Subscribe Us

KETIKA MEDSOS MENJADI MESIN PENGHANCUR GENERASI

Media sosial saat ini, semakin digandrungi oleh remaja. Mereka akan di katakan gaptek dan ketinggalan zaman jika tidak menggunakannya.

Media sosial  sebenarnya bersifat netral. Bisa berdampak positif dan negative itu tergantung pada si pemakainya. Jika si penggunanya tidak paham islam, aplikasi ini menghsilkan karya-kaya alay yang kebablasan. Di gunakan untuk hal-hal yang bertentangan syariat dan tentu hal ini memberikan pengaruh lain bagi pengaksesnya. Berbeda halnya jika sipenggunanya paham islam dan tidak ada pelanggaran didalammya, tentu akan digunakan sebagai sarana untuk mengopinikan dakwah islam agar semakin tersebar luas.

Namun yang terjadi di lapangan, media sosial menjadi sarana yang sangat mengkhawatirkan bagi sebagian orang. Terutama ketika penggunanya adalah remaja yang masih labil.

Akhir-akhir ini kita di buat terkejut dengan  ditemukannya aktivitas asusila siswa SMP di group Watsapp “All Star”  serta komunitas gay di Garut yang terang-terangan menyebarkan keberadaannya melalui media sosial facebook. Dan  komunitas gay ini, angkanya sudah mencapai ribuan yang anggotanya kebanyakan masih pelajar SMP dan SMU.  Kejadian ini tentu membuat kita prihatin. Prilaku menyimpang mereka, yang oleh agama sangat di larang,ternyata jumlah mereka semakin banyak dan tersebar di berbagai kota yang ada di tanah air. Mereka semakin terang-terangan menunjukan dirinya dan meminta pengakuan.

Fenomena  kerusakan remaja  seperti yang ada di atas itu hanya sebagian kecil yang terlihat karena media memberikan ruang untu mengekpos kehidupannya, mencari jalan kebahagiaan meski melawan arus secara moral.

Sesungguhnya fenomena kerusakan remaja muslim seperti  contoh  di atas bagaikan bola salju. Semua ini karena lemahnya peran keluarga-keluarga muslim yang tak mampu membentengi anak-anak mereka dengan akidah Islam yang memadai untuk memfilter derasnya arus globasi yang meyeret mereka pada pergaulan yang salah. Sehingga akhirnya anak seusia mereka yang harusnya mendapatkan asupan nilai-nilai agama, hancur di gerus oleh media digital yang menjadi mesin perusak ahlak mereka.

Orang tua juga sangat lemah dalam memberi pengawasan dan pemahaman pada anak dalam penggunaan media sosial. Sehingga anak menjadi bablas dalam penggunaannya.
Dan orang tua saat ini, menjadi fasilitator yang membuat anak rusak. Karena sibuk, anak dituruti segala keinginannya. Termasuk menyediakan mesin digital yang ikut berperan menghancurkan mereka.

Banyak anak usia TK dan SD, mereka sudah direcoki google dan youtube. Padahal usia seperti itu belum waktunya anak bersentuhan dengan hal-hal seperti itu. Dan jikapun urgent karena ada tugas sekolah, harusnya anak di dampingi bukan di biarkan lepas menjelajah rimba maya yang bisa menyesatkan prilaku dan cara berpikir mereka.

Penyakit LGBT tentu sangat dilarang oleh agama dan menjadi penyakit yang sangat menular. Maka untuk menyelamatkan mereka perlu ada kekuatan besar yaitu peran negara untuk hadir dengan mengedukasi para orang tua, tentang betapa pentingnya ilmu parenting. Sehingga orang tua bisa membangun kedekatan dengan anak juga menghidupkan komunikasi yang hangat dengan anak.

Ulama dan guru juga ikut memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman tentang bahayanya penyakit LGBT. Karena jika terus di biarkan dan jumlah mereka bertambah besar akan mendatangkan kemurkaan Allah. Seperti halnya Kaum Nabi Luth yang Allah azab mereka dengan gempa bumi yang dahsyat di sertai angina kencang dan hujan batu yang menghancurkan  kota Sodom beserta semua penghuninya.

Dalam Al- Qur’an Surat Adh Dhariyat  Allah SWT berfirman:
Ibrahim bertanya: "Apakah urusanmu hai para utusan? Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth) ,agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah, yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". [Qs. Adh-Dhariyat ayat 31-34]

Semua hanya mampu di atasi dengan Islam. Negara adalah peran utama dalam meri’ayah umat dengan mempersiapkan sekumpulan individu dan masyrakat untuk berada dalam tetaaatan ke pada Allah. Hanya islam yang mampu menjadi semua problematika kehidupan dan menghasilkan remaja  dan para pemuda yang jadi dambaan islam.

Rasulullah dalam hadistnya bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT, benar-benar kagum terhadap pemuda yang tidak memiliki shawbah. (HR. Ahmad)
Maksud hadist di atas adalah pemuda yang tidk memperturutkan hawa nafsunya, dengan membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Masa muda yang memiliki komitmen dalam ibadah  tentu lebih sulit karena masa-masa seperti itu mereka berpotensi besar untuk di dominasi oleh syahwat sehingga Allah pun kagum terhadap pemuda yang tetap berada dalam ketaatan ke pada Nya.

Islam sangat memberi perhatian yang sangat besar ke pada remaja serta pemuda muslim. Dan senantiasa mengarahkn mereka pada  hal-hal kebaikan untuk dunianya juga akhiratnya.

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini