggak salah dong kalau namamu mengingatkanmu pada sosok kunang-kunang.”
Cika mengangkat bahu. “Of to you deh!”
“kamu baru di putusin pacar bukan? atau cowokmu lebih memilih wanita lain ketimbang kamu yang lebih mirif Body Guard. Cantik sih iya,tapi kalau style preman kaya gini tetap aja kelihatannya Body guardnya.”
Uhukkk...gila nyamain gue dengan Body Guard,SADIS! But it’s reallly...kenapa sih semua orang menilai gue gitu,Cika ngamuk-ngamuk tapi cukup dalam hati. Dia belum berniat untuk perang.
“Coba penampilan kamu sedikit-sedikit di make over, tampilkan sisi kepeminimannya. Kamu masih merasa perempuankan,bukan lesbi?”
Ih,dodol banget sih tuh orang,gini-gini juga gue masih normal,nggak suka sama sesama jenis. Pingin rasanya Cika nimpukin orang itu bersama orang sekampung,habis mulutnya sinis gitu. Belum tahu siapa Cika kalau sudah ngamuk,Macan abizzz....
Tapi Cika hari ini lagi males marah-marah,lagi males berdebat dari pada ngeladenin orang yang masih asing dia memilih bangkit sambil menggendong Carriernya menjauh dari tempat Albyan berada. Datang ke Gunung ini dia ingin menenangkan diri berharap hatinya sembuh meski hanya untuk sesaat. Masa bodo Radit mau marah karena tidak datang ke pesta pernikahannnya. Semoga saja mereka berbahagia meski tanpa kehadirannya.
***
Sebuah rumah mewah bergaya Victoria.
Seluruh penghuni Victoria palace itu gempar akibat kepergian Cika yang tanpa pamit,semua orang menyiratkan wajah worry and gloomy,baru kali ini mereka benar-benar merasa kehilangan sang putri. Biasanya di rumah tak pernah ada yang peduli kemanapun Cika pergi meski tak dibarengi sang pengawal,Cika sangat pemberani sosoknya sama persis dengan Mulan di film Huwa Mulan yang sepak terjangnya keren abiz dalam membela negara dan kisah cintanya yang tidak kesampaian sama persis dengan Cika saat ini,karena sosok yang sangat di cintainya lebih mermilih perempuan lain.
Ibu Cika yang dari tadi gelisah berjalan mondar-mandir.
“Gimana Ma,kita pergi sekarang?” Tanya Ardho atau lebih lengkapnya Richardho Rahardian kakak Cika.
Sang Ibu menarik nafas berat.
“Nggak tahu,kita harus jawab apa nanti,datang kesana tanpa Cika,pasti Tante Ari dan Radit bertanya-tanya.
“Tapi nggak mungkinkan kita nggak datang,seluruh alat komunikasi Cika di matikan. Jadi kita nggak bisa mengecek dia lagi dimana,” Ardo merasa bingung,dia nggak tahu kemana harus mencari adiknya.
Ah,baru kali ini dia merasa kehilangan adiknya,biasanya kalau ada Cika di rumah, mereka nggak pernah bisa akur. Ardo lebih sering mengkritik perform adiknya yang maskulin sedang Cika lebih banyak mendebat dirinya yang nggak bisa dewasa dan masih tergantung pada nyokap.
Ardo baru tahu kali ini kalau sang adik ternyata jatuh cinta pada sahabatnya sendiri,dan menyedihkannya dia harus broken heart. Kasihan banget,pasti ini sangat melukai hati Cika yang nggak gampang jatuh cinta.
“Coba kamu chek di Fbnya Do,dia pasti menulis sesuatu di statusnya,” titah sang ibu tiba-tiba punya ide seperti itu.
“Oh iya,ya.” Ardo seperti di ingatkan,dia segera membuka Black Berry-nya ada pesan masuk ke Fb Ardo dari cika
From : Chika
To: You

Jangan pernah cari aku,karena aku bakal baik-baik aja. Aku hanya ingin menenangkan diri,entah sampai kapan? Aku akan pulang bila sudah menginginkannya.
Ada sedikit lega dihati Ardo,kalau adiknya nggak nekad bunuh diri misalnya,padahal dari tadi dia sangat khawatir kalau adiknya bakal melakukan hal-hal yang sangat anarkis seperti merusak dirinya. Tapi masa iya sih,gadis se smart Cika melakukan hal-hal yang bodoh seperti ini meski bisa juga kalau dia emang depresi banget.
“Cika ingin menenangkan diri Ma,nggak bisa di ganggu,so kita berangkat sekarang. Kalau Radit dan Tante Ari nanyain biar Ardo yang jawab dan Mama tahu beres aja,ok ma.”
Mama mengangguk tak bersemangat,mengkhawatirkan putri satu-satunya itu. Selama ini dia jarang memperhatikan Cika karena sangat sibuk jadi wajar kalau Cika nggak bisa di atur.
***

JAWABAN TENTANG KERAGUAN

What up? Aku merasa gamang dengan pikiranku sendiri, mungkin aku sedang mengalami krisis agama saat ini. Banyak ideologi-ideologi baru berlesatan memenuhi neuron-neuron otaku, seperti rangkaian puzzle yang masih acak.

Trimologi agama aku mulai melakukan compart menurut borometer permikiranku. Antara konsep kristen, Atheis dan islam. Hm...yang terakhir mungkin masih menjadi target sasaran setelah pelarian ku dari Kristen agama orang tuaku yang banyak tidak masuk akal.

Tentang konsep trinitas yang tidak ada ujung pangkalnya, lalu penyaliban Yesus yang meragukan. Dalam Matius 27:46 di jelaskan “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eli, Eli lama sabaktani? Yang artinya Allahku, Allahku mengapa engkau meninggalkanku?” Membuat pikiranku yang kritis bertanya, mengapa Tuhan memakai kata kira-kira dalam wahyunya. Sangat irrasional.


Pilihanku adalah Atheis semata-mata tidak ingin terbebani dari rutinitas yang membosankan, dan ketidak masuk akalan dengan agama orang tuaku.
Aku terpengaruh ddengan teori Karl Mark bahwa agama adalah tipuan sejarah sedangkan yang membangun kehidupan dan menyempurnakannya adalah berbagai kondisi sosial, kemudian mereka terus mengklaim manusialah yang menciptakan agama di saat dia tidak mampu menciptakan kekuatan luar.

Sebuah Filsuf komunisme yang membuat pikiranku berubah mengikuti alur pemikiran Karl Mark meski hanya di katakan sosialis amatiran bukan atheis sejati. Terlalu banyak doktrin-doktrin yang membuatku bingung.


Aku boleh saja terpengaruh Teori Karl Mark tapi tidak dengan teori Evolusi Darwin kalau manusia berasal dari kera sama saja itu penghinaan pada titik terendah manusia yang memiliki stadium kecerdasan yang lebih di bandingkan kera. Harus disamakan secara genitas dan empiris epidemik. Imposible bangetkan? Jika manusia berasal dari kera mengapa komunitas kera itu sendiri tidak mampu mengikuti peradaban manusia yang setiap waktunya terus melakukan perubahan. Tapi, jika Darwin dan keturunannya memiliki mental dan moral kera, mungkin saja bahwa dia termasuk salah satu keturunan kera berwujud manusia yang di abadikan sejarah.

Teori Nietzsche pun terlalu kontradiksi nyanyian paradoks yang menunjukan ketidak masuk akalannya. Bahwa manusia tidak lain rentangan antara kera dan spiderman. Itu cerita dongeng anak-anak pengantar tidur. Jangan-jangan Nietzsche perngagum berat spiderman.
Lantas apakah aku adem saja dengan atheisku? Hm...hatiku masih di liputi resah yang membuncah. Pergolakan batin itu mungkin. Dari segi ilmiah selalu mengalami postulat atau dalil yang selalu berubah.


Konsep sosialisme selalu mengaitkan dengan kapitalisme, feodalisme dan ekploitasi terhadap orang lain.

Revolusi Bolshevik, 1917 banyak kekejaman disana yang di ciptakan pemerintah komunis. Atheis akhirnya bukan sebuah pilihan. Itu hanya sebagai pelarian dari proses kematangan berpikir untuk mencari sebuah kebenaran yang aku rindukan. So, aku benci dengan pertumpahan darah yang telah dilakukan komunis di berbagai belahan bumi.

Muther dan Futher pun tidak setuju dengan pilihan Atheisku. Sebagai penganut kristen yang tidak terlalu taat, keluargaku cukup demokratis terhadap anak-anaknya. Semua diberikan kebebasan untuk menganut agama manapun, tapi no atheis.


“Di manapun manusia hidup mereka pasti butuh Tuhan. Agama tidak baik di jadikan sebagai sebuah pelarian, tapi agama akan terasa memberikan kedamaian ketika di jadikan sebuah pegangan bagi penganutnya. Hidup tanpa agama bagai mobil tanpa rem.” Jelas muther ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang Atheis.

“Tak apa-apa kan Ma, sekedar mencari pengalaman dalam mencari kebenaran. Anggap saja ini adalah petualangan yang sangat mengasyikan seperti saat aku melakukan petualangn di hutan Amazon, mengagumi keindahn Piramida Carstenz atau menyusuri sungai Siane dengan Gandola. Ah...ternyata sebagai gadis yang terlahir di Swiss, selain suka melakukan petualangan untuk menikmati keindahan semesta, aku juga senang melakukan petualangan agama.

Membaca sejarah, pikiranku jadi tersintesis kemasa lalu ,berpetualang ke zaman yang tak pernah aku alami. Ada di zaman Romawi, Persia dan Yunani. Kalau aku hidup di zaman Romawi tentu aku akan menjadi pujaan Julius Caesar, Cleopatra pengaruhnya akan tergeser. Khayalan tingkat tinggi.

Berbicara tentang sejarah, membuat pikiranku berubah tidak meneruskan pendidikan di Universitas Geneva, terlalu berat dengan rumus-rumus kedokteran, praktikum-praktikum yang membuat aku lelah. Aku pindah jurusan mengambil jurusan sejarah, meskipun kembali harus menyakiti perasaan orang tuaku.

Aku terlarut dalam pemikiran yang terjadi di zaman masa lalu, sampai aku menemukan muaranya, sehingga kepercayaan pada teori Karl Mark pun menguap.

Aku kagum dengan sejarah manusia yang lahir di Arab, prophet Muhamad. Manusia yang menurutku sangat luar biasa. Kesuksesannya dalam dua puluh dua tahun menyebarkan agama Tuhan menuai keberhasilan sampai tersebar keseluruh penjuru dunia. Sangat menakjubkan dalam sejarah manusia mendapatkan kesuksesan dalam waktu sesingkat itu.

Serperti siapa Muhamad itu? Seperti apa agamanya? Aku mulai menerka-nerka. Aku mulai tertarik dan mulai banyak mencari banyak informasi tentangnya.
It miracle, banyak sesuatu yang menarik dan membuat ku terpesona akan ajaran Muuhamad itu. Tidak terlalu mengada-ngada.


Prosesku mengabur tentang alam yang terjadi secara kebetulan tanpa ada unsur campur tangan pencipta Nya yang menyatukan seluruh mahluk di alam ini seperti yang dulu selalu aku agungkan dari ajaran sosialis.

Muther dan Futher benar jika manusia sangat membutuhkan Tuhan, karena sifat manusia itu terbatas. Tapi mereka salah jika aku mengalami kedangkalan berpikir hasil dari kehidupan sekularisme yang selalu menuhankan scientific,  banyak berbicara hasil tanpa menjelaskan prosesnya.
Akhirnya untuk sementara waktu aku menerbangkan sayapku untuk meninggalkan Zurich. Demi impianku memastikan hasil sejarah yang aku baca tentang Mekah, Madinah menafak tilas jejak perjuangan Muhamad di awal menebarkan risalah islam nya. Mengabdikan moment terindah di sana. Sangat beruntung aku terlahir dari keluarga demokratis sehingga tidak memiliki hambatan dalam mencapai apa yang aku inginkan.

Mereka orang tuaku cuma geleng-geleng kepala saat melihat semangatku yang semuanya harus di buktikan dengan sebuah petualangan. Bagiku semuanya sangat butuh untuk di buktikan bukan sekedar rekayasa sejarah . Dan akupun ingin menepis buruk pandangan islam di mata dunia. Mengapa agama itu selalu di kaitkan dengan teroris yang selalu erat dengan cap kekerasan padahal Muhamd tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian saat menyebarkan agamanya.
Tentu saja aku tertarik pada islam bukan sebagai oportunitis dari ideologi yang tidak terpecahkan. Tetap saja aku membutuhkan bahan-bahan lainnya dengan melakukan riset pustaka, perenungan dan juga melakukan diskusi-diskusi dengan orang islam itu sendiri. Barulah pikiranku terbuka dan mulai tertarik pada islam, dan yakin inilah agama yang aku cari, yang mampu memberikanku rasa damai.

Di jurusan sejarah aku memiliki teman dari Turki yang bernama Aisyah dan Farhan dari Indonesia mereka sangat membantu proses pencarianku.

Ketertarikanku pada islam akhirnya mereka menyuruhku untuk mengambil langkah mengambil insiatif tentang pilihan keyakinanku. maka akupun mengucapkan kalimah agung bersyahadat di Islamic center Zuruich tenang mengisi kisi-kisi hatiku di saksikan teman-temanku seiman.
Alhamdulillah kini aku dapat hidayah, islam telah menerangi jiwaku. Keraguanku sirna seiring dengan pencarian yang telah aku dapatkan. Dan impianku berkunjung ke rumah Allah pun terlaksana. Aku menangis di Baitullah, berziarah ke makam Rasulullah, betapa sederhananya makam beliau  padahal beliau seorang pemimpin besar islam. Dan melihat tempat kelahiran Rasul dan tempat-tempat memulai perjuangannya, membuatku semakin cinta pada islam. [ selesai ]

Terinspirasi setelah membaca buku teori Karl Mark dan Ghawizul Fikr.

BUNDA

Satu tahun kepergianmu Bunda
Jiwaku perlahan merapuh memahat langkah.
Memendam sesal yang merejam
Membuat jiwa terus meluka saat menguak semua memoar tentangmu.

Bunda sayang,betapa berat melupakan semua kenangan tentangmu.

Andai luka itu tak pernah kutanam di hatimu mungkin kau masih menemani hari-hariku ku.
Tapi, semuanya sudah terlambat Bunda.
Impian indah yang pernah kurenda dulu,ku hancurkan sendiri
Membuat hatimu pecah berkeping
Mengalirkan selaksa luka dan air mata.

Senja diperaduan terakhirmu. Kemboja menari menyambut kedatanganku bersanding dengan angin yang berbisik syahdu. Bunda, rindu yang membuncah padamu membawa langkah letihku kemari. Berharap sedikit bisa mengobati letih yang meraja di jiwa membangkitkan kerapuhan yang menyiksa. Andai kau masih ada disisiku,mungkin aku nggak akan selemah ini, Bundaku sayang.

Satu bulan terakhir ini,gerimis mengaliri jiwaku yang perih Bunda. Entah mengapa aku jadi begitu cengeng? Aku nggak setegar dulu lagi Bunda,saat aku masih bersamamu.

Bunda maafkan aku baru kali ini bisa mengunjungi pusara terakhirmu. Aku memang laki-laki pecundang. Bunda, kata-kataku yang pernah kuikrarkan dulu padamu hanya sebatas teori. Selebihnya aku sering menyakitimu, dan poligami itu puncak luka dihatimu. Tapi, kau mesti tahu bahwa aku tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Peran Ibulah yang membuat kesetianku padamu memudar. Ibu terus memaksaku untuk menikah dengan Aryanti tanpa mempedulikan perasaanmu.

Dari dulu ibu memang tidak pernah rela kau masuk kedalam keluargaku. Karena dalam dirimu tak ada darah bangsawan. Aku tak pernah berpikir bahwa kenekadanku menikahimu akan berakhir seperti ini. Engkau dimusuhi keluargaku. Cinta memang buta dan ini sangat menyedihkanku di zaman semodern ini, masih ada manusia yang mempersoalkan kebangsawanan. Padahal dimata Tuhan tetaplah takwa sebagai batas pembeda.

Bunda,aku jarang mengunjungi pusaramu bukan berarti aku tak mencintaimu, justru aku sangat mencintaimu, Bun.merindukan semua tentangmu. Bersama Aryanti aku seperti hidup dalam neraka, semua kesempurnaan yang dia miliki hanyalah topeng. Kebangsawanan, kecantikan, dan pendidikan yang dia miliki tidak menjadikan dia bisa menghargaiku sebagai seorang suami. Dia cacat secara kpribadian. Berbeda denganmu Bun, yang selalu menyambut kepulanganku dengan secangkir madu senyuman. Membuat letihku menghilang. Kau selalu menguatkanku disaat rapuh, kelembutanmu membuat jiwaku damai. Dimataku kau adalah perwujudan bidadari Syurgawi.

Bunda, penceraianku dengan Aryanti menghantarkan sejuta rindu padamu. Andai waktu bisa diputar kembali aku ingin merenda cinta denganmu semuanya dari awal lagi.m Mempertahankan keutuhan rumah tangga kita. Dihadapan Ibu akan ku bela bahwa kaulah wanita yang pantas mendampingiku, bukan Aryanti. Tapi, semuanya sudah terlambat. Kini semuanya hanya tinggal kenangan.

Dan kenangan itu, sangat menyakitkanku Bunda, sayang. mungkin ini sebagai balasan dari Tuhan karena sering menyakitimu.

Suami macam apa aku ini, Bunda? Dihadapanmu aku ini tak ada harganya. Bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan semua kesalahanku di hadapan Tuhan nanti? Karena sebagai suami, aku tidak mampu menjalankan peranku sebagaimana mestinya. Kau adalah perempuan mutiara yang tak mampu kujaga.

Terkadang aku ingin tertawa menertawakan diri sendiri. Bahwa sebagai pengikut sunah Rasul aku akan mampu adil dalam poligami. Seorang Rasul wajar jika mampu untuk adil karena kualitas keimanannya pun sudah teruji dan Surga pun selalu merindukannya. Sedang aku,kualitas keimanan pun masih layak di pertanyakan. Akankah manusia dhaif sepertiku bisa menegakan ke adilan? Hanya berujung pada kemudratan, Bunda. Engkau pergi membawa sejuta luka dan aku menangis dalam sesal.

Kau memang pantas untuk terluka, karena sebagai wanita siapa sih yang rela hati suaminya berbagi? Padahal sebagai istri kau sudah mampu menjalankan peranmu sebagai istri ideal dalam keluarga. Fatimah seorang putri Rasul pun tidak mau di madu,  padahal dia wanita shaleha yang pertama menjadi penghuni surga. Bukankah terbukanya pintu syurga harus ada keikhlasan?

Tapi, Ibulah yang memainkan skenario hidupku. Kau tahukan Bunda,aku anak lelaki satu-satunya. Dikeluarga segala hal dialah yang menentukan. Aku bukannya tidak berani menentang Ibu, tapi aku takut seperti Alqomah durhaka pada ibunya. Karena dia lebih mengutamakan istrinya, sehingga susah mengucapkan kalimah Thoyibah ketika ajal akan menjemputnya.

Namun persoalan yang paling mendasar karena pernikahan kita tak kunjung di beri keturunan. Itulah yang membuat Ibu memaksaku menerima Aryanti,karena dia tidak sabar ingin meminang cucu dariku padahal pernikahanku denganmu baru berjalan dua tahun. Mungkin Ibu menjadikan alasan itu untuk menyingkirkanmu Bunda.

Begitulah ceritanya, Bunda. Maafkan bila pernikahanku dengan Aryanti membuat hatimu hancur dan melemahkan jantungmu sebagai pemicu menuju maut. Aku memang kejam, tapi kalau boleh jujur hanya kaulah wanita yang bisa membuat hatiku bahagia. Bunda, aku jadi teringat masa-masa indah saat bersanmamu. Waktu dua tahun adalah episode yang cukup sulit untuk melupakan sebuah kenangan.

Impaianmu menjadikan rumah tangga kita rumah tangga islami dan mendidik anak-anak kita generasi qur'ani tidak pernah terealisasikan karena engkau keburu pergi.

Diperaduan terakhirmu,doaku untukmu semoga kau tenang dan damai.

Aku akan selalu tetap mencintaimu , Bunda,kau akan selalu jadi prasasti dihatiku. Jika nanti hatiku sudah sembuh,aku berharap Tuhan memberikan seorang pendamping sepertimu yang bisa membawaku bersamanya meniti perjuangan dakwah.

Bunda, Ibupun sekarang tak seotoriter dulu lagi. Setelah rumah tanggaku dengan Aryanti hancur, mata Ibu mulai terbuka.  Bahwa kebahagiaan tidak bisa di ukur dari kebangsawanan,kekuasaan dan pendidikan tinggi. Diam-diam aku sering memergoki Ibu sedang memandangi fotomu dan perlahan pipinya basah oleh air mata. Mungkin dia telah menyesali perbuatannya padamu di masa lalu atau mungkin juga dia terenyuh melihat anak laki-lakinya yang makin hari makin kurus, murung,  dan sedih.

Cinta memang tidak bisa dipaksakan,tapi rumah tangga tapa restupun hanya berujung pada penderitaan seperti yang kau alami tidak diterima dikeluargaku. Semoga ini bisa jadi pelajaran untuku kedepannya,mendapatkan cinta yang direstui sehingga kebahagiaan bisa terwujudkan.

Selamat jalan Bundaku cinta...

Selamat jalan Bundaku sayang...

Senyumu akan selalu jadi pengobat rindu...

Kelembutanmu akan jadi mata air yang mengaliri lorong jiwaku...

Semoga Syurga jadi tempatmu....

WOULD YOU MARRY ME?

Ado sedang duduk di pojok kantin dengan tenang, matanya fokus menatap layar laptop membaca berita mancanegara tentang tumbangnya rezim diktrator Ben Ali karena kemarahan rakyat yang di motori seorang tukang sayur lulusan universitas dengan membakar dirinya karena polisi telah menyita sayur mayurnya yang menurut pihak berwajib dijual tanpa memiliki hak izin. Ratusan orang tewas di duga oleh pihak keamanan. Gelombang unjuk rasa anti pemerintah dan kekerasan polisipun terjadi menyapu Tunisia. Demontrasi besar-besaran yang dimulai pertengahan desember itu mempermasalahkan korupsi, inflansi dan pengangguran. Mungkin negri inipun perlu ada revolusi yang memicu kemarahan rakyat untuk meruntuhkan Rezim korup yang berkuasa saat ini, pikir Ado.

“Do, aku mau nanya?” Fina si gadis imut yang radikal buka suara.

Ado mengalihkan matanya dari layar laptop, lalu menatap mahluk halus yang ada di depannya.

“Nanya apa? Tentang Ben Ali lari ke Saudi Arabia, Artalita yang bentar lagi bebas, masalah gayus atau konflik Malaysia- Indonesia?”

“Hari ini berhenti ngomongin politik.” Ujar Fina males.

“Terus mau nanya apa?”

“Soal omongan kamu ‘would you marry me’ itu bercanda apa serius sih?”

“Maksudnya?” Ado menyipikan matanya yang sudah sipit.

“Ngajak merrit sama Avira betulan apa bercanda doang?”

“Ya beneran lah...”

“Tapi kenapa harus dia?”

“Aku sudah lelah dengan petualangan cinta, mungkin kalau dia mau jadi istriku, aku akan menjadikan dia yang terakhir. Dan aku ngerasa yakin dia bisa membingbing aku untuk menjadi lebih baik.”

“Tumben lo waras.” Danil yang dari tadi diam ikut komentar.

“Untuk pendaming hidup aku butuh perempuan sederhana, bagus agamanya serta memiliki jiwa sosial dan semua itu ada di Avira.”

“Yakin Do, kamu nggak salah pilih. Kalau dia menolak gimana?” kata Fina.

“Kalau aku memilih istri semodel Talia negara bisa bangkrut Fin, karena gaya hidupnya bisa menuntun ku jadi seorang koruptor. Bayangin berapa juta uang yang harus dia keluarkan untuk penampilannya yang semua bermerk. Sepatu,baju, tas,perhiasan mana mau dia pakai yang murahan. Berapa biaya buat dia nyalon? Creambat,spa,luluran,pedicure, medicure yang akhirnya di patok tekukur. Apa yakin kecantikan dia cuma buat aku aja? Berapa waktuku yang terbuang menunggu dia dandan biar perfect ngabisin waktu berjam-jam, menemani dia jalan ke boutiqe, nonton film,makan harus di tempat bergengsi nggak ada istilah warteg, liburan harus ke luar negri bikin hidupku sesak nafas. Jujur aku lebih suka sama Avira yang nggak ribet tapi tetap menarik, dia lebih mengedepankan otak dan ahlak ketimbang make up. Kalau semua wanita kaya Avira suami-suami di negri ini nggak bakal jadi koruptor, dan negara nggak akan bangkrut seperti sekarang.”

“Haha...betul...betul, gue setuju dengan cara berpikir lo yang brilian, Bro.” Danil ketawa ngakak. “Gue jadi ingat sama Imelda Marcos kenapa suaminya Ferdinand Marcos penguasa diktator Filipina, sampai di turunkan dari pemerintahannya karena sikap konsumtip istrinya yang dikenal pengoleksi barang-barang bermerk sampai koleksi sepatunya aja berjumlah2700 pasang. Dia di jadikan simbol keroyalan karena politik suaminya. Ketika para pejabat di negri ini korupsi selain adanya kesempatan kita bisa lihat kehidupan istrinya seperti apa? Sesuatu yang nggak mungkin jika kehidupan istrinya sederhana memicu suaminya menjadi seorang koruptor. Istri adalah motivator, maju dan mundurnya seorang suami. Karena di balik lelaki yang hebat di belakangnya ada istri yang hebat.”

Fina manyun, dia merasa di pojokan oleh kedua mahluk kasar tersebut. Meskipun dia nggak semewah Talia dalam berpenampilan tapi pakaian masih tetap bermerk meski harganya di bawah lima ratus ribu. Yang bermerk kan berkwalitas meski sudah lima tahun warnanya nggak pudar-pudar amat berbeda dengan kualitas murahan.

“Kalian nggak bermaksud menyindirku kan?!” sewot Fina ingin saja sebenarnya dia menimpuk kedua mahluk kasar tersebut bersama orang sekampung. Tapi ah...kasihan, begitu-begitu juga mereka teman yang baik yang selalu ada di saat dia susah.

“Ha...ha...ha... ternyata ada yang tersinggung juga.” Ado tergelak.

“Enak aja, gue bukan type cewek yang bisa bikin bangkrut negara! Lagian nggak pernah ngarep punya suami politisi, kalian tahu ibarat air yang kotor ketika ketika nyebur kedalamnya tubuh kita bukannya bersih tapi makin kotor. Itulah perpolitikan negri ini, serba kotor, jika ingin bersih harus siap tersingkir.”

“Jangan suka melihat sesuatu dari satu sudut pandang kamu aja, negatif. Coba lihat dari dua arah, sudut positif dan negatit supaya tidak terjerumus pada penghakiman. Memang negara ini bobrok orang-orangnya, karena sebagus apapun sistem jika yang menjalankannya bobrok negara nggak bakal berubah. Tapi masih ada banyak orang yang berjuang agar negri ini membaik, namun belum saatnya mereka jadi pemenang. Jika semua politik itu kotor, semua pejabat bobrok lalu dimana orang-orang baiknya, yang timbul malah keputua asaan.” Jelas Danil tidak setuju dengan pendapat Fina yang mengatakan politik itu kotor. Karena untuk menuju negara yang bersih membutuhkan politik dan tentunya politik yang bersih.

“Terserah kalian lah...” Fina males berdebat. Kalau di perpanjangpun dia pasti kalah argumen sama dua mahluk kasar ini sedang dirinya sendirian.

***

Pulang dari kampus aku masih jengkel atas kejadian tadi siang dengan ulah Ado. Ngajak merit di depan semua orang, huh memalukan! Datang langsung kerumah kek, kalau emang serius, kalau di rumah kan gampang juga menolaknya. Hehe...

Di ruang keluarga, aku yang biasanya ramai dan ceria kini berubah pendiam. Satu sifat jelek ku kalau lagi kesal berubah jadi pendiam, ngomong seperlunya dan orang yang nggak salahpun jadi kena sifat jutekku yang kambuhan.

“Bu, putri saleha Ayah kenapa ya, kok jadi asem begitu dari tadi diam nggak bersuara?” tanya Ayah dengan nada bercanda.

Mas Agung yang lagi baca koran ikut mengintip menatap wajaku dengan menurunkan sedikit korannnya, ingin saja kurebut korannnya.

“Jadi kepingin rujakan.” Mas Agung ikut menimpali.

“Mungkin sariawan.” Ibupun ikut berkomentar.

Duuh...keluargaku emang pada ngocol semua, orang lagi kesel juga masih di becandain. Apalagi Ayah selain care pada anak-anaknya dia sangat humoris kalau ada audisi pelawak Indonesia dia pasti juaranya. Aku diam males meladeni becandaan mereka.

Ibu menyodorkan sepiring pisang molen plus ubi goreng ke atas meja, aku berniat mengambilnya tapi Ayah dengan secepat kilat menariknya.

“Eits...nggak bisa...ceritain dulu pada Ayah kenapa wajahmu asem Saliha?” ujarnya sambil memanggilku dengan panggilan Saliha sebagai panggilan kesayangan dan harapan agar aku mungkin bisa jadi wanita saleha begitupun pada Mas Agung di beri panggilan Mujahid.

Arghh...ingin saja aku marah, tapi nggak berani Ayahku terlalu baik untuk menerima lahar merapiku.

“Aku kesel Yah,”

“Childish...” komentar Mas Agung.

Hiiih...ingin saja kutimpuk wajah kakaku dengan ubi goreng yang masih panas ini. Usianya sudah seperempat abad tapi masih saja ngajaku berantem. Siapa coba yang childish?

“Kesalnya kenapa, coba Ayah pingin dengar?”

“Aku kesal Yah, di permalukan di depan teman-teman oleh mahluk kasar yang bernama Ado, dia bilang ‘would you marry me’ di depan orang banyak. Coba siapa yang nggak kesel!”

“Lha...kenapa harus kesal bagus dong ada cowok yang berani begitu, gentle man. Sudah suruh aja datang kerumah untuk menghadap Ayah.”

Aku manyun, Ayah bukannya membelaku yang lagi kesel, ini malah menyuruh Ado datang kerumah. Jengkeeeeeeeeeeeeeeeeeel....

“Nggaklah ngapain di ajak ke rumah, kalau dia beneran serius gimana? Bahaya donk, bisa rusak masa depanku menikah dengan cowok play boy seperti dia, mending kalau gantengnya ngalahin Russel Crow.”

“Tuhkan...tuhkan...masih tetap yang ganteng jadi patokan, katanya nikah harus di niatkan untuk ibadah, suami yang penting saleh dan mandiri. Emang mau ganteng tapi kamu disakitin.” Mas Agung berkomentar.

“Ya nggaklah, tapi kalau dapat cowok segantang Rusell Crow ya bonus juga buat aku. Saleh harus, mandiri itu pokok utama, bertang jawab itu ukuran seorang laki-lakikan?”

“Kamu suruh dia kerumah kalau besok ngomong gitu lagi. Apa dia beneran atau Cuma bercanda, sama laki-laki itu harus tegas biar jadi perempuan nggak mudah dipermainkan dan di rendahkan. ” ujar Ibu ngasih pendapat.

“Yah Ibu...kalau dia serius gimana, aku tahu sendiri gimana tingkah dia di kampus. Aktivis sih iya, tapi Cuma nyari popularitas doang buat ngegaet cewek-cewek cantik. Mantan pacarnya aja segudang, apa Ibu rela anaknya yang cantik ini, nikah sama cowok yang senang gonta-ganti pacar.”

“Huh...Ge-er...sampai berani bilang anaknya yang cantik segala, cantik dilihat dari lobang sedotan!” ledek Mas Agung nggak rela dengan kata-kataku yang bilang cantik, dia menarik ujung jilbabku sehingga rambutku pada nongol.

“Ya nggak apa-apa mantan pacarnya segudang mah, asal jangan mantan istrinya yang segudang...ha..ha....”kata Ayah.

Sebelum semuanya tambah kacau dengan ide-ide ngawurnya, aku pamit dan bangkit meninggalkan mereka.

****

Aku baru saja keluar dari Mesjid kampus ketika sosok yang kemarin menjengkelkanku itu muncul mendekatiku.

“Assalamu’alaikum, Avira...”

“Wa’alaikum salam, ada yang bisa saya bantu.”

“Aku mau nagih jawaban yang kemarin itu, gimana jawaban kamu?”

Kutatap sekilas wajah di depanku.

“Kamu serius nggak bercanda? Dan kenapa kamu memilihku, bukan mantan pacar-pacar kamu yang cantik, seksi dan modis itu?”

“Cantik kalau dalamnya busuk nggak menarikkan? Aku ingin yang cantik dalamnya, karena nilai seorang perempuan bisa berkualitas karena ahlaknya bukan make upnya. Wanita itu tiang negara, kamu tentu paham jabarannnya. Untuk menjadi negara ini kuat tentu butuh generasi hebat yang berahlak dan itu tidak mungkin bisa didapat dari rahim wanita kualitas obralan yang bisa di pegang oleh sembarang oarang. Kamu paham Avira kenapa aku memilihmu?”

Aku untuk sesaat terdiam, tidak menyangka sedikitpun kalau dia punya cara berpikir jauh kedepan tentang peran seorang istri bagi keluarga dan negara. Ah...ternyata alu salah menilai.

“Kamu jangan salah menilai kalau aku gonta-ganti pacar bukan untuk mencari kepuasan nafsu tapi belajar apa sih yang di inginkan mereka sebenarnya. Untuk melangkah ke yang lebih dalam aku nggak berani karena akupun memiliki Ibu dan adik wanita yang harus kujaga baik-baik kehormatannya. Jika kau mau menikah denganku aku akan menjagamu sebaik-baiknya Rasulullah menjaga dan melindungi para istrinya.”

“Kamu benar-benar berniat untuk melamarku?”

“Ya, aku nggak pernah bercanda dengan satu hal ini.”

“Untuk menjadi imamku nanti, kamu hafal berapa Juz Al- Qur’an?”

Kulihat cowok di depanku terdiam.

“Seberat inikah persyaratannya Avira? Aku nggak hafal Al- Qur’an tapi aku sosok lelaki bertanggung jawab.”

“Ado, keluarga yang ingin ku bangun adalah keluarga dakwah dan tentu itu di bamgun berdasar Al- qur’an dan Sunnahnya. Minimal kamu hafal tiga Juz untuk melamarku.” Tegasku sebelum pergi beranjak meninggalkannya.

Ado termenung lama, Avira sudah beranjak pergi meninggalkannnya. Seberat inikah menikah dengan perempua-perempuan saleha, keluarga dakwah,tiga Juz Al- Qur’an? Ini adalah sebuah penolakan yang halus ah...kenapa aku baru menyadarinya, harusnya ini tantangan buatku. Ado berbalik mengejar Avira.

“Avira tunggu...!”

“Ya, ada apa lagi...”

“Aku terima tawaranmu, tapi kasih aku waktu.”

“Lima bulan, dan dalam jangka itu kamu nggak boleh menemui aku. Jika sudah hafal dan mampu memaknainya dengan benar boleh datang ke keluargaku.”

“It’s okey.” Ado yakin kalau dia bisa memenuhi persyaratan yang di ajukan ku

Merapi dihatiku mulai mencair, hari esok dan seterusnya biar kupasrahkan pada Tuhan termasuk siapa yang bakal jadi pendamping hidupku. ****

RINTIHAN ANAK PELACUR

RINTIHAN ANAK PELACUR

“Ini nggak mungkin Ka, Papa nggak mungkin tega menjual mama untuk menjadi seorang pelacur!” ujar Adi meradang marah.
Arini diam menunduk merasakan keperihan yang sangat, semula diapun nggak percaya dengan laporan tetangga bahwa mamanya seorang pekerja sexs kelas atas dan Papa ikut andil di dalamnya dengan mengenalkan istrinya ke setiap lelaki berkantong tebal. Semula dia mengira bahwa Bu Dinda iri dengan kemapanan keluarganya tapi omongan itu semakin hari semakin jadi pikiran. Bu Dinda bukan orang yang termasuk suka bergosip nggak mungkin dia bicara kalau nggak ada buktinya.
“Kalau Neng Arini nggak percaya, Neng bisa buktikan sendir di hari minggu untuk datang ke kafe i ni...” kata Bu Dinda sambil menyebutkan sebuah kafe di kawasan Jakarta.
Dan semua ketidak percayaannya terjawab sudah ketika Arini diam-diam menyelidiki apa yang di lakukan orang tuanya itu benar seperti yang di katakan Bu Dinda. Darah Arini mendidih ketika melihat ibunya sedang mengobrol mesra dengan seorang lelaki di atas usianya dan Papa duduk di pojok belakang memperhatikannya. Papa terlihat tenang seolah tidak ada yang harus di cemburui melihat istrinya di perlakukan mesra oleh orang lain. Ingin saja Arini marah saat itu mencaci mama dan papa yang sudah membohong anak-anaknya. Muak dan benci menyatu, orang tua yang selama ini dia banggakan tak lebih sekedar sampah masyrakat yang menghidupi anak-anaknya dengan uang haram, menjual tubuh menjadi pemuas nafsu para lelaki bejat dan lapar.
Papa laki-laki yang selama ini sosok yang sangat dia kagumi menjelma menjadi iblis yang tega menjual kehormatan istrinya dan mungkin dia juga akan tega menjual kehormatan anaknya kelak. Laki-laki macam apa, laki-laki seperti dia? Dimana perasaan lelaki yang harus di sebut suami itu di simpan ketika melihat istrinya di peluk dan di gandeng mesra oleh lelaki lain di depan kepalanya sendiri, lalu di bawa menginap ke sebuah hotel berbintang. Tak adakah rasa cemburu, masih adakah rasa cinta di hati lelaki itu pada ibunya? Sandiwara macam apa yang sedang mereka perankan? Ketika di rumah mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang begitu harmonis. Arini merintih sakit, kecewa di dadanya mencipta merapi yang entah pada siapa harus di muntahkan.
“Tapi ini adalah kenyataan yang Kakak lihat Di...!” jelas Arini dengan air mata yang mengalir perlahan.
“Nggak...nggak mungkin Papa sejahat itu yang tega menjual kehormatan istrinya pada para lelaki bejat yang ada di negri ini...nggak mungkin!” teriak Adi histeris.
Arini menggigit bibirnya sakit, diapun nggak akan percaya kalau nggak membuktikan sendiri omongan Bu Dinda dan desas –desus negatif omongan tetangganya. Kalau di lihat secara akal sehat nggak mungkin papa tega membiarkan mama jadi pelacur dan mama pasti akan berontak. Rumah tangga orang tuanya sangat harmonis di depa anak-anaknya, mereka juga sangat care. Lantas apa yang membuat mama harus terjebak ke lembah hitam, apa karena permasalahan ekonomi dan papa tidak mampu jadi figur suami yang menafkahi keluarganya secara ekonomi. Selama ini yang Arini tahu Papa dan Mama bekerja di sebuah perusahaan yang pergi pagi dan pulang malam.
“Dan ini semua bisa jadi mungkin ketika kamu melihat vidio rekaman di handycamku ini...” Arini mengeluarkan handycam, memperlihatkannya pada Adi.
Sebuah video merekam kejadian di sebuah kafe mewah kawasan Jakarta tampak seorang wanita yang sangat cantik dan berkelas sedang duduk dengan lelaki paruh baya, kemafanan sangat terlihat dari status lelaki tersebut. Masih ada ketampanan yang tersisa meski ubannnya sudah menyembul, mungkin dia termasuk salah satu pejabat, birokrat atau politisi yang ada di negri ini. Sesekali tangan lelaki itu mendarat di rambut hitam legam milik si wanita cantik itu di selingi tawa manja si wanita, lalu video memperlihatkan seorang lelaki yang sedang duduk tenang dengan vodka di hadapanya seolah tidak terjadi apa-apa di tempat itu. Vidio juga memperlihatkan ketika sepasang manusia yang berlawanan jenis itu meninggalkn kafe dengan saling bergandengan mesra lalu naik ke sebuah mobil BMW yang terpakir di situ dan.... Rekaman vidio hanya sampai di situ.
“Itu mama dan papa kan Kak...” Adi seperti tidak percaya ketika selesai melihat rekaman Vidio itu. Wajahnya memerah,tangannnya terkepal menahan marah yang siap membuncah.
Arini mengangguk. “Dan terakhir aku menguntit sedan BMW itu sampai kesebuah hotel, kamu bisa bayangkan kan Di, apa yang terjadi antara mama dan lelaki tua itu? Intercross....”
“Ah...BIADAB...BAJINGAN...!!! Selama ini kita telah ditipu oleh orang tua kita sendiri dengan di susupi makanan haram. Aku benci pada Papa yang membiarkan mama jadi pemuas nafsu lelaki bejat, sebagai lelaki dan suami dia benar-benar tidak punya harga diri. Aku harus temui mereka sekarang!” Adi bangkit dengan sejuta kemarahan, kebencian dan rasa sakit yang menyatu. Dia meraih jacketnya berlari keluar.
“Adi tunggu...” teriak Arini.
Cowok itu sudah nggak bisa di cegah dia pergi melesat dengan motornya, Arini di jelma khawatir yang sangat sebentar lagi badai akan menghuru-harakan keluarganya.
***
“Tolong jelaskan Ma, kenapa mama samapai bisa jadi pemuas nafsu para lelaki bejat itu?” cecar Adi ketika mama dan papa sampai dirumah.
“Jaga mulut lancang kamu!” bentak Papa.
Adi tersenyum sinis.
“Yang mesti di jaga itu sikap Papa yang rela menjual tubuh istrinya di jamah para lelaki busuk hanya untuk bertahan hidup. Di mana tanggung jawab Papa sebagai suami yang seharusnya bisa menafkahi kami ;Istri dan anak-anaknya, bukan malah menggadaikan tubuh istrinya. Aku sebagai lelaki MALU , MUAk dan akan MARAH... jika wanita yang aku sayangi jadi piala bergilir pemuas nafsu lelaki yang bukan suaminya!”
PLAAAk... sebuah tamparan keras mendarat di pipi Adi, tamparan mama. Panas dan sakit sangat terasa, Adi mengusap pipinya. Tapi panas dan rasa sakit dari tamparan ini belum seberapa di banding rasa sakit yang menampar di hatinya.
“Bahkan mamapun rela Ma, menggadaikan tubuh mama untuk dinikmati laki-laki lain. Jawab Ma, kenapa mama melakukan hal ini? Jika yang mama cari adalah untuk kebahagian aku dan Kak Arini, sungguh kami lebih bahagia hidup apa adanya dari pada mama harus jadi pelacur.”
Mama terisak-isak.
“Ini semua bohong, mamamu nggak melakukan hal serendah itu. Kalian jangan percaya omongan orang lain...jangan percaya... mereka hanya iri pada kehidupan kita!!” Papa angakat suara dengan suara yang berapi-api.
“Arin nggak akan percaya pada omongan orang lain jika tidak melihat dan membuktikan sendiri omonngan orang lain. Dan apa yang di omongkan orang itu nggak semuanya salah, Pa. Arin benar-benar malu pada papa yang rela menjual tubuh istrinya untuk di nikmati orang lain, di mana harga diri papa sebagai seorang lelaki yang mesti menjaga kehormatan inya. Jangan-jangan akupun akan papa jual pada para lelaki hidung belang hanya demi lembaran uang!” jelas Arini penuh amarah dan kebencian.
“Kau benar-benar lancang menuduh orang orang tuamu sendiri. Siapa yang sudah mengajarimu berbicara seperti itu?” Papa menarik kerah baju Arini sehingga gadis itu kesusahan bernafas.
“Lepaskan...” Adi mendorong tubuh papanya hingga terjengkang ke belakang. “ Papa perlu bukti, jika kami berbicara bukan karena karangan atau kena hasutan orang lain. Ini buktinya Pa, Ma...kalian bisa perhatikan baik- baik dan nggak akan bisa menggelak lagi.” Adi merebut handycanm dari tangan Arini lalu menyetel adegan Vidio kedua orang tuanya di sebuah kafe.
Wajah kedua suami istri itu menegang, rahasia mereka yang di simpan rapat selama bertahun-tahun terbongkar sudah.
“Wanita itu siapa ma, dan siapa laki-laki yang bersama mama itu? Bukan papa kan, tapi mengapa mama memperlakukannya seperi pada suami sendiri. Bukan selingkuhan mama kan, dan anehnya papa yang ada di situ juga nggak merasa cemburu, atau marah. Padahal sudah semestinya seorang laki-laki normal itu MARAH... jika istrinya di ganggu orang lain didepan matanya sendiri.”
“Bangsat...” papa merebut handycame itu dan membantingnya ke lantai. Handycame pun hancur berkeping. “Anak tak tahu trimakasih...kalian benar-benar bikin aku marah...BUGG...” sebuah tinju mendarat di muka Adi tanpa sempat menghindar. Darah segar mengucur dari hidung anak muda itu.
Perkelahianpun tak bisa di hindarkan antara Ayah dan anak itu, mama menjerit-jerit dan Arini mencoba menghentikan namun tak berhasil. Kursi dan barang-barang lainnya jadi sasaran, rumah jadi lebih mirif kapal pecah. Perkelahian terhenti ketika Adi terkapar di lantai bersimbah darah.
“Bahkan kalianpun tega menyiksa anak sendiri.” Arini terisak-isak sambil mengangkat tubuh adiknya untuk di bawa ke rumah sakit, mama ikut membantunya.
***
Sebuah kamar rumah sakit, sepi sendiri. Arini menangis pilu, kenapa semua harus berakhir seperti ini? Lebih menyakitkannya ketika dia harus tahu kalau mama bekerja sebagai pelacur kelas atas dan papa sebagai gigolo. Adi masih tertidur, luka anak itu cukup parah akibat perkelahian dengan papa. Untungnya masih bisa di selamatkan.
“Arin, kamu tabah ya?” tiba-tiba sebuah suara di belakangnya membuyarkan rasa sedihnya.
Arini membalikan tubuhnya melihat pada siapa yang datang. Tampak sosok tinggi menjulang sedang menatapnya.
“Fauzan, sudah lama kamu disini.”
“Beberapa menit yang lalu Rin, kamu tabah ya? Ado pasti akan baik-baik aja.”
“Makasih Zan, namun aku belum bisa menerima kenyataan ini. Aku malu, marah dan benci pada orang tuaku. Mengapa aku harus terlahir dari mereka Zan, bukan dari orang tua baik-baik.” Isak Arini.
Fauzan menyodorkan sapu tangan miliknya.
“Arin semua pasti menginginkan hal yang terbaik dari hidupnya, tapi keinginan tidak semuanya bisa berjalan dengan harapan. Begitupun dengan kenyataanmu sekarang, kamu nggak tahu kan apa yang di kerjakan mama dan papamu saat ini. Kamu berhak benci, marah, dan terluka,itu sangat manusiawi. Namun bencilah perilakunya, bukan orangnya karena bagaimanapun juga mama dan papamu orang yang memiliki peran besar kamu ada.”
“Tapi aku belum bisa Zan, aku ingin pergi sejauhnya dari mereka. Mungkin aku berhenti kuliah Zan, bekerja agar aku dan Adi bisa bertahan hidup karena nggak mungkin lagi bergantung pada orang tua yang pekerjaannnya sangat aku benci.”
“Semuanya butuh waktu Rin, untuk menyembuhkan luka. Dan aku akan selalu ada di sisimu, membantumu bangkit seperti dulu. Dan nanti kita bersama-sama menyadarkan mama dan papamu untuk kejalan yang benar, jangan biarkan mereka terus berkubang dalam dosa. Mereka mungkin punya alasan yang kuat untuk jadi seperti itu, dan kita harus memberi solusi agar keluar dari situ bukan mencerca dan menghakiminya.”
“Apakah kamu nggak malu Zan, menjadi kekasih anak pelacur.”
“Sudahlah Arin jangan bahas tentang itu lagi, jangan pernah berpikir aku akan pergi meninggalkanmu setelah tahu kejadian ini. Setiap orang memiliki masa lalu Rin, dan aku bisa menerimanya. Dan nanti yang akan kunikahi adalah kamu, bukan ibumu. Aku mencintaimu dengan tulus dan apa adanya.”
Arini tersenyum lega. Masih ada Fauzan lelaki yang selalu ada di saat sedih dan juga bahagia yang selalu siap menjaganya. Fauzan tidak romantis tapi dia bertanggung jawab, setia dan bisa menerima dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihan.
“Dan kita harus segera memikirkan pernikahan Rin?”
“Kenapa?”
“Biar aku bisa menjagamu dan Adi setiap saat. Dulu kamu sedih dan punya banyak masalah masih ada orang tua yang bisa mengerti keadaanmu. Sekarang dengan masalah ini, aku yang harus lebih banyak berperan disisimu, tapi aku ingin peranku bisa halal disisimu.”
Air mata Arini menganak sungai, terharu dengan apa yang di ucapkan Fauzan. Semoga nanti jika Fauzan jadi perndamping hidupnya dia nggak seperti papa yang tega menjual kehormatan istrinya. Arini tahu Fauzan bukan lelaki sepert papa, dan harapan yang di inginkan Arini sekarang Adi bisa cepat sembuh.
(the end)

PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM

Jika perekonomian islam sudah di terapkan di sebuah negara tentu kemiskinan tidak akan menjadi pokok permasalahan negri ini karena semua sumber daya alam dikelola dengan baik oleh negara bukan di kelola oleh pihak-pihak swasta dan asing yang justru sangat merugikan negara dan rakyat yang hidup di negara itu sendiri seperti yang terjadi di negri kita ini.
Pertama keuntungan dengan diberlakukannya sistem ekonomi Islam akan mampu menyelesaikan masalah kemiskinan melalui distribusi yang adil dimana setiap warga negara dijamin pemenuhan kebutuhan pokoknya dan diberi kesempatan luas untuk pemenuhan sekundernya. Berbeda dengan kapitalis mereka melakukan penghapusan kemiskinan di pusatkankan hanya pada peningkatan produksi ,baik produksi total negara maupun produksi pendapatan perkapita bukan pada masalah distribusi. Maka sistem ekonomi kapitalis tak akan pernah mampu menghapus kemiskinan karena titik pusat persoalannya adalah distribusi kekayaan. Akibatnya pihak yang kuat akan semakin memiliki banyak kekayaan dan yang lemah akan semakin sengsara.
Islam memberi penyelesaian masalah yang baik seperti hal itu di gambarkan dalam Al:Qur’an (Lihat Qs Al Hasyr:59.) dimana ayat itu menjelaskan tentang keadilan distribusi.
Secara ekonomi negara harus bisa memastikan bahwa kegiatan ekonomi dalam sebuah negara tidak ada pihak yang dirugikan dan negara harus bisa memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang baik yang menyangkut produksi,distribusi maupun konsumsi dari barang dan jasa sesuai dengan tuntutan syariah tidak ada pihak yang mendzalimi maupum didzalimi.
Kedua dengan diterapkannya sistem ekonomi islam rakyat akan mendapatkan keuntungan dari sumberdaya alam bukan seperti yang terjadi saat ini dimana ekonomi yang dikuasai para kapitaslis yang terjadi malah privatisasi kepemilikan sumberdaya alam yang seharusnya di kelola negara malah dimiliki oleh pihak sewasta dan asing hal ini tentunya membuat rakyat semakin menderita .
Dan suatu hal yang tidak mungkin jika hal ini terus dibiarkan kemungkinan besar semua sumber daya negri ini akan beralih kepihak swasta yang akan menyebabkan kenaikan harga,penghapusan subsidi dll, seperti halnya yang terjadi sekarang dengan langkanya minyak ,gas juga naiknya tarif dasar listrik. Padahal seharusnya hal ini tidak harus terjadi jika pemerintah mengelola SDA negrinya dengan baik sebagaimana sabda Rasuluwlah dalam hadisnya: “Umat Islam berserikat pada tiga perkara “air,padang rumput dan api” (Hr. Ahmad).
Sebagai rakyat yang hidup dalam sebuah negara yang kaya semestinya mereka bisa merasakan kekayaan yang dimiliki negara tersebut dan tentu hal ini akan bisa di rasakan jika rakyat hidup dalam sebuah negara khilafah yang hidup dengan syariat islam. Karena perekonomian yang di terapkan kapitalis malah menyebabkan kekayaan secara Individu,keserakahan yang tak terkendali.
Dan ketiga keuntungan diterapkan Ekonomi yang berdasarkan Syariah terjadinya penghapusan pajak. Sedangkan dalam sistem kapitalis pendapatan utama negara adalah dari pajak sehingga negara akan terus berusaha meningkatkan perolehan pajak agar biaya pembangunan semakin besar di dapat akhirnya rakyat akan semakin terbebani dimana pajak penghasilan,pajak penjualan dan pajak atas bahan bakar di timpakan pada rakyat sehingga perekonomian rakyat akan semakin tercekik.
Dalam perekonomian Islam pendapatan negara bisa di hasilkan dari hasil kepemilikan umum seperti minyak dan gas, dari sektor pertanian seperti kharaj ,dari sektor industri berasal dari zakat hasil dagangan dengan demikian negara mendapat pemasukan yang besar tanpa membebani rakyat dan pada saat yang sama mampu mendorong aktivitas ekonomi yang luar biasa. Kalaupun rakyat harus membayar pajak mereka termsuk kategori kaya yang kekayaanya mencapai batas nasab untuk mengeluarkan Zakat. Rasululllah Bersabda: “Tidak akan masuk Syurga orang yang memungut pajak (cukai).” (HR. Ahmad)
Keempat mengganti Investasi asing dengan Investasi dalam negri, melalui penerapan sistem ekonomi yang benar Baitul mall yang dikelola negara khilafah akan meraup dana yang cukup esar yang nantinya dana tersebut kan di salurkan pada pembangunan yang bisa dinikmati rakyat dengan murah bahkan bisa gratis ‘seperti pendidikan,kesehatan dan infrastruktur yang berhubungan dengan alat transportasi,telekomunikasi,air juga listrik. Juga untuk membiayai industri berat seperti persenjataan,proyek-proyek besar,kredit bebas bunga dan semua hal yang nantinya bisa di nikmati rakyat.
Kelima membebaskan dari jebakan hutang yang berlipat sebagaimana yang terjadi pada negri kita sebagai pelaku utama penumpukan utang luar negri berbunga tinggi padahal Allah sendiri menjelaskan dalam Firman Nya surat Albaqarah Ayat:275 Dia menghalalkan jual beli tapi sangat membenci riba. Negara dalam bentuk khilafah akan menolak pinjaman hutang yang di jadikan negri kapitalis sebagai bentuk penjajahan baru melaalui jebakan hutang.
Setelah itu akan mampu menghapus sumber inflansi, membangun industri yang menguntungkan rakyat dengan mengelola SDA dengan benar bukan diprivatisasi pihak swasta dan asing tapi di kelola negara dengan benar. Selanjutnya dalam bidang militer negera khilafah tidak tergantung pada negara lain tapi memproduksi dan mengembangkan teknologi militir sendiri lihat Qs: Al Anfaal 60. Begitupun dalam bidang pertanian,pendidikan ,kesehatan dan bidang-bidang lainnya negara khilafah akan mampu menjadi pengubah sistem yang ada saat ini yang terbukti sangat bobrok di segala bidang.

WAHAI IBU...WAHAI AYAH...

Wahai para Ibu wanita-wanita kebanggaanku...
wahai para Ayah lelaki yang pantas jadi pemimpin kaum wanita...
Tengoklah barang sebentar anak-anak kecilmu
Jangan terus di buai oleh kesibukanmu
Tegakah kau melihat anak-anak kecilmu setiap hari berteman Televisi dengan disuguhi film-film yang tidak mendidik yang sangat jauh dari moral islam
Apakah kau tidak khawatir mereka akan meniru budaya hedononis yang di sodorkan musuh-musuh kita untuk meracuni generasi
Tidakah kau bersedih saat anak-anakmu mengenal Spiderman, Power Rangers ,Naruto dan Film-film semacamnya
Dan alangkah mirisnya ketika mereka ditanya siapa Abu Bakar, Umar, Usman, Ali,Khalid bin Walid, Shalehudin Al Ayubi atau Iskandar Agung hanya sedikit dari mereka yang tahu