Ku awali semua dari perjalanan awal, jika mendapat hidayah itu tidaklah mudah. Namun mempertahankan hidayah itu lebih tidak mudah di antara derasnya kehidupan SEKULARISME yang sudah menyusup parah ke tubuh kaum muslimim. Ketika umat muslim semakin jauh dari agama NYa, yang mereka tahu agama cuma kulitnya saja. Lalu kapan ke bangkitan Islam itu akan terjadi? Jika orang-orang muslim itu sendiri tidak memahami agamanya secara benar. Ingatkah tentang kemenangan Sholehudin Al- Ayubi di perang Salib, membuat Louis IV dendam pada Islam pada tahun 1187 karena tentara Islam berhasil merebut Yerusalam. Dan mereka akan melakukan berbagai cara untuk menghancurkan umat islam. Invansi Ghawizul Fikri/ perang pemikiran adalah hal yang paling sukses menghancurkan moral-moral umat islam sampai titik terkecil yaitu benteng rumah tangga yang semakin goyah di serang liberalisasi.
Aku tahu dakwah itu tidaklah mudah, belajar dari pengalaman saudara dan teman-teman saat menegakan risalah Nya. Namun yakinlah dengan janji Allah tentang balasan bagi siapa yang menolong agama Nya. Orang-orang yang memperjuangkan agama di saat sekarang ini seperti menggenggam bara api, itulah gambaran hadist Rasul. Namun akan terasa indah jika di jalani dengan penuh ke ikhlasan. Hanya tekad yang kuatlah dalam kerasnya perjuangan ini, islam akan mampu di tegakan dalam naungan Khilafah islamiyah. Sungguh aku rindu ketika al-liwa dan ar- roya berkibar memenuhi penjuru bumi.
==============================================================================
Kupandangi diriku di cermin. Benarkah itu pantulan diriku? Lembut, anggun dan bersahaja.
Aha...seorang Arina utami si preman kampus yang gila gunung ternyata bisa juga menjadi seorang muslimah. Meski jalan yang ku jalani ini semuanya adalah keterpaksaan. Yupzs... Mas Adi kakaku paling getol ceramah tentang hakikat menutup aurat bagi perempuan, pergaulan islami, peranan perempuan dalam islam, islam kafah dan islam sebagai satu-satunya ideologi yang benar di antara ke tiga ideologi yang ada di dunia ini, Islam, sosislisme dan kapitalisme. Sampai aku hafal semua teori yang di ucapkannya.
Satu lagi aku bisa kayak gini karena dia yang paling berpengaruh agar aku segera menutup aurat hingga membelikan seperangkat pakaian islami yang berjumlah satu lusin. Mulai dari kerudung, jilbab, manset sampai kaus kaki. Di satu sisi dia memang sangat mendukung ke kaffahanku dalam berislam, tapi di sisi lain aku harus kehilangan teman-teman cowok, gunung, nongkrong di kafe dan ketawa cekakan. Sekarang harus lebih santun, bicara lembut, pandangan menunduk tiap ketemu cowok. Tersiksaaaaaaaaa...!
"Jeileee...cantiknya." puji adiku Tania dengan mulut mangap tak percaya jika hari ini aku bisa melepas pakaian ke banggaanku.
"Wkwkwk...preman kita berubah jadi putri keraton." ledek adik bungsuku Haydar.
Aku manyun. Bukannya ngasih congrulation kek, dengan menyebut Alhamdulillah.
"Stt...kalian ini, bukannya mengucap Alhamdulillah lihat Teh Arina berubah. Kamu cantik Ar, duh adiku yang saleha akhirnya berkerudung juga. Sayangnya kerudungmu mencong dik, sini Mas benerin." dengan penuh perhatian Mas Adi membantuku memakai kerudung.
"Swit...swiw...romantis amat. Kaya adegan prince ketemu princessnya." Tania tak henti meledek.
Aku melotot. Tuh anak katanya sudah jadi akhwat, tapi usilnya masih tetap kumat.
"Sudah jangan di dengerin ledekan adikmu. Kan masih ada Mas yang selalu mendukungmu. Sekarang kuliah nggak, Mas anterin ya?" Tawarnya penuh perhatian.
"Nggak usah deh Mas," tolaku.
"Kenapa ,Dek?"
"Pingin berangkat sendiri aja," jawabku simpel. Padahal jujur aku males di antar sama dia. Bisa-bisa geger seluruh isi kampus karena aku di antar oleh ikhwan super keren. Sumpah kerennya Mas gantengku ini ngalahin si Russel Crow di 'A Beautiful Mind'
"Ya sudah,hati-hati aja sampai di sana, ya? Jangan pedulikan komentar orang-orang tentang perubaha mu."
"Ciee.. Mas Adi perhatian banget sih, bikin kita-kita jadi jealous." Tania kembali meledek.
"Ah, kalian ini. Kalau Teh Arina berubah harusnya di dukung dengan senang hati, dari pada berantem melulu. Kita kan jadi mudah untuk merintis keluarga ini menjadi keluarga dakwah.
Aku mengerucutkan bibir sebal. Mas Adi jadi sok perhatian B-G-T. Tapi jujur aku merasa damai dengan kerudung dan jilbab yang kukenakan ini. Jadi lebih terjaga. Gimana reaksi teman-teman di kampus nanti ya? Ah, tak usah terlalu di pikirkan. **** bersambung
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini