Subscribe Us

JAWABAN TENTANG KERAGUAN

What up? Aku merasa gamang dengan pikiranku sendiri, mungkin aku sedang mengalami krisis agama saat ini. Banyak ideologi-ideologi baru berlesatan memenuhi neuron-neuron otaku, seperti rangkaian puzzle yang masih acak.

Trimologi agama aku mulai melakukan compart menurut borometer permikiranku. Antara konsep kristen, Atheis dan islam. Hm...yang terakhir mungkin masih menjadi target sasaran setelah pelarian ku dari Kristen agama orang tuaku yang banyak tidak masuk akal.

Tentang konsep trinitas yang tidak ada ujung pangkalnya, lalu penyaliban Yesus yang meragukan. Dalam Matius 27:46 di jelaskan “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eli, Eli lama sabaktani? Yang artinya Allahku, Allahku mengapa engkau meninggalkanku?” Membuat pikiranku yang kritis bertanya, mengapa Tuhan memakai kata kira-kira dalam wahyunya. Sangat irrasional.


Pilihanku adalah Atheis semata-mata tidak ingin terbebani dari rutinitas yang membosankan, dan ketidak masuk akalan dengan agama orang tuaku.
Aku terpengaruh ddengan teori Karl Mark bahwa agama adalah tipuan sejarah sedangkan yang membangun kehidupan dan menyempurnakannya adalah berbagai kondisi sosial, kemudian mereka terus mengklaim manusialah yang menciptakan agama di saat dia tidak mampu menciptakan kekuatan luar.

Sebuah Filsuf komunisme yang membuat pikiranku berubah mengikuti alur pemikiran Karl Mark meski hanya di katakan sosialis amatiran bukan atheis sejati. Terlalu banyak doktrin-doktrin yang membuatku bingung.


Aku boleh saja terpengaruh Teori Karl Mark tapi tidak dengan teori Evolusi Darwin kalau manusia berasal dari kera sama saja itu penghinaan pada titik terendah manusia yang memiliki stadium kecerdasan yang lebih di bandingkan kera. Harus disamakan secara genitas dan empiris epidemik. Imposible bangetkan? Jika manusia berasal dari kera mengapa komunitas kera itu sendiri tidak mampu mengikuti peradaban manusia yang setiap waktunya terus melakukan perubahan. Tapi, jika Darwin dan keturunannya memiliki mental dan moral kera, mungkin saja bahwa dia termasuk salah satu keturunan kera berwujud manusia yang di abadikan sejarah.

Teori Nietzsche pun terlalu kontradiksi nyanyian paradoks yang menunjukan ketidak masuk akalannya. Bahwa manusia tidak lain rentangan antara kera dan spiderman. Itu cerita dongeng anak-anak pengantar tidur. Jangan-jangan Nietzsche perngagum berat spiderman.
Lantas apakah aku adem saja dengan atheisku? Hm...hatiku masih di liputi resah yang membuncah. Pergolakan batin itu mungkin. Dari segi ilmiah selalu mengalami postulat atau dalil yang selalu berubah.


Konsep sosialisme selalu mengaitkan dengan kapitalisme, feodalisme dan ekploitasi terhadap orang lain.

Revolusi Bolshevik, 1917 banyak kekejaman disana yang di ciptakan pemerintah komunis. Atheis akhirnya bukan sebuah pilihan. Itu hanya sebagai pelarian dari proses kematangan berpikir untuk mencari sebuah kebenaran yang aku rindukan. So, aku benci dengan pertumpahan darah yang telah dilakukan komunis di berbagai belahan bumi.

Muther dan Futher pun tidak setuju dengan pilihan Atheisku. Sebagai penganut kristen yang tidak terlalu taat, keluargaku cukup demokratis terhadap anak-anaknya. Semua diberikan kebebasan untuk menganut agama manapun, tapi no atheis.


“Di manapun manusia hidup mereka pasti butuh Tuhan. Agama tidak baik di jadikan sebagai sebuah pelarian, tapi agama akan terasa memberikan kedamaian ketika di jadikan sebuah pegangan bagi penganutnya. Hidup tanpa agama bagai mobil tanpa rem.” Jelas muther ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang Atheis.

“Tak apa-apa kan Ma, sekedar mencari pengalaman dalam mencari kebenaran. Anggap saja ini adalah petualangan yang sangat mengasyikan seperti saat aku melakukan petualangn di hutan Amazon, mengagumi keindahn Piramida Carstenz atau menyusuri sungai Siane dengan Gandola. Ah...ternyata sebagai gadis yang terlahir di Swiss, selain suka melakukan petualangan untuk menikmati keindahan semesta, aku juga senang melakukan petualangan agama.

Membaca sejarah, pikiranku jadi tersintesis kemasa lalu ,berpetualang ke zaman yang tak pernah aku alami. Ada di zaman Romawi, Persia dan Yunani. Kalau aku hidup di zaman Romawi tentu aku akan menjadi pujaan Julius Caesar, Cleopatra pengaruhnya akan tergeser. Khayalan tingkat tinggi.

Berbicara tentang sejarah, membuat pikiranku berubah tidak meneruskan pendidikan di Universitas Geneva, terlalu berat dengan rumus-rumus kedokteran, praktikum-praktikum yang membuat aku lelah. Aku pindah jurusan mengambil jurusan sejarah, meskipun kembali harus menyakiti perasaan orang tuaku.

Aku terlarut dalam pemikiran yang terjadi di zaman masa lalu, sampai aku menemukan muaranya, sehingga kepercayaan pada teori Karl Mark pun menguap.

Aku kagum dengan sejarah manusia yang lahir di Arab, prophet Muhamad. Manusia yang menurutku sangat luar biasa. Kesuksesannya dalam dua puluh dua tahun menyebarkan agama Tuhan menuai keberhasilan sampai tersebar keseluruh penjuru dunia. Sangat menakjubkan dalam sejarah manusia mendapatkan kesuksesan dalam waktu sesingkat itu.

Serperti siapa Muhamad itu? Seperti apa agamanya? Aku mulai menerka-nerka. Aku mulai tertarik dan mulai banyak mencari banyak informasi tentangnya.
It miracle, banyak sesuatu yang menarik dan membuat ku terpesona akan ajaran Muuhamad itu. Tidak terlalu mengada-ngada.


Prosesku mengabur tentang alam yang terjadi secara kebetulan tanpa ada unsur campur tangan pencipta Nya yang menyatukan seluruh mahluk di alam ini seperti yang dulu selalu aku agungkan dari ajaran sosialis.

Muther dan Futher benar jika manusia sangat membutuhkan Tuhan, karena sifat manusia itu terbatas. Tapi mereka salah jika aku mengalami kedangkalan berpikir hasil dari kehidupan sekularisme yang selalu menuhankan scientific,  banyak berbicara hasil tanpa menjelaskan prosesnya.
Akhirnya untuk sementara waktu aku menerbangkan sayapku untuk meninggalkan Zurich. Demi impianku memastikan hasil sejarah yang aku baca tentang Mekah, Madinah menafak tilas jejak perjuangan Muhamad di awal menebarkan risalah islam nya. Mengabdikan moment terindah di sana. Sangat beruntung aku terlahir dari keluarga demokratis sehingga tidak memiliki hambatan dalam mencapai apa yang aku inginkan.

Mereka orang tuaku cuma geleng-geleng kepala saat melihat semangatku yang semuanya harus di buktikan dengan sebuah petualangan. Bagiku semuanya sangat butuh untuk di buktikan bukan sekedar rekayasa sejarah . Dan akupun ingin menepis buruk pandangan islam di mata dunia. Mengapa agama itu selalu di kaitkan dengan teroris yang selalu erat dengan cap kekerasan padahal Muhamd tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian saat menyebarkan agamanya.
Tentu saja aku tertarik pada islam bukan sebagai oportunitis dari ideologi yang tidak terpecahkan. Tetap saja aku membutuhkan bahan-bahan lainnya dengan melakukan riset pustaka, perenungan dan juga melakukan diskusi-diskusi dengan orang islam itu sendiri. Barulah pikiranku terbuka dan mulai tertarik pada islam, dan yakin inilah agama yang aku cari, yang mampu memberikanku rasa damai.

Di jurusan sejarah aku memiliki teman dari Turki yang bernama Aisyah dan Farhan dari Indonesia mereka sangat membantu proses pencarianku.

Ketertarikanku pada islam akhirnya mereka menyuruhku untuk mengambil langkah mengambil insiatif tentang pilihan keyakinanku. maka akupun mengucapkan kalimah agung bersyahadat di Islamic center Zuruich tenang mengisi kisi-kisi hatiku di saksikan teman-temanku seiman.
Alhamdulillah kini aku dapat hidayah, islam telah menerangi jiwaku. Keraguanku sirna seiring dengan pencarian yang telah aku dapatkan. Dan impianku berkunjung ke rumah Allah pun terlaksana. Aku menangis di Baitullah, berziarah ke makam Rasulullah, betapa sederhananya makam beliau  padahal beliau seorang pemimpin besar islam. Dan melihat tempat kelahiran Rasul dan tempat-tempat memulai perjuangannya, membuatku semakin cinta pada islam. [ selesai ]

Terinspirasi setelah membaca buku teori Karl Mark dan Ghawizul Fikr.

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini