Subscribe Us

LARA MENTARI # Part Enam

Pulang dari Jardin de Luxembrough Mentari langsung ke dapur bersiap-siap untuk memasak. Sudah seminggu berada di Prancis Mentari begitu kangen dengan masakan Indonesia. Dia juga sangat kangen dengan jajanan Indonesia yang ngangenin. Seperti Bakso, Mie Ayam, Somay, Cilok, Batagor, Soto, bikin terbit air liurnya. Semodern apapun negara luar, tetaplah negri sendiri paling the best. Apalagi kalau sudah ngomongin soal makanan, Indonesia tiada tandingannya.


Hari ini dia sangat ingin sekali memakan soto betawi. Untungnya bahan-bahan untuk membuat soto sudah tersedia di kulkas, karena kemarin Mentari sama kakaknya berbelanja ke super market. Setelah meracik bahan-bahan, Mentari pun mulai menyalakan kompor. Untungnya Gara dan Mas Hanif belum nyampe rumah, sehingga dia bisa tenang memasak tanpa ada yang mengganggu.

Dari sejak masih gadis Mentari sangat senang dengan dunia memasak dan membuat kue, dia orang yang paling betah berkutat di dapur. Saat sudah menikah, Erick sering memuji masakannya. Tapi ternyata selezat apapun masakannya, tidak mampu memikat hati suaminya.

Ketika masakan sudah terhidang dengan rapi di meja, Mas Hanif datang bersama Gara penuh dengan keringat. Kedua orang itu terlihat bahagia sekali.

"Kamu masak apa dek? Harum banget." tanya Mas Hanif..

Aku masak soto betawi, mas."

"Wow… ini makanan kesukaan Mas. Rasanya Mas
sudah lama nggak nyicip soto. Mas, makan sekarang ya dek, lapar banget nih." ujar Mas Hanif antusias.

"Mas, nggak mandi dulu?" tanya Mentari.

"Nanti aja, Mas sudah nggak tahan buat nyicip ini soto. Kalau di tunda nanti, ntar Mas tambah ngiler." Mas Hanif langsung mengambil piring.

Laki-laki sangat menikmati sekali soto buatan adiknya. Rasanya sangat lezat. Rasa homesicknya pada kampung halaman terbayarkan hanya dengan menikmati soto betawi.

"Sotonya lezat banget, dek. Mas nambah lagi, ya?" kata Mas Hanif yang mendadak nafsu makannya naik dua kali lipat.

Mentari tentu saja senang melihat abangnya lahap makan.

"Mas jadi betah di rumah kalau kamu sering masak gini."

"Kenapa Mas nggak cari istri saja?"

Mas Hanif terdiam cukup lama. Tidak langsung menjawab pertanyaan adiknya. Wajahnya terlihat murung.

"Karena mencari istri yang baik dan mau menerima Mas itu nggak mudah. Apalagi Mas pernah di kecewakan, jadi harus berhati-hati dalam memilih istri. Dan sekarang ada kamu dan Gara yang harus Mas perhatikan. Kalau kamu sudah bisa bangkit dan menemukan jodoh yang jauh lebih baik, Mas baru akan memikirkan diri sendiri."

Mentari merasa terenyuh dengan apa yang dikatakan kakaknya. Mas Hanif pernah terluka, sama dengan dirinya. Bedanya Mas Hanif belum terlihat pernikahan. Baru sebatas tunangan, dan wanita yang pernah jadi kekasihnya itu memutuskan memilih laki-laki lain.

"Sudahlah, kita tidak usah terjebak pada ruang yang ada di masa lalu. Toh, mereka sudah bahagia. Tinggal kita sendiri yang mesti mencari kebahagiaan kita. Tak perlu di sesali dengan apa yang sudah terjadi, tapi kita mesti bersyukur karena Allah selalu tahu apa yang terbaik buat kita."

Mentari sangat setuju dengan apa yang di katakan kakaknya. Seperti dirinya yang tak boleh menyesali apa yang sudah terjadi dengan Erick. Karena bisa jadi Allah akan memberikan pasangan hidup yang jauh lebih baik dari masa lalunya.[]

Sebenarnya lagi males nulis karena lagi fokus bikin soal Matematika buat anak-anak yang les untuk persiapan UKK, jadi nggak bisa nulis banyak-banyak.

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini