Memiliki anak yang tidak pernah meninggalkan salat tentu menjadi impian setiap keluarga muslim. Dan salat adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Salat juga bagian dari tiang agama. Jika tiangnya keropos seperti dimakan rayap, maka keropos juga jiwanya.
Kita terkadang menginginkan anak segera menunaikan salat, tapi kita sendiri tidak pernah memberikan contoh yang baik. Bahkan untuk pendidikan paling dasar yaitu mengajarkan tata cara solat dan membaca Al-Qur'an yang benar, harus orang lain yang mengajarkannya. Kemana saja ayah dan bunda selama ini? Apakah sudah setua itu masih awam dalam persoalan agama? Tidak pernahkah meluangkan waktu untuk belajar agama, agar bisa jadi orang tua yang bisa mengajarkan anak-anak sendiri masalah agama. Jika Bunda adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya sedangkan ayah adalah pemimpin. Maka rumah diibaratkan sebuah sekolah, dan ayah memegang peran sebagai kepala sekolah. Sudah seharusnya anak-anak bisa mengaji dan membaca Al-Qur'an menjadi tugas kedua orang tuanya. Karena itu pendidikan yang paling dasar.
Ayah, Bunda, anak-anak adalah cerminan diri kita. Jika anak-anak susah di suruh untuk salat, bisa jadi kita sendiri sering melalaikannya. Kita hanya bisa main perintah saja. Dalam bahasa Al-Qur'an disebut Kaburra maqtan. Kenapa tidak kita terlebih dahulu yang memberi contoh, sebelum memberi perintah pada anak. Misalkan untuk melaksanakan salat subuh , bangunkan anak laki-laki kita lalu ajak bareng pergi ke mesjid. Kalau perlu gendong anaknya. Demi menanamkan anak untuk terbiasa melaksanakan salat tepat waktu. Untuk anak perempuan bisa berjamaah bersama bundanya dirumah. Kita tidak usah membiasakan hal-hal lain dulu pada anak, namun biasakan dahulu anak patuh pada aturan agamanya. Bukankah hal itu yang para nabi contohkan? Dan merekalah yang patut dijadikan patokan dalam halal keteladanan.
Usia berapa anak diperintahkan salat?
Menurut Rasulullah dalam hadistnya:
”Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukullah dia apabila meninggalkannya.” (Riwayat Abu Dawud).
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, ”Ajarkanlah anakmu tata cara shalat ketika telah berusia tujuh tahun. Dan pukullah dia pada saat berusia sepuluh tahun (apabila meninggalkannya).” (Riwayat Tirmid)
Jadi mengajarkan dan memerintahkan anak salat bukan pada usia sebelumnya, tapi usia tujuh tahun adalah usia yang sangat pas untuk mendidik, mengajarkan dan membiasakan anak salat. Dan kenalkan tentang rukshoh atau keringanan jika anak sakit hingga tidak mampu melaksanakan salat dengan berdiri. Ayah, Bunda, bisa mengajarkan salat dengan cara duduk atau berbaring. Itu semata-mata agar anak dimasa dewasa tidak menyepelekan salat. Karena salat adalah suatu hal yang wajib tidak boleh dilalaikan atau ditinggalkan.
Ketika anak sudah memasuki usia 10 tahun, tapi masih males-malesan salat maka pukulah dia sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah dalam hadist. Disini ketegasan orang tua sangat penting. Jangan pernah merasa nggak tega jika sudah menyangkut urusan agama. Jika hari ini ayah dan bunda masih memiliki anak sudah memasuki usia dewasa, tapi masih sering melalaikan salat atau sering meninggalkannya. Maka perlu dipertanyakan pendidikan agamanya dari awal. Bisa jadi cenderung mengabaikan masalah solat karena ayah dan bunda sendiri termasuk orang yang masih bolong-bolong salatnya atau masih suka menunda-nunda. Dan bisa jadi tidak pernah ada ketegasan dalam mendidk anak soal agama. Anak tidak akan pernah mencontoh kelakuan tetangganya. Tapi orang tualah yang selalu dijadikan contoh dan panutan anak-anaknya.
Jangan dulu menekankan anak untuk pintar matematika atau bahasa inggris, karena ini tidak menjamin masuk surga ayah, bunda. Belajar agama adalah Fardu a'in itu wajib dan tidak boleh ditinggalkan bagi setiap muslim. Sedangkan belajar ilmu umum itu fardhu kifayah dan tidak menjadi dosa bila anak kita tidak mampu meguasai matematika karena masih ada orang lain yang mampu menguasainya. Kecerdasan setiap anak itu berbeda. Bisa jadi anak kita yang susah memahami ilmu matematika dimasa dewasa dia jadi orang yang sukses dengan hobi dan keahliannya.
Islam pernah melahirkan para ilmuwan hebat dimasanya, bukan semata-mata mereka digembleng untuk menguasai ilmu umum terlebih dahulu. Tapi ilmu agamalah yang mereka lebih dahulu kuasai. Ketika akidah, tauhid sudah mantap dan berlanjut pada penguasaan ilmu agama, maka ilmu umum akan sangat mudah dipelajari. Bukankah para ilmuwan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusdi, Alkawarizmi, Al-Jaziri, Ibnu kholdun mereka adalah ilmuwan besar yang hafal Al-Qur'an diusia yang masih teramat muda. Dan diusia belasan tahun sudah memiliki karya yang hebat. Karena mereka menjadikan agama sebagai poros utama dalam hidup. Dan kesuksesan mereka karena dididik dengan kurikulum Al-Qur'an.
Sebagai orang tua kita pasti menginginkan anak kita nanti adalah anak yang taat pada aturan Allah. Karena anak-anak adalah investasi akhirat kita. Yang jika dididik dengan baik mereka akan meringankan hisab kita di padang mahsar. Dan boleh jadi anak-anak kita yang memasukan kedua orang tuanya ke Surga atau mendorong kedua orang tuanya menuju jurang Neraka. Itu semua tergantung kita mendidiknya.
Agar anak kita tidak pernah meninggalkan salat, maka berdoalah minta pada Allah agar anak-anak dan cucu kita nanti menjadi orang yang mampu menjaga salatnya seperti halnya yang dilakukan nabi Ibrahim dalam doanya, yang tercantum dalam surat Ibrahim ayat 40 yaitu :
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Dan ayah, bunda perhatikan juga dalam pencarian nafkah kalian jangan sampai rezeki yang haram masuk kedalam tubuh keluarga kita, karena rejeki yang haram menjadi penyebab anak-anak kita susah taat pada aturan Allah. Senantiasa perhatikan kehalalan dari apa yang akan kita makan. Berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Semoga dari generasi yang kita lahirkan nanti akan melahirkan para pemimpin, ilmuwan atau ulama-ulama yang taat pada aturan Allah. Hingga mampu menerapkan hukum Allah dalam bingkai kehidupan. Karena kunci kerusakan umat, karena jauhnya umat dari agama-Nya dan cintanya pada dunia yang melewati batas sehingga bebal dari nasehat kebaikan. Cukuplah rantai kerusakan itu diorang tua kita atau kita sendiri. Namun jangan sampai anak-anak kita bodoh seperti kita terutama menyangkut persoalan agama.
Kebodohan dalam agama ibarat berjalan di gelap gulitanya malam. Tersaruk dalam kebimbangan. Tak tau kemana arah tujuan. Dunia itu fana dan akhirat adalah kehidupan abadi kita. Maka sebelum dunia berada dititik akhir, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki kebodohan atau keawaman kita. Yuk…kita bersemsngat jadi orang tua pembelajar!
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini