dilansir dari fk.ugm.ac.id menunjukan bahwa kekerasan yang terjadi di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen.
Kekerasan yang dilakukan oleh remaja saat ini benar-benar berada diposisi yang sangat menyedihkan. Mayoritas kekerasan dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, lingkungan sosial, spiritual maupun psikososial.
Kekerasan yang dilakukan oleh remaja saat ini benar-benar berada diposisi yang sangat menyedihkan. Mayoritas kekerasan dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, lingkungan sosial, spiritual maupun psikososial.
Dimulai
dari kekerasan yang dilakukan oleh gank motor, menyebabkan banyak korban yang
melayang. Ritual ospek yang dilakukan para senior pada calon anggota baru dengan memukuli calon
anggota, setelah itu menyuruh calon anggotanya
melukai orang lain agar dia bisa diterima di komunitas genk motornya. Pelaku
melakukan semua ini hanya demi popularitas dan bisa diakui dikomunitasnya
sebagai bentuk dari eksistansi diri.
Kekerasan
yang dilakukan dilingkup pendidikanpun banyak terjadi dilakukan oleh remaja
negri ini, yang dimulai dari kisah asmara bisa berujung pada penghilangan nyawa
seseorang, atau bermula dari saling ledek, saling bully akhirnya berujung baku
hantam. Jika kasusnya belum selesai, dan menimbun dendam, bisa berujung pada
pembunuhan terencana. Dan ini dilakukan oleh anak-anak usia SMP atau SMU.
Remaja yang harusnya fokus menimba ilmu, malah terwarnai oleh hal-hal tercela.
Semua bisa berawal dari tontonan yang tidak mendidik yang mengandung unsur
kekerasan. Main game yang ada unsur kekerasannya, peran keluarga yang lemah
dalam menanamkan nilai-nilai agama, juga peran pendidikan yang hanya sebatas
transformasi ilmu, membuat remaja labil ini semakin kehilangan arah disaat
emosi memuncak, juga apatisnya lingkungan masyarakat.
Data
UNICEF tahun 2018, melaporkan bahwa separuh remaja di dunia mengalami kekerasan
teman sebaya di sekolah. Sebanyak 150 juta pelajar yang berusia 13- 15 tahun
adalah korban teman sebaya. Sebuah laporan yang dikeluarkan Dana
Anak PBB ( UNICEF ).
Menurut
Henrietta Fore, Direktur pelaksana UNICEF mengatakan “Bahwa setiap hari, siswa
menghadapi berbagai bahaya, termasuk perkelahian, tekananuntuk bergabung dengan
gerombolan, baik secara pribadi maupun online, disiplin kekerasan, pelecehan
seksual, dan kekerasan bersenjata. Dalam jangka pendek ini akan mempengaruhi
pembelajaran mereka, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan depresi,
kecemasan dan bunuh diri. Kekerasan adalah pelajaran yang tak terlupakan yang
tidak perlu dipelajari anak-anak, “tuturnya.
memasuki fase pencarian jati diri membuat
para remaja semakin tidak mengenal pertimbangan
dalam melakukan suatu hal, hingga akhirnya melakukan tindakan yang
agresif yang di prakarsai oleh emosi sesaat. Apabila hal ini tidak dikendalikan
dengan baik, maka efeknya akan buruk, baik bagi remaja tersebut atau bagi orang
lain.
Kekerasan remaja ini jika tidak diperhatikan
dengan serius akan sangat berbahaya bagi
keberlangsungan generasi bangsa di masa depan. Harus dicegah sebelum terlambat.
Hal yang memiliki peran penting adalah peran keluarga. Keharmonisan dalam
keluarga sangat penting untuk mencegah hal-hal seperti ini. Jika ayah dan ibu
memiliki kedekatan emosi pada anak secara dini, dan menanamkan hal-hal kebaikan
terutama yang berkaitan dengan pendidikan agama yang memadai, anak pastinya
tidak akan terjerumus pada tindakan tercela, yaitu bersikap sadis, brutal,
berkata yang tidak sopan yang akan memicu emosi orang lain, perundungan, berakhir
dengan penghilangan nyawa korban. Semua bisa dicegah dari ketahanan keluarga yang
menjadi kunci utama anak-anak tidak bermasalah dan pengontrolan yang ketat akan
tingkah laku anak. Jika anak mulai melenceng, keluarga akan segera turun tangan
mencari tau di mana sumber keburukan tingkah laku anak itu berawal.
Peran Negara juga sangat penting dalam
masalah kekerasan yang berlaku dikalangan remaja ini. Karena Negara memiliki kontrol
yang kuat dalam menangani kasus seperti ini. Mencegah lebih baik, supaya kasus
ini tidak semakin luas terjadi dikalangan remaja yang akan memakan banyak korban.
Negara harus hadir membina para remaja yang bermasalah, bukan hanya sebatas
diberikan hukuman saja, namun tidak memberikan efek jera. Dan Negara
memfasilitasi para remaja kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan hoby dan
passion mereka, sehingga mereka memiliki banyak kesibukan positif, dan kegiatan
positif tersebut tentunya akan memberikan pada hidupnya dikemudian hari. Sangat
diharapkan mereka akan menjadi remaja yang visioner. [X]
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini