Subscribe Us

GENERASI EMAS AKAN TERCAPAI KETIKA KURIKULUM BERLANDASKAN Al-QUR'AN

Indonesia adalah negara yang sangat hobi dengan perubahan kurikulum. KTSP belum sempurna sudah diganti lagi dengan kurikulum tiga belas. Hasilnya bukan berubah menjadi lebih baik, tapi makin amburadul.
Kurikulum yang sangat jauh dari islam ini, membuat generasi yang dihasilkan kehilangan arah. Sekolah  sulit sekali menghasilkan generasi expert, akibat terlalu banyaknya pelajaran yang dibebankan pada siswa. Dan mereka juga tidak paham akan menjadi apa cita-citanya nanti. Mengalir seperti air, itu adalah motto mereka.

Sekolah hari ini, kebanyakan tak jelas visi-misinya. Sekolah hanya tempat singah sementara sebagai sarana transfer ilmu saja, bukan sebagai tempat pembinaan akidah dan tauhid. Peran guru untuk menjadi role modle bagi siswanya juga sangat kurang, sehingga siswa mengalami krisis karakter. Maka tak heran banyak siswa tingkah lakunya sangat jauh dari ciri orang berpendidikan yang menjunjung tinggi adab sopan santun.
Wajah dunia pendidikan hari ini semakin suram. Perubahan kurikulum tanpa dikuti pembangunan manusia jelas tidak akan berhasil. Semua berawal dari adopsi pendidikan sekuler yang berasal dari barat bukan menghasilkan generasi yang luhur, tapi yang  bebas dan hedonis. Liberalisasi dunia pendidikan juga semakin mengkotak-kotakan kualitas individu. Yang kaya unggul secara akademik, tapi berbanding terbalik dengan rakyat biasa untuk butuh setara itu tak mudah, jika tidak didukung sarana dan prasana yang memadai.
Sekolah jadi market bisnis, itu sangat menyedihkan. Sekolah swasta berlomba menjual Visi-Misinya yang super keren. Tapi, apakah itu semua hasilnya akan sesuai dengan yang ditawarkan secara jor-joran sesuai iklan pendidikan mereka. Sama sekali tidak menjamin.
Potrem buram dunia pendidikan kita, menjadi perbincangan yang menarik bagi publik. Sebenarnya perubahan apa yang diinginkan bangsa ini? Jika mengejar ketertinggalan agar bisa tercapai dengan sisi akademik saja, itu sebuah kesalahan. Dan pemerintah tidak paham akan ribetnya orang yang terjun dilapangan, sedangkan mukafa'ah untuk guru rendah dari negara.
Menurut pengamat pendidikan Prof. Arif Rahman yang dialami oleh sistem pendidikan nasional di Indonesia terletak pada pola implementasinya yang lebih menekankan pada pengajaran, bukan pada pendidikan.
Menurutnya, mengajar dan mendidik memiliki definisi yang berbeda, mengajar adalah proses mentranfer ilmu pengetahuan, sedangkan mendidik adalah membentuk watak, sikap, moral, dan pola pikir. Dengan demikian, mengajar belum tentu mendidik.
Dan hal inilah yang membuat pendidikan kita sulit mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Fungsi guru hanya ditekankan pada pengajaran yang hanya sebatas transfer ilmu. Tapi esensi mendidik seorang guru kerap terabaikan. Padahal mendidik itu sama artinya dengan membangun manusia. Tapi lagi-lagi target kurikulum yang padat, membuat waktu untuk mendidik  yaitu membentuk watak, sikap dan moral tak menjadi tujuan. Akhirnya pendidikan kita, tak lebih menghasilkan manusia robot. Manusia kaku yang dituntut untuk mengejar nilai semata.
Maka tidaklah heran jika banyaknya anak remaja yang terjebak pergaulan bebas, narkoba, hamil diluar nikah, tawuran, aborsi. Dan hampir kebanyakan, itu dilakukan oleh usia remaja yang mengenyam bangku pendidikan.
Hampir setiap hari kita disuguhkan dengan tayangan-tayangan prilaku remaja yang menyimpang. Bahkan sudah berujung pada penghilangan nyawa seseorang.
Apa penyebab ini semua? Hal pertama adalah pendidikan dari keluarga yang kurang dalam pendidikan adab, pola asuh yang salah. Dan dalam wadah yang bernama keluarga, bisa jadi ada kerusakan didalamnya. Dimana hubungan antara ayah dan ibu tidak harmonis. Sehingga rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman buat anak tumbuh, tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Seperti dalam neraka, yang membuat anak lebih betah berada diluar rumah.
Kedua pendidikan disekolah hanya sebatas transfer ilmu membuat siswa kering secara ruhiyah. Hubungan guru dan murid yang kaku.
Film-film yang tidak mendidik terus ditayangkan secara masif, meracuni pemikiran remaja secara perlahan. Ditambah perilaku publik figure yang harusnya mampu memberi contoh yang baik, malah mempertontonkan gaya hidup hedonisnya yang menggiurkan.
Tujuan pendidikan dalam islam adalah terciptanya perubahan kearah yang lebih baik. Menjadi individu yang bertakwa dan terciptanya generasi yang mustanir hingga menghasilkan generasi yang memiliki kontribusi luar biasa untuk  kemaslahatan umat.
Dalam surat at Taubah ayat 122 Allah ta’ala menyampaikan sebuah arti penting kedudukan pendidikan bagi manusia,
وما كان المؤمنون لينفروا كآفة فلولا نفر من كل فرقة منهم طآئفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak sepatutnya orang mukmin semuanya pergi kemedan jihad,namun harus ada sebagian  yang tetap tinggal dan mengajarkan ilmu pada orang-orang yang tidak ikut berperang.
Untuk mendapatkan perubahan secara komprehensif maka sudah seharusnya kurikulum yang diadopsi dari barat dicampakan dan beralih ke kurikulum islam yang berstandar pada Al-Qur'an dan Hadist.
Imam Malik pernah berkata:
"Generasi ini akan baik, jika generasi ini diperbaiki sebagaimana generasi awal diperbaiki."
Generasi awal yang dimaksud oleh Imam Malik pastinya adalah generasi yang berada dalam tarbiyah Rasul, yang kelak mereka menjadi orang hebat dan mampu mengubah peradaban Romawi - Persia menjadi peradaban islam yang cemerlang. []

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini