Subscribe Us

Cinta Di Atas Bara # 3

BAGIAN TIGA

Ustadzah Aisyah begitu terpukul dengan kepergian putranya ke Amerika untuk menikah dengan gadis yahudi itu. Dia sudah melakukan segala cara untuk mengembalikan anaknya menuju fitrah muslimnya.

“Kamu ini seorang muslim nak, yang Umi besarkan dengan susah payah. Umi didik dengan pemahaman islam yang memadai. Sampai kapanpun umi nggak akan rela dunia akhirat jika kau harus menikah dengan gadis Yahudi itu. Ingat nak,  mereka sudah membunuh jutaan umat muslim. Apakah kau sekarang akan berbalik juga menjadi musuh Allah dan Rasulnya? Beserta Umi, Ayah, kakek-buyutmu beserta jutaan umat muslim lainnya.” Jelas Ustadzah Aisyah dengan mata berkaca-kaca.

“Maafkan aku Umi, aku sudah tidak bisa menerima lagi apa yang Umi katakan untuk saat ini. Karena aku sangat mencintai Aleya, Umi. Aku berkata pada Umi bukan untuk meminta izin karena jelas umi tidak akan mengijinkan. Tapi, aku datang kesini hanya untuk memberi tahu supaya kalian disini tidak lagi berharap tentang sebuah perjuangan yang indah di mata kalian karena aku sudah tidak bisa lagi menjadi anak harapan kalian. Aku sudah terlalu dewasa untuk bisa menentukan jalan hidupku tentang jalan mana yang akan aku tempuh. ”

Ustadzah Aisyah terisak dalam diam. ‘Allah, terbuat dari apakah kalbu anaku ini? Apakah aku telah salah mendidiknya, mengapa anaku memiliki hati sekeras batu hingga dia berani memusuhi Engkau  dan Rasul ku, ya Allah… Ujian kah ini untuku, sakit teramat sakit jika ujian ini harus aku terima ya Allah…

“Coba berfikirlah dengan hati yang jernih anaku, tentang segala konskwensimu menikahi gadis Yahudi itu. Kau jangan berpikir dengan nafsumu, tapi pikirkan dengan hati yang jernih juga ketenangan berpikirmu. “

“Maafkan aku Umi, aku sudah tidak bisa berfikir seperti yang umi sarankan. Dalam pandanganku cuma ada Aleya dan masa depan terindahku adalah hidup dengan Aleya. Jika kalian disini berusaha menahan langkahku, maka akupun tak segan untuk menghancurkan pesantren yang sudah kalian bangun dengan susah payah, bahkan aku tak segan untuk menghancurkan kalian. Aku sudah tidak peduli lagi jika kalian menganggapku sebagai jelmaan iblis.” Terang Sayid penuh bara, tidak dipedulikan lagi jika kata-katanya akan merobek-robek hati wanita yang sudah melahirkannya.

Mata Ustadazah Aisyah semakin berderai. Dia merasa sakit yang luar biasa. Anak yang dulu sangat membanggakan dan bisa di harapkan untuk meneruskan langkah perjuangannya kini berbalik memusuhinya.

“Pergilah jika memang kau sudah menjadi jelmaan Iblis, dan jangan pernah kau menginjakan kaki lagi disini…” suara Ustadzah Aisyah tegas namun terdengar bergetar.

Sayidpun pergi dengan penuh kemenangan. Dia sudah tidak mau lagi mendengar kata-kata orang yang sangat di cintainya. Keputusan yang suatu saat mungkin akan sangat di sesalinya dengan deraiaan air mata. *** to-be continued

Cinta terkadang mengalahkan akal sehat. Bahkan agama bisa tergadaikan. Pendidikan adalah salah satu brain wash terdasyat yang menghancurkan generasi muslim. Jangan pernah heran jika seorang anak manusia mendapatkan pendidikan islam terbaik bisa menggadaikan akidahnya demi harta,kekuasaan atau wanita. Karena seorang Bal'am Ibn Maura do'anya yang menembus langit, didengar Allah diwaktu sempit. Dia meninggal dalam keadaan kafir. Ya muqholibal qulub tsabit qolbi alla dinnika...itu adalah yang harus senantiasa kita ucap setiap perjumpaan dengan sang pemilik semesta. []

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini