Subscribe Us

Palace of Heaven # Part 1

Ayesa terlihat bahagia sekali hari ini. Senyum di wajah manisnya terus ia perlihatkan pada teman-teman yang berpapasan dengannya. Siapa yang tidak bahagia jika impian menempuh pendidikan ke negri yang di impikannya melalui jalur beasiswa di terima. Setelah lulus dari sarjana dia berencana untuk melanjutkan masternya di YALE. Gadis itu sudah tidak sabar untuk sampai rumah dan menyampaikan berita terbaiknya pada Papa, laki-laki yang di sangat di cintainya, orang tua satu-satunya yang masih dia miliki. Setelah mama meninggalkannya tanpa jejak dari 10 tahun yang lalu.

Hari ini dia dengan sengaja menolak tawaran teman-temannya agar bisa secepatnya sampai rumah dan bisa segera menyampaikan berita bahagia ini secepatnya pada Papa. Rasanya kurang afdhol jika berita sebahagia ini di sampaikan lewat pesan elektronik. Harus di akui bagi Ayesa hanya Papa teman curhat ternyamannya di banding sama yang lain. Tidak sama Aa Hamzah atau Teh Fira kedua kakaknya.

Papa pasti bangga jika putri bungsunya bisa mewujudkan mimpi-mimpinya. Karena Ayesa bisa meraih apa yang di inginkan adalah berkat do'a dan motivasi Papa, lelaki terbaik bagi anak-anaknya.

Ayesa dengan langkah sedikit tergesa berjalan menuju tempat parkir motornya. Kebahagiaan yang membuncah membuat ia tak sabar ingin sampai di rumah. Hari ini ia berjanji akan mentraktir Papa makan di tempat yang oke sebagai bagian dari rasa syukur atas keinginannya terkabul.

Dalam jarak tempuh dua puluh menit akhirnya motor yang di kendarai Ayesha sampai di rumah. Tapi gadis itu sedikit terkejut ketika ada mobil Honda Jazz terpakir di halaman rumahnya. Siapa yang bertamu, pikirnya. Gadis itu dengan sedikit rasa penasaran berjalan menuju teras rumah dan mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum…"

"Wa'alaikum Sallam…" jawab dua orang laki-laki berbarengan. Sambil memandang kearahnya dengan pandangan yang berbeda.

"Kamu sudah datang Dek, sini duduk bareng Papa. Ini Bang Aryan, katanya ada keperluan sama adek." ujar Papa sambil menyuruh putrinya duduk di dekatnya.

Degg…! Jantung Ayesha lemas demi mendengar kata Aryan. Ada sekelumit kisah yang tidak ingin di ulang. Tapi kenapa orang ini masih juga datang.
Ayesha mengangguk, dan mematuhi perintah Papa.

"Bang Aryan ini baru pulang dari Perth dan langsung datang kemari…" ujar Papa menjeda kalimatnya sesaat menatap raut wajah putrinya yang nampak terlihat gelisah.
"Kedatangannya tidak lain ingin memiliki hubungan baik dengan keluarga kita, yaitu dengan memintamu menjadi istrinya." Lanjut Papa.

Jantung Ayesha langsung lemas mendengar lanjutan kata-kata Papa. Sudah di duga jika Bang Aryan tidak akan menyerah. Dan ini adalah permintaan yang ketiga kali. Bukan…bukan tidak mau menikah dengan laki-laki seusia abangnya. Tapi Ayesha gadis yang memiliki mimpi besar. Dan usia dia masih muda, menurutnya. Sedang Bang Aryan adalah laki-laki yang harus segera menikah, hanya karena dia menyukai Ayesha membuat Bang Aryan tidak mau menikah dengan siapapun kecuali dengan dirinya.

Saat tamat SMU, Bang Aryan pernah memintanya pada Papa bahwa dirinya berniat menikahi Ayesha, tapi waktu itu Papa menolak dengan alasan Ayesha masih terlalu muda dan Ayesha juga belum berniat untuk hidup berumah tangga. Dan yang kedua ketika Ayesha berada di semester lima, saat itu dirinya dengan halus menolak karena belum masih ingin fokus kuliah. Laki-laki itu memang tidak mengajaknya berpacaran karena dia adalah lelaki yang sangat baik agamaNya begitu kata Aa Hamzah.

Sebenarnya tidak ada yang mengecewakan dari Bang Ary ini. Dia baik, secara fisik juga cukup menarik dan sudah mapan. Masalahnya cuma ada satu, Ayesha belum ingin menikah. Dan menolak kesungguhan seorang laki-laki yang datang pada ayahnya untuk ketiga kalinya, rasanya berat. Dan Ayesha pernah membaca hadist Rasulullah :

ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ
ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian
ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

Dia juga tahu dari Aa Hamzah bagaimana perilaku Aryan selama bersahabat dengan abangnya tidak ada yang mengecewakan. Tapi menikah dengan melepaskan mimpi-mimpinya juga adalah sebuah kesalahan besar menurutnya.

"Bagaimana, Dek? Papa nggak bisa memutuskan secara sepihak untuk masalah yang menyangkut hidupmu di masa depan. Kamulah yang berhak memutuskannya."

Ayesha untuk sesaat terdiam. Sungguh ini adalah pilihan yang berat. Membuat dia merasa dilema. Dan dia menoleh ke arah Aryan yang menatapnya lekat membuat jantung Ayeha bedebar tak karuan.

"Papa, untuk masalah sepenting ini, adek belum bisa memutuskan dalam waktu yang cepat. Karena jujur adek bingung, di satu sisi adek masih punya mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Disaat menikah nanti, hal ini tentu ini tidak mudah. Menikah pasti ada hal yang harus di korbankan dan ada yang harus di prioritaskan. Dan memikul dua tanggung jawab secara bersamaan tentu tidak mudah."

Papa tersenyum sambil mengusap lembut jilbab putrinya penuh sayang.

"Papa tidak bakal menghalangi mimpi-mimpi adek, tapi tolong di pikirkan kembali niat baik Bang Aryan ini ya, sayang. Karena mencari pendampimg yang baik pun tidak mudah. Sedang Papa merasa cocok dengan karakter Bang Aryan jika jadi suamimu kelak." Ujar Papa lembut.

Ayesha semakin menenggalamkan wajahnya. Papa pun sangat ingin Bang Aryan jadi menantunya. Lalu bagaimana dengan hatinya yang masih bimbang?

"Bagaimana nak Ryan, apa masih siap menunggu keputusan Ayesha?" Tanya ayah lembut.

"Insyaallah saya siap Pah. Dan jika nanti saya menjadi suami Ayesha, saya akan menjadi suami yang selalu mendukung impiannya. Saya bukan laki-laki kolot yang akan mengekang istri di rumah. Pendidikan, karier dan aktualisasi diri, selama hal itu tidak mengesampingkan fitrahnya sebagai istri dan ummu warobatul bait maka saya tidak akan melarang." ujarnya tenang.

"Alhamdulillah Papa senang mendengar kata-katamu nak, semoga jika nanti berjodoh dengan putri Papa, engkau akan menjaga mutiara Papa dengan sebaik-baiknya."

"Amiin…" jawab Aryan. Sedang Ayesha mengamininya dalam hati setelah itu dia undur diri pamit menuju kamarnya.

Ayesha kembali memikirkan tawaran dari kampus dan Bang Aryan, sungguh ini membuatnya bingung. Keinginan menikah dalam waktu dekat belum ada sama sekali. Ayesha pikir, Bang Aryan akan mundur dengan penolakan kedunya dulu. Tapi sungguh dia bukan laki-laki yang pantang menyerah jika keinginannya belum tercapai. Dan ini membuat Ayesha takut. Takut jika dia membuang mimpinya akan seperti ini, dan takut jika menerima pernikahan akan seperti ini. Ah, kenapa hidupnya jadi serumit ini. Andai Bang Aryan mrnyerah, tentu dirinya tidak akan pusing seperti ini. Dan Ayesha jadi teringat awal pertemuan dengan Bang Ary dulu. ***


0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini