Subscribe Us

BUNDA

Satu tahun kepergianmu Bunda
Jiwaku perlahan merapuh memahat langkah.
Memendam sesal yang merejam
Membuat jiwa terus meluka saat menguak semua memoar tentangmu.

Bunda sayang,betapa berat melupakan semua kenangan tentangmu.

Andai luka itu tak pernah kutanam di hatimu mungkin kau masih menemani hari-hariku ku.
Tapi, semuanya sudah terlambat Bunda.
Impian indah yang pernah kurenda dulu,ku hancurkan sendiri
Membuat hatimu pecah berkeping
Mengalirkan selaksa luka dan air mata.

Senja diperaduan terakhirmu. Kemboja menari menyambut kedatanganku bersanding dengan angin yang berbisik syahdu. Bunda, rindu yang membuncah padamu membawa langkah letihku kemari. Berharap sedikit bisa mengobati letih yang meraja di jiwa membangkitkan kerapuhan yang menyiksa. Andai kau masih ada disisiku,mungkin aku nggak akan selemah ini, Bundaku sayang.

Satu bulan terakhir ini,gerimis mengaliri jiwaku yang perih Bunda. Entah mengapa aku jadi begitu cengeng? Aku nggak setegar dulu lagi Bunda,saat aku masih bersamamu.

Bunda maafkan aku baru kali ini bisa mengunjungi pusara terakhirmu. Aku memang laki-laki pecundang. Bunda, kata-kataku yang pernah kuikrarkan dulu padamu hanya sebatas teori. Selebihnya aku sering menyakitimu, dan poligami itu puncak luka dihatimu. Tapi, kau mesti tahu bahwa aku tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Peran Ibulah yang membuat kesetianku padamu memudar. Ibu terus memaksaku untuk menikah dengan Aryanti tanpa mempedulikan perasaanmu.

Dari dulu ibu memang tidak pernah rela kau masuk kedalam keluargaku. Karena dalam dirimu tak ada darah bangsawan. Aku tak pernah berpikir bahwa kenekadanku menikahimu akan berakhir seperti ini. Engkau dimusuhi keluargaku. Cinta memang buta dan ini sangat menyedihkanku di zaman semodern ini, masih ada manusia yang mempersoalkan kebangsawanan. Padahal dimata Tuhan tetaplah takwa sebagai batas pembeda.

Bunda,aku jarang mengunjungi pusaramu bukan berarti aku tak mencintaimu, justru aku sangat mencintaimu, Bun.merindukan semua tentangmu. Bersama Aryanti aku seperti hidup dalam neraka, semua kesempurnaan yang dia miliki hanyalah topeng. Kebangsawanan, kecantikan, dan pendidikan yang dia miliki tidak menjadikan dia bisa menghargaiku sebagai seorang suami. Dia cacat secara kpribadian. Berbeda denganmu Bun, yang selalu menyambut kepulanganku dengan secangkir madu senyuman. Membuat letihku menghilang. Kau selalu menguatkanku disaat rapuh, kelembutanmu membuat jiwaku damai. Dimataku kau adalah perwujudan bidadari Syurgawi.

Bunda, penceraianku dengan Aryanti menghantarkan sejuta rindu padamu. Andai waktu bisa diputar kembali aku ingin merenda cinta denganmu semuanya dari awal lagi.m Mempertahankan keutuhan rumah tangga kita. Dihadapan Ibu akan ku bela bahwa kaulah wanita yang pantas mendampingiku, bukan Aryanti. Tapi, semuanya sudah terlambat. Kini semuanya hanya tinggal kenangan.

Dan kenangan itu, sangat menyakitkanku Bunda, sayang. mungkin ini sebagai balasan dari Tuhan karena sering menyakitimu.

Suami macam apa aku ini, Bunda? Dihadapanmu aku ini tak ada harganya. Bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan semua kesalahanku di hadapan Tuhan nanti? Karena sebagai suami, aku tidak mampu menjalankan peranku sebagaimana mestinya. Kau adalah perempuan mutiara yang tak mampu kujaga.

Terkadang aku ingin tertawa menertawakan diri sendiri. Bahwa sebagai pengikut sunah Rasul aku akan mampu adil dalam poligami. Seorang Rasul wajar jika mampu untuk adil karena kualitas keimanannya pun sudah teruji dan Surga pun selalu merindukannya. Sedang aku,kualitas keimanan pun masih layak di pertanyakan. Akankah manusia dhaif sepertiku bisa menegakan ke adilan? Hanya berujung pada kemudratan, Bunda. Engkau pergi membawa sejuta luka dan aku menangis dalam sesal.

Kau memang pantas untuk terluka, karena sebagai wanita siapa sih yang rela hati suaminya berbagi? Padahal sebagai istri kau sudah mampu menjalankan peranmu sebagai istri ideal dalam keluarga. Fatimah seorang putri Rasul pun tidak mau di madu,  padahal dia wanita shaleha yang pertama menjadi penghuni surga. Bukankah terbukanya pintu syurga harus ada keikhlasan?

Tapi, Ibulah yang memainkan skenario hidupku. Kau tahukan Bunda,aku anak lelaki satu-satunya. Dikeluarga segala hal dialah yang menentukan. Aku bukannya tidak berani menentang Ibu, tapi aku takut seperti Alqomah durhaka pada ibunya. Karena dia lebih mengutamakan istrinya, sehingga susah mengucapkan kalimah Thoyibah ketika ajal akan menjemputnya.

Namun persoalan yang paling mendasar karena pernikahan kita tak kunjung di beri keturunan. Itulah yang membuat Ibu memaksaku menerima Aryanti,karena dia tidak sabar ingin meminang cucu dariku padahal pernikahanku denganmu baru berjalan dua tahun. Mungkin Ibu menjadikan alasan itu untuk menyingkirkanmu Bunda.

Begitulah ceritanya, Bunda. Maafkan bila pernikahanku dengan Aryanti membuat hatimu hancur dan melemahkan jantungmu sebagai pemicu menuju maut. Aku memang kejam, tapi kalau boleh jujur hanya kaulah wanita yang bisa membuat hatiku bahagia. Bunda, aku jadi teringat masa-masa indah saat bersanmamu. Waktu dua tahun adalah episode yang cukup sulit untuk melupakan sebuah kenangan.

Impaianmu menjadikan rumah tangga kita rumah tangga islami dan mendidik anak-anak kita generasi qur'ani tidak pernah terealisasikan karena engkau keburu pergi.

Diperaduan terakhirmu,doaku untukmu semoga kau tenang dan damai.

Aku akan selalu tetap mencintaimu , Bunda,kau akan selalu jadi prasasti dihatiku. Jika nanti hatiku sudah sembuh,aku berharap Tuhan memberikan seorang pendamping sepertimu yang bisa membawaku bersamanya meniti perjuangan dakwah.

Bunda, Ibupun sekarang tak seotoriter dulu lagi. Setelah rumah tanggaku dengan Aryanti hancur, mata Ibu mulai terbuka.  Bahwa kebahagiaan tidak bisa di ukur dari kebangsawanan,kekuasaan dan pendidikan tinggi. Diam-diam aku sering memergoki Ibu sedang memandangi fotomu dan perlahan pipinya basah oleh air mata. Mungkin dia telah menyesali perbuatannya padamu di masa lalu atau mungkin juga dia terenyuh melihat anak laki-lakinya yang makin hari makin kurus, murung,  dan sedih.

Cinta memang tidak bisa dipaksakan,tapi rumah tangga tapa restupun hanya berujung pada penderitaan seperti yang kau alami tidak diterima dikeluargaku. Semoga ini bisa jadi pelajaran untuku kedepannya,mendapatkan cinta yang direstui sehingga kebahagiaan bisa terwujudkan.

Selamat jalan Bundaku cinta...

Selamat jalan Bundaku sayang...

Senyumu akan selalu jadi pengobat rindu...

Kelembutanmu akan jadi mata air yang mengaliri lorong jiwaku...

Semoga Syurga jadi tempatmu....

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini