Subscribe Us

SESI CURHAT DENGAN REMAJA

Tak terasa si teteh yang kemarin imut, cengeng dan manja. Kini mulai remaja. Dia sudah mendapatkan haid pertama. Senangnya bedakan, luluran, dan nyemprot parfum nggak kira-kira. Semeriwing. Senangnya mantengin tutorial make up di youtube punya Suhay Salim. Bedak emak sama lipstik, blush on dan maskara buat mempercantik diri didepan suami yang biasanya di pake setaun habis dalam seminggu jadi bahan uji cobanya. Pernah ngalamin? Hobinya nyanyi-nyanyi depan kaca. Mendadak jadi genit. Ngomong sama teman ceweknya yang dibahas cowok terus. Wajar nggak sih? Ya, wajar itu anak  artinya normal dari pada suka sama sesama jenis.

Nah, kebetulan didepan ada cowok ,anak tetangga yang memasuki usia putih abu-abu, siteteh maunya nongkrong di depan, pura-pura nyapu padahal biasanya paling susah disuruh nyapu dihalaman depan. Itu karena ada yang mau dikecengin. Suatu saat pasti parent akan ngadepin anak jelang puber. Bisanya bantah mulu. Banyak main rahasia nggak mau dikepoin. Apalagi kalau nggak pernah ada pendidikan islam dirumah, sulit dikendalikan. Sibuk dengan dunianya sendiri.
Bawaannya orang tua emosi terus apalagi kalau nggak pernah belajar ilmu parenting. Pernahkah bun, disaat anak mulai puber dan dapat haid pertamanya ngobrol dari hati ke hati bukan doktrinisasi. Yang dikit-dikit haram, dikit-dikit dosa. Mana nyangkut omongan itu ke otak anak. Merekamah maunya dikalemin kalau ngomong nggak mau diceramahin sepanjang jalan kenangan. Usia anak segitu maunya yang seru-seru dan bikin happy. Ngomongin Iqbal, black pink, si ganteng Kim won bin, Seng seung Hun , Manolo Gonzalez Pergara, Broklyn Beckham, Gigi Hadid, Adele, atau semacamnya. Film yang lagi booming, musik yang hits, nonton di bioskop, kulineran. Pokoknya bikin happy. Itu yang disukai anak.
Cobalah cari tau dunia mereka. Nggak salah kok misal tau musik  yang lagi hits, tau film terbaru, tau gantengnya Kim wonbin, nggak bakalan juga suami cemburu. Untuk apa perlu tau? Agar nyambung ngomong sama anak. Sesekali punya quality time sama si teteh misal nongkrong di Grand Indonesia lalu ajak ngobrol,setelah terbuka baru dakwahi anak. Masukan nilai-nilai keislaman. Mana yang boleh dan nggak boleh. Itu ortu keren.
Pingin anak nutup aurat dengan sempurna tapi susahnya luar biasa. Dulu emang ibu berjilbab usia berapa? Dan bisa ngaji dengan betul kapan? Nggak langsung ujug-ujug pinter dan paham syariat kan? Dan bisa jadi anak susah taat pada syariat itu akibat bebalnya kita dari dosa- dosa masalalu yang belum terhapus semuanya. Ada makanan syubhat yang termakan anak. Ada nafkah suami yang belum halal karena masuk kerjanya hasil menyuap, ada dosa pada orang tua. Ada orang yang pernah tersakiti akibat tajamnya lisan kita. Masih ada riba yang belum terlunasi, hutang yang terlupakan. Yang membuat do'a kita tak menembus langit.
Untuk taat butuh proses dan butuh dukungan juga motivasi. Penyampaian yang menenangkan. Pendidikan usia 8 - 14 tahun memang harus tegas dan disiplin namun jangan lupakan ranah diskusi. Anak usia tersebut sangat butuh diskusi, bertukar pendapat. Ngomong dengan nada strengh dan penuh omelan nggak bakal didengerin.
Dan para orang tua masa kini cenderung menyerahkan tanggung jawab mendidik dibebankan semua  pada sekolah. Nggak mau repot. Padahal yang punya banyak waktu anak dengan orang tua itu siapa? Ya, orang tuanya. Sama gurunya itu cuma 6 jam. Sisanya sam orang tua, tivi dan gadget. Dan yang punya kewajiban mendidik itu siapa? Ini mendidik lo bukan mengajar. Paham kan bedanya mengajar dan mendidik. Mengajar itu lebih ke ilmu, baik ilmu agama atau ilmu dunia. Sedang mengajar lebih ke membangun tauhid, akidah dan adab. Itu kewajiban orang tua jika tidak mampu ya,ulama atau ustadz bisa juga orang yang memang paham.
Sesekali tanyakan pandangan anak tentang jilbab, tabaruj, ikhtilat dan berkholwat. Atau apa pendapat mereka tentang menyukai musik dan film, dimana mamfaatnya?
"Menurut teteh apa sih yang menarik dari film korea?"
"Habis mereka pemain perannya ganteng dan cantik bun? Sudah gitu ceritanya bikin baper?
"Oh gitu ya. Tapi boleh nggak sih, kita ngefans banget sama mereka? Padahal setau bunda lho, kita itu akan masuk surga tergantung idolanya. Misal nih, bunda ngidolain Rasulullah, dalam hadis dikatakan jika kita cinta sama Rasulullah maka akan dipertemukan dengannya di Surga nanti. Bunda boleh nanya nggak, ada mamfaatnya nggak sih, kalau kita ngefans sama wobon itu?"
"Bukan wobon bun, tapi Wonbin."
"Eh bunda salah ya? Terus pendapat teteh gimana?"
"Ya nggak ada mamfaatnya juga sih, tapi teteh seneng aja. Hiburan gitu bun."
"Oh gitu ya,tapi si Wonbin itu bakal kenal sama kamu nggak ya, teh. Jadi jodoh gitu."
"Ih bunda, ya nggak bakalan lah. Lagian mana ada artis suka sama penggemarnya. Jarang banget."
"Nah, terus kenapa teteh maksain banget suka sama seorang yang kemungkinan ketemu dan berjodohnya sangat jauh. Mending yang realistis."
"Maksud bunda?"
"Ya, ngefans sama Rasulullah biar dapat jaminan surga. Yuk, ah teh kita buka puasa dulu udah magrib nih. Dan teteh tau puasa sunah itu bagian dari kecintaan kita pada sunah Rasul."
Nah, itu parent yang keren. Nyambung ngobrol dengan anak.

Suatu hari bunda ngobrol sama si teteh tentang cowok ganteng yang dilihat dari lobang sedotan,he. Maksudnya untuk memancing pendapatnya.
" Teteh si Adam ganteng ya?"
"Lo…lo…bunda kok muji-muji cowok lain sih, bilangin ke si ayah nih?"
"Ishh…si teteh, bunda kan pernah muda juga. Menurut teteh gimana?"
"Gimana apanya sih bun?" si teteh biasanya suka susah dikorek-korek informasi. Tapi jadi emak emang harus kepo cantik.
"Ah, udah deh gini aja. Kalau  si Adam ngajak pacaran sikap teteh gimana?"
"Ya nggak gimana-mana?" mulai ambigu.
"Jawab yang jelas dong teh, biar bunda ngerti."
"Adem emang ganteng bun,tapi teteh nggak maulah pacaran, masih kecil. Teman teteh si Dara punya pacar bawaannya galau mulu. Nggak boleh kemana-mana sama pacarnya. Dicurigain terus. Kalau sms nggak dibales, marah-marah. Dan pernah lo bun,Dara di tampar sama pacarnya gara-gara nggak mau di ajak ngerayain valentine di rumah temannya. Menurut teteh cowok gitu kurang ajar banget, belum nikah udah posesif." 
Anak kalau sudah curhat panjang lebar gitu asyik banget dan akan sangat mudah untuk di arahkan.
"Bunda minta teteh jangan pacaran ya teh. Banyak ruginya terutama kaum perempuan selalu jadi pihak yang di rugikan. Bunda juga nggak mau teteh galau,apalagi nangisin cowok nggak jelas masa depannya seperti apa. Perempuan yang baik pasti untuk laki-laki yang baik teh. Dan bunda ingin teteh dapat jodoh laki-laki baik. Sebagaimana ayah menikahi bunda."
"Iya bun, lagian teteh juga mau suami yang baiknya kaya ayah. Sayang bunda dan anak-anak." 
Nah, kalau si teteh udah ikutan muji-muji orang tuanya, artinya parent berhasil ngasih influence sama anak.
Sesibuk apapun luangkan waktu bersama mereka. Ngobrol dari hati kehati. Jangan biarkan anak lebih nyaman curhat pada temannya. Kadang teman bisa membawa pengaruh yang buruk buat anak. Cari informasi yang banyak tentang teman-temannya. Bersukur kalau temannya bisa didekati dan dipengaruhi kearah yang lebih baik. Tapi tak sedikit anak yang rusak karena temannya. Dan itu berawal dari orang tua yang kurang peduli. Anak kalau sudah nyaman dengan orang tua apapun bakal masuk keotaknya. Tapi disini ibu dan ayah emang harus memperbanyak wawasan umum atau keislaman. Balance itu bikin awesome! []

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini