Subscribe Us

Saat Anak-Anak Curhat Tentang Ayahnya

Suatu hari si abang curhat tentang ayahnya. Sambil ngemil keripik di depan televisi. Ada si adek juga sama si teteh.
"Bun, kok ayah garing banget sih?"
"Garing gimana,bang?"
"Ya nggak asyik gitu."
"Iya,timpal si teteh.
"Pulang kerja langsung masuk kamar atu main hape. Nggak pernah ngajak ngobrol kita-kita. Teteh tuh maunya punya bapak kaya abinya Sarah perhatian banget sama anaknya. Dianterin beli buku lah, ngajakin anak-anaknya liburan bareng. Pernah waktu teteh kerja kelompok dirumahnya, waktu habis kerja kelompok kita disuguhin makanan yang di bikin abinya,enak banget lho,bun.
Terus abi Sarah cerita banyak dan kita ketawa bareng. Abi sarah lucu, tapi pinter juga. Minggu besok abi sarah ngajakin kita-kita tadabur alam bareng teman-teman juga." timpal siteteh sambil nyerocos.

"Teman abang  juga yang Mas Zaki itu Bun, ayahnya asyik banget. Kita diajakin main futsal bareng. Pulangnya di traktir rame-rame setelah itu kajian bareng. Asyik banget pokoknya Bun, abang tuh suka kalau ayahnya Mas Zaki  udah cerita tentang sahabat Rasul keren banget. Bawaannya kayak ustadz Omar Mita. Abang juga minggu depan di ajakin naik gunung sama teman-teman Mas Zaki. Bolehkan Bun, kalau abang ikut?"

"Iya teteh juga mau ikut tadabur sama abinya Sarah."
"Kalian bilang deh,sama Ayah." usul Bunda.
"Malas ah Bun ngomong sama ayah." tampangnya lempeng banget ujar si abang.
"Nggak boleh," timpal si teteh sambil memperagakan iklan teh wangi. "Harus berangkatnya sama ayah." lanjutnya dengan mimik lucu.

Lihat ayah bunda. Ketika dunia luar mulai mempengaruhi anak-anak kita. Si abang dan si teteh lebih menyukai figur ayah orang lain di luar rumah. Masih mending kalau figur ayahnya seperti cerita di atas, bikin anak-anak hidup lebih baik. Bagaimana kalau teman si anak berasal keluarga super bebas. Bawa teman cewek-cowok ke rumahnya. Nginap di Villa sampai teller misalkan. Atau banyak hal yang merusak anak.

Ayah, kita itu  disini harus bisa membaca alarm dengan sigap. Ketika anak sudah merasa nyaman dengan dunia luar,  sangat berbahaya. Apalagi kalau sudah curhat ke keluarga orang. Membicarakan ketidak harmonisan di keluarganya.

Sesibuk apa sih dirimu, wahai para ayah? Emang ngobrol sama anak bikin kewibawaan mu luntur? Justeru dekat dengan anak itu akan menaikan nilai ekstabilitas dirimu.
"Ayah gue tuh keren. Dia itu asyik banget. Aku pulang dulu ya guys, udah ditungguin ayah. Gue kayaknya nggak bisa ikut Futsal, minggu besok mau jalan ke Planetarium BOSCHA."

Percakapan di atas anggap lah sebagai sebuah bukti kebanggaan si abang sama ayahnya. Dan ketika teman-temannya ngajakin main dia lebih memprioritaskan ayahnya. Sebagai bagian dari birul walidain. Dan itu keberhasilan ayah dalam mendidik anak.

Peran ayah itu penting parent, itu yang saya rasakan. Dan efeknya itu luar biasa sampai dewasa. Ayah yang punya waktu ngobrol dengan anak-anaknya, diskusi tentang pollitik, mendongeng, main catur atau joke-joke yang bikin ketawa.

Anak yang memiliki peran ayah yang baik, dia tidak mudah terpengaruh. Tidak gampang jatuh cinta ,dan akan sangat selektif dalam memilih teman. Mungkin cenderung tomboy dan easy going, tapi jika di imbangi peran ibu itu lebih baik.

Hari ini banyak anak yang kekurangan peran ayah. Karena ayah super sibuk nyari segenggam recehan. Itu memang tidak salah. Tapi luangkan waktumu bersama si teteh yang mulai puber, tanamkan nilai-nilai tauhid. Apa saja yang boleh dilakukan atau tidak kalau sudah baligh. Biasanya omongan ayah itu mantul. Begitupun dengan si abang harus di deketin biar nggak lembek karena kebanyakan nempel sama bundanya. Dia harus memiliki jiwa pemimpin yang menonjol biar mampu jadi pelindung keluarga, dan sosok pemimpin itu hanya bisa di ajarkan oleh sang ayah.

Ayah bunda, ada banyak kisah dalam Al-Qur'an yang menonjolkan peran keayahan. Kita pasti tahu kisah Nabi Ibrahim AS, yang di sebut bapak para nabi. Allah memerintahkan nabi Ibrahim agar siti Hajar dan bayinya tinggal di Mekah yang saat itu masih sepi dan tandus. Dan sang istri kedua yang saleha tetap taat karena yakin ini perintah Allah. Setelah di antarkan, Siti Hajar ditinggalkan. Nabi Ibrahim kembali ke Mesiar tinggal bersama istri pertamanya Siti Sarah. Jarak antara Mesir dan Mekah itu sangat jauh jika di tempuh dengan perjalanan kaki. Jaman dulu belum ada mobil atau pesawat. Nabi Ibrahim hanya mampu menemuinya enam bulan sekali yang artinya dua tahun sekali perjumpaan diantara mereka. Itu terjadi karena memang jarak yang nggak memungkinkan untuk datang setiap hari.

Perjumpaan yang jarang dengan sang putra tidak membuat sang anak kehilangan peran keayahan. Dia berhasil jadi anak yang taat pada orangtua. Taat pada perintah Rabb-Nya. Bukankah anak seperti ini yang kita inginkan? Bukankah anak seperti ini yang mampu membuka pintu Surga bagi kedua orang tuanya?

Ada kisah indah dalam Al-Qur'an tentang percakapan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat akan disembelih. Disana ada bahasa cinta ayah dan anak yang bisa diambil pelajaran. Bagi sang ayah tentu sangat berat menyembelih putra kesayangannya, namun perintah Allah harus tetap dilaksanakan. Ungkapan sang anak pun tak kalah menyentuh. Sang anak mengijinkan karena dia yakin bahwa perintah ayah adalah perintah Allah. Paren, mereka memang anak para nabi. Tapi kisah Al-Qur'an adalah teladan. Jembatan antara masalalu dan masa depan agar kita mengambil pelajaran.

Dan mendidik anak taat pada Allah bukan hanya bisa sekedar ngaji dan salat saja. Ada banyak kewajiban lain yang Allah bebankan pada hambanya. Untuk anak menjadi taat pada aturan Allah butuh perjuangan juga pengorbanan. Anak ingin saleh itu diusahakan bukan dibiarkan. Dan orang tua adalah contoh sebaik-baiknya teladan.
Ayah adalah kepala sekolah dalam rumah tangga dan ibu adalah gurunya. Otomatis ayah harus punya kurikulum pendidikan dirumah. Harus punya schedule. Mau ngapain sih sama anak pas hari libur. Ngajakin si abang main futsal misalkan, atau ngajak si teteh ikut kajian meski cuma nganterin atau nongkrong cantik di Pizza hut sambil ngobrol gaze, ngajakin si adek main salju di Snow World, ya itu demi membangun quality time.

Membangun kedekatan sama sang anak efeknya dasyat dan pengaruhnya banyak. Nggak harus mahal kalau memang nggak ada budget untuk keluar. Yang terpenting kreative, menambah wawasan tapi sangat menyenangkan.

Seperti yang dikatakan Irma Gustiana A, M.Psi., psikolog Anak dan Keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan UI. Peran ayah dalam kehidupan anak sangat berarti, terutama dalam membangun kecerdasan emosi, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan motivasi anak di kemudian hari.

“Ini sangat disayangkan karena ketiadaan peran ayah (fatherless) dalam kehidupan anak, memungkinkan anak mengalami masalah perilaku sosial emosi yang semakin besar. Anak cenderung berperilaku tidak adaptif sehingga timbul istilah kenakalan anak.”

Irma mengalaskan pendapatnya pada hasil penelitian yang menyebutkan tentang dampak buruk dari ketiadaan peran ayah, seperti hasil studi tentang peran ayah dalam kehidupan anak yang dilakukan Kalter dan Rembar dari Children’s Psychiatric Hospital, University of Michigan.

Dikemukakan, apabila tak ada peran ayah dalam kehidupan anak, dampaknya tak bisa dianggap sepele. Apa saja?

- 63 persen anak mengalami masalah psikologis seperti gelisah, sedih, suasana hati yang mudah berubah, fobia, dan depresi.

- 56 persen anak memilik kemampuannya berada di bawah rata-rata.

- 43 persen anak melakukan agresi terhadap orangtua.

“Kehilangan peran ayah dalam kehidupan anak berkaitan dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri di sekolah, lingkungan sosial dan penyesuaian pribadi terhadap perubahan,” jelasnya
Dikutip dari banjarmasin pos

Dan banyaknya kenakalan remaja hari ini itu semua kurangnya peran ayah terlibat dalam mendidik untuk menanamkan nilai-nilai tauhid dan kisah keteladanan. Yang ada hanya ayah penuntut dan sok berwibawa hanya agar anak jadi penurut namun di dewasa nanti dia jadi pendendam dan kurang perhatian pada keluarganya. Jadi sebelum semuanya terlambat. Ayo, para ayah kembali kerumah dan dekati anak-anakmu, ajak ngobrol mereka. Bangun diskusi yang hangat dan menyenangkan. Jangan jadi ayah yang garing dan bosenin. Dan jadikan para nabi,sahabat Rasul adalah contoh teladan dalam mendidik anak. Pernbaharui wawasanmu tentang parenting Nabawiyah. Semoga kelak anak-anakmu jadi generasi hebat yang mampu menciptakan sejarah kegemilangan islam. []

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini