Subscribe Us

REMAJA SADIS DAN BENGIS SALAH SIAPA?

Benarkah bahwa sebagian  remaja saat ini, sadis dan bengis? Contohnya adalah  kasus Audrey yang menjadi trending topic di media saat ini, membuat publik bereaksi. Kita pasti bertanya, kok bisa anak remaja sesadis itu? Menyiksa anak SMP hanya karena masalah asmara, yang berawal karena pelaku tidak terima dengan komentar korban di Facebooknya. Di sini Audrey bukan sebagai perebut, dia hanya saudara sepupu dari cowok yang pernah jadi pacar pelaku.  Mungkin pelaku merasa tersinggung dengan komentar korban hingga melakukan penganiayaan super sadis seperti itu. 

dilansir dari fk.ugm.ac.id menunjukan bahwa kekerasan yang terjadi di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen.

Kekerasan yang dilakukan oleh remaja saat ini benar-benar berada diposisi yang sangat menyedihkan. Mayoritas kekerasan dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, lingkungan sosial, spiritual maupun psikososial.

Dimulai dari kekerasan yang dilakukan oleh gank motor, menyebabkan banyak korban yang melayang. Ritual ospek yang dilakukan para senior  pada calon anggota baru dengan memukuli calon anggota, setelah itu menyuruh  calon anggotanya melukai orang lain agar dia bisa diterima di komunitas genk motornya. Pelaku melakukan semua ini hanya demi popularitas dan bisa diakui dikomunitasnya sebagai bentuk dari eksistansi diri.

Kekerasan yang dilakukan dilingkup pendidikanpun banyak terjadi dilakukan oleh remaja negri ini, yang dimulai dari kisah asmara bisa berujung pada penghilangan nyawa seseorang, atau bermula dari saling ledek, saling bully akhirnya berujung baku hantam. Jika kasusnya belum selesai, dan menimbun dendam, bisa berujung pada pembunuhan terencana. Dan ini dilakukan oleh anak-anak usia SMP atau SMU. Remaja yang harusnya fokus menimba ilmu, malah terwarnai oleh hal-hal tercela. Semua bisa berawal dari tontonan yang tidak mendidik yang mengandung unsur kekerasan. Main game yang ada unsur kekerasannya, peran keluarga yang lemah dalam menanamkan nilai-nilai agama, juga peran pendidikan yang hanya sebatas transformasi ilmu, membuat remaja labil ini semakin kehilangan arah disaat emosi memuncak, juga apatisnya lingkungan masyarakat.

Data UNICEF tahun 2018, melaporkan bahwa separuh remaja di dunia mengalami kekerasan teman sebaya di sekolah. Sebanyak 150 juta pelajar yang berusia 13- 15 tahun adalah korban teman sebaya. Sebuah laporan yang dikeluarkan  Dana  Anak PBB ( UNICEF ).

Menurut Henrietta Fore, Direktur pelaksana UNICEF mengatakan “Bahwa setiap hari, siswa menghadapi berbagai bahaya, termasuk perkelahian, tekananuntuk bergabung dengan gerombolan, baik secara pribadi maupun online, disiplin kekerasan, pelecehan seksual, dan kekerasan bersenjata. Dalam jangka pendek ini akan mempengaruhi pembelajaran mereka, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan depresi, kecemasan dan bunuh diri. Kekerasan adalah pelajaran yang tak terlupakan yang tidak perlu dipelajari anak-anak, “tuturnya.

memasuki fase pencarian jati diri membuat para remaja semakin tidak mengenal pertimbangan  dalam melakukan suatu hal, hingga akhirnya melakukan tindakan yang agresif yang di prakarsai oleh emosi sesaat. Apabila hal ini tidak dikendalikan dengan baik, maka efeknya akan buruk, baik bagi remaja tersebut atau bagi orang lain.

Kekerasan remaja ini jika tidak diperhatikan dengan serius akan  sangat berbahaya bagi keberlangsungan generasi bangsa di masa depan. Harus dicegah sebelum terlambat. Hal yang memiliki peran penting adalah peran keluarga. Keharmonisan dalam keluarga sangat penting untuk mencegah hal-hal seperti ini. Jika ayah dan ibu memiliki kedekatan emosi pada anak secara dini, dan menanamkan hal-hal kebaikan terutama yang berkaitan dengan pendidikan agama yang memadai, anak pastinya tidak akan terjerumus pada tindakan tercela, yaitu bersikap sadis, brutal, berkata yang tidak sopan yang akan memicu emosi orang lain, perundungan, berakhir dengan penghilangan nyawa korban. Semua bisa dicegah dari ketahanan keluarga yang menjadi kunci utama anak-anak tidak bermasalah dan pengontrolan yang ketat akan tingkah laku anak. Jika anak mulai melenceng, keluarga akan segera turun tangan mencari tau di mana sumber keburukan tingkah laku anak itu berawal.

Peran Negara juga sangat penting dalam masalah kekerasan yang berlaku dikalangan remaja ini. Karena Negara memiliki kontrol yang kuat dalam menangani kasus seperti ini. Mencegah lebih baik, supaya kasus ini tidak semakin luas terjadi dikalangan remaja yang akan memakan banyak korban. Negara harus hadir membina para remaja yang bermasalah, bukan hanya sebatas diberikan hukuman saja, namun tidak memberikan efek jera. Dan Negara memfasilitasi para remaja kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan hoby dan passion mereka, sehingga mereka memiliki banyak kesibukan positif, dan kegiatan positif tersebut tentunya akan memberikan pada hidupnya dikemudian hari. Sangat diharapkan mereka akan menjadi remaja yang visioner. [X]

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini