BERSILAT LIDAH
Demi kepentingan dunia yang murah
lihatlah di sekitar kita betapa bersilat lidah sudah menjadi hal yang biasa. Hari
ini mereka menjelekan lawan politiknya, esok lusa sudah bergandengan tangan,
dan semua itu bisa di nilai karena memang ada kepentingan tertentu bukan karena sebuah ketulusan, mereka sedang
mempraktikan politik-politiknya yang kotor.
Dan lebih memprihatinkannya ketika hal bersilat
lidah ini di praktikan secara sempurna oleh para tokoh-tokoh dan parpol islam
dengan menghalalkan segala cara tanpa merasa malu atau takut akan dosa.
Demikian kalau jiwa-jiwa yang
sudah di perbudak nafsunya. Harta,kekuasaan adalah yang menjadi tujuan padahal
harga sebuah dunia itu tak ada nilainya dihadapan Allah sebagaimana sabda
Rasulullah Saw: “Dunia ini terkutuk dan terkutuk pula orang yang ada di
dalamnya kecuali orang yang senantiasa mengingat Allah SWT. (Hr. Ibnu Majah dan
ad- Darimi)
Para tokoh Islam yang khususnya
berkecimpung di dunia politik tidak mampu meneledani generasi para salafus-
saleh dimana mereka tidak silau oleh fatamorgana dunia bahkan ditawari
jabatanpun mereka enggan mengembannya bukan karena mereka tidak mampu tapi mereka takut tidak bisa
mempertanggung jawabkan kekuasaannya di akhirat kelak. Berbeda dengan zaman
sekarang tidak ada yang menawaripun mereka malah memaksakan diri untuk
mencalonkan diri untuk menjadi penguasa.
Kita bisa belajar pada para Imam
besar islam seperti Imam Syafii, ketika ditawari jabatan dia menolaknya
begitupun dengan imam Ahmad saat di
tawari jabatan di zaman Bani Umayah dia tidak mau menerimanya, mereka adalah
generasi-generasi yang istiqomah tidak haus akan kekuasaan dan mereka tetap
idealis berada di jalan dakwahnya.
Kondisi saat ini khususnya para
pengemban dakwahpun banyak yang terjangkiti virus wahn,berlomba mengejar
kekuasaan, pandai bersilat lidah dengan menjual Ayat-ayat Tuhan dengan murah
untuk ditukar dengan harga dunia yang murah dan hina. Dan kita bisa melihat
kondisi para tokoh islam yang pandai bersilat lidah dengan membandingkannya dengan kisah Nasrudin Hoja.
‘Suatu hari setelah seharian
berkeliling Nasrudin Hoja pulang kerumah dan di sambut oleh istrinya. Ketika
sampai di meja makan dia melihat ada sepotong keju di atas piring dan diapun
menyantapnya seraya berkata kepada istrinya, “Keju ini bagus untuk kesehatan
perut.” Istrinya diam tak berkomentar.
Dan keesokan harinya setelah
seharian pergi Nasrudin pulang kerumah namun di meja makan dia tidak menemukan
keju seperti hari kemarin,lalu dia bertanya kepada istrinya, “ Kok tidak ada
keju lagi?”
“Memangnya kenapa?” jawab
istrinya. “Tidak apa-apa sih,lagi pula keju tidak bagus untuk kesehatan gigi.”
“Jadi yang benar itu yang mana?
Keju itu bagus untuk kesehatan perut atau tidak bagus untuk kesehatan gigi?”
“Tergantung,” jawab Nasrudin,
“Kejunya ada atau tidak...”
Alangkah lucunya dialog di atas
yang begitu pintarnya sang Nasrudin dalam bersilat lidah mungkin tidak jauh berbeda dengan para politikus-politikus
sekarang. Semoga kita bukan bagian yang termasuk didadalamnya tapi kita bisa
menjadi bagian dari generasi para salafus- saleh yang tidak gila dalam mengejar
kekuasaan dunia. ***
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini