Subscribe Us

NGOBROL BERMAMFAAT SAMA KRUCIL

Pulang sekolah si krucil nangis karena di katain teman-temannya item. Mungkin istilah sekarang body shaming. Bunda dengarkan dengan baik keluhan anak-anakmu. Tapi jangan dulu terbawa emosi. Ibu di dunia ini jika menyangkut anak ,dia adalah manusia paling perasa. Bahkan anak dimarahi bapaknya pun sangat tidak rela. Kita yang udah mengandung, apalagi menghadapi ngidam yang payah ditambah hamil sembilan bulan dan melahirkan. Membesarkannya dengan penuh cinta. Lalu ada orang lain yang menghina anak kita, memarahi atau apalah istilahnya. Siapa sih yang nggak sakit? Apalagi si krucil pulang-pulang wajahnya muram atau banjir air mata. Rasanya sakit luar biasa. Kalau bisa, amarah pingin ditumpahkan pada teman si krucil. Betul?

Namun coba berpikir dengan sangat bijaksana. Ini masalah anak-anak, biarkan dia menyelesaikan masalahnya. Anak ada masalah, itu adalah pembelajaran agar dia dewasa dan agar dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Berikan gambaran bahwa hidup tak semanis kenyataan. Ada orang julid, ada yang nyinyir ada yang baik. Setiap anak itu, mereka dirumah mendapat pendidikan yang berbeda dari orang tuanya. Ada orang tua yang cuek, ada yang baik,demokratis, penuh perhatian. Tapi lebih banyak lagi anak yang lahir dari keluarga bermasalah. Anak-anak kita yang menangis itu hanya sesaat dan setelah lupa akan kembali akur dan memaafkan. Berbeda dengan orang tua, berapa banyak yang anak-anak berantem terus orang tua bersikap kekanakan maka terjadilah permusuhan dengan tetangga. Sampai mau minta maaf nunggu lebaran dulu. Padahal anak-anaknya dalam 1 jam sudah kembali akur.

Anak-anak tidak memiliki jiwa pendendam. Namun kitalah para orang tua  yang mengajarkannya untuk menjadi pendendam.

Disaat anak menangis peluk dia , tenangkan dan besarkan hatinya. Disini kita memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengajarkan anak tentang sesuatu yang sangat berharga.

"Terus perasaan kakak gimana dikatain item sama teman-teman?" biarkan anak mengeluarkan unek-uneknya. Jangan dulu terpancing amarah dan menghakimi temannya. Karena kita adalah orang tua yang terlahir lebih dulu dari teman si krucil itu. Akal kita lebih sempurna.
"Kakak sakit hati bu, kakak malu."
"Terus kakak bilang apa sama mereka?"
"Ya, Kakak diam aja."
Mungkin begitu obrolin Ibu sama krucil.

"Kalau kata Ibu, kakak itu nggak item tapi manis lho. Coba aja kakak ngaca. Ibu kasih tau ya, kakak itu anak ibu yang sangat baik. Kakak wajahnya enak dilihat apalagi kalau senyum. Bikin meleleh kayak coklat dipanasin. Kakak juga anaknya nurut sama orang tua, ngajinya pinter. Dan ya kak, biarin orang mau ngatain kakak jelek,kakak item atau apalah yang terpenting ayah, ibu dan Allah tetap sayang sama kakak. Kakak tau siapa Bilal bin Rabah kan, dia budak item namun setelah masuk islam dia jadi pemuda yang hebat. Terompahnya aja sudah terdengar di surga, berarti dia di jamin masuk surga dong. Yang lebih hebat dia jadi gubenur Damaskus lo, kak. Bilal item tapi tak pernah nangis dengan keitemannya. Dia berusaha untuk menjadi lebih baik. Nabi menyayanginya,para sahabat mencintainya dan Allah menjamin Surga untuknya.

Kakak, dalam hidup,  kita nggak selalu harus mendengar apa yang dikatakan orang lain. Dan teman- teman kakak itu tidak selamanya bisa bersikap baik. Mungkin hari ini baik dan besok kurang baik. Tapi itulah manusia kak,tidak ada yang sempurna. Dan kakak bilang dengan baik sama teman-teman kakak, bahwa di mata Allah yang lebih baik adalah yang bertakwa. Bukan pinter, bodoh, cantik atau jelek. Kakak juga bilang kalau menghina fisik itu berarti menghina ciptaan Allah.
Kakak ngomong baik-baik sama temannya, kalau bisa minta bantuan bu guru juga boleh."

Dijamin si kakak akan adem hatinya jika dibesarkan seperti itu. Dia akan memiliki cara pandang yang terbuka juga akan menghargai teman-temannya.

Atau suatu hari si krucil merengek minta di belikan sepatu roda atau mobil tamia karena semua anak tetangga sudah punya. Sebagai orang tua pasti nggak tega, sedih rasanya liat si krucil memandangi teman-teman  krucil  pada ceria dengan mainannya di gang. Dan kita lagi banyak sekali kebutuhan. Harus bayar sekolah abangnya yang masuk SMP, orang tua sakit atau apalah. Sebenarnya anak itu akan sangat mengerti jika orang tua memberi tau dengan baik. Dan disini ada hal yang bisa kita ajarkan ke anak. Edukasi dengan bahasa cinta. Namun terkadang kitalah sebagai orang tua yang nggak sabar mendengar tangisan. Dan nggak tega, lalu membandingkan kehidupan kiata yang dulu sangat sulit kalau bisa anak jangan merasakan. Dan inilah yang menghantarkan anak pada sikap konsumtif. Kemauannya harus dituruti yang akhirnya sikap menyebalkan itu terbawa sampai dewasa.

Ajak anak bicara dari hati ke hati bukan emosi atau menghakimi. Apalagi ibu itu biasanya memiliki sifat kurang baik, terutama saat menghadapi lelah atau ada masalah yaitu ngomel mulu bikin anak stres.

"Dek, adek pingin banget ya, punya sepatu roda? "Tanya si adek dengan sayang. Usap lembut kepalanya bikin dia nyaman. Jangan ajak bicara saat kesal dan emosi.
"Iya bu, masa adek doang yang belum punya." curhatnya.
"Emang adek malu kalau belum punya sepatu roda?"
"Iya,adek jadi nggak diajak main."
"Tapi ibu belum punya uang nak, sepatu roda kan mahal bla…bla…
Sepatu roda juga paling di pakenya bentar entar kalau udah musim layangan itu sepatu roda pasti mangkrak di gudang. Lagiannya ya nak, sesuatu yang orang lain miliki tak selamanya harus kita miliki juga. Rasul itu senang sama umatnya yang membeli sesuatu itu ada mamfaatnya. Sepatu roda itu kurang penting lho nak, Ibu lebih suka adek beli buku. Adek tau kan, Allah pertama kali nurunin wahyu sama nabi Muhamad itu surat Al- Alaq ,itu perintahnya untuk membaca. Membaca itu bikin adek luas wawasan. Itu Imam Syafi'i dua belas tahun sudah jadi guru. Pada suatu hari bla…bla… "mengalirlah cerita dari ayah atau ibu tentang Imam Syafi'i. Atau masukkan cerita para sahabat didalamnya, masukan nilai-nilai keislaman dan pengenalan terhadap Allah untuk senantiasa bersukur.
"Eh adek ibu juga punya gambar,  lihat di hape ibu, ini ada anak-anak di Palestina." Ibu dengan semangat memperlihatkan gambar.
"Kok mereka pada berdarah,bu?"
"Anak-anak ini mereka lahir dalam kondisi perang setiap hari mereka diperangi. Ayah-ibunya meninggal."
"Perang itu apa sih bu?"
" Perang itu, adek tau pesawatkan, nah saat perawat itu sedang terbang di udara,tapi tiba-tiba BUUM…ada api juga yang keluar dan rumah-rumah pada rusak dan orang pada berlarian, sebagiannya meninggal. Ada juga mereka yang saling tembak-menembak kayak Adek lagi main sama ayah terus adek nembak ayah DORR…terus ayah mati"
"Oh gitu, kasihan mereka ya,bu?"

"Iya nak, mereka banyak yang nggak punya orang tua. Jangankan beli sepatu roda mau jajan aja susah. Dan adek harus bersukur masih punya ayah, ibu, abang juga teteh yang sayang banget sama adek. Gimana kalau beli sepatu rodanya nggak jadi aja, dan bulan depan kita borong buku aja di IBF biar perpustakaan dirumah adek makin banyak. Ntar adek ajak main teman-temannya. Nanti kita bikin kegiatan bercerita dan menggambar atau nonton film bareng, mau kan?"

Si adek pun mikir. Intinya anak itu harus di ajak cerita yang bermanfaat. Karena anak kita itu sebenarnya cerdas luar biasa namun terkadang orang tua yang mematahkan kreatifitasnya. Mengubur keingintahuannya hingga kecerdasannya terkubur. Karena apa? Orang tua malas meng Up-Grade pengetahuaan atau wawasan. Padahal kesempatan orangtua masa kini untuk hebat itu sangat besar. Ada google, ada youtube dan buku. Tapi penyakit malasnya lebih besar. Penyakit kikir untuk anak berkembang dan maju juga banyak. Membeli sesuatu tanpa unsur mamfaat dan ada nilai edukasi. Masalahnya karena hidup, fokus pada omongan orang. Ya beginilah, ya begitulah. Padahal rusaknya anak, tetangga emang mau nanggung? Merekamah bisanya cuma nyinyir dan pamer doang. So, biarkan apa kata mereka. Yang terpenting anak-anak menjadi ladang pahala dan investasi terbaik untuk dunia dan akherat kita.
Anak-anak yang lebih banyak diajak ngobrol hal yang yang baik dia akan bersikap positif dan menghargai orang lain. Apalagi jika obrolannya banyak menanamkan nilai-nilai tauhid. []

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini