MAUT
Malam berselimutkan bintang-bintang menyusup kerinduan pada alunan silamku. Memunculkan semua kenangan tentangmu, Audry. Sajadah biru yang terbentang sudah basah oleh gerimis air mataku. Dalam lipatan sujud selalu ada damai menyusup dinding hati. Andai kutahu semuanya dari awal,tentang kau memilih penjara sepi, tentang mengapa kau memilih menyimpan deritamu sendiri? Mungkin aku nggak akan pernah menyalahkanmu, tapi berusaha menemani hari-hari terakhirmu.
Audry, aku rindu semuanya tentang kita....
January 2010
Audry,kau semakin sulit aku gapai. Hari-hariku sepi, tanpamu. Dulu kemanapun kita selalu bersama,merenda langkah penuh warna. Mungkin karena kita kembar,dan dirumah hanya kita berdua. Apalagi setelah mama, dan papa berpisah kita benar-benar hidup berdua,tapi dari dulupun kita memang selalu berdua karena Mama dan Papa tidak pernah punya waktu untuk anak-anaknya. Tapi, sekarang aku sendiri Audry. Setahun terakhir ini aku benar-benar kehilanganmu.
****
Clubbing,balapan di sentul,kumpul bareng di lion comunity terasa sepi tanpamu. Teman-teman pada heran kenapa kita jarang bersama? Aku hanya bisa diam tak mampu menjawab pertanyaan mereka. Aku pikir tak selamanya memang kita selalu bersama.
Tahun baru 2010 ini terasa sepi,tadinya aku mau mengajakmu berlibur di Bali bersama anak-anak the lion comunity, tapi kamu cuma menggeleng tanda sebuah penolakan.
Audry terlalu banyak kau berubah,kamu yang biasanya cerewet bisa meramaikan suasana kini berubah jadi pendiam. Aku benar-benar rindu canda tawamu. Kau lebih senang diam dalam bisu,hari-harimu sajadah biru,membaca buku dan pergi ketempat manusia-manusia sok suci.
Akupun terpaksa merayakan tahun baruan dirumah,tak tega rasanya bila aku harus bersenang-senang di Bali sementara kamu sendirian di rumah.
***
Sepi dirumah tinggal aku sendiri,kamu entah pergi kemana Audry? Kau jarang pamit kalau mau pergi menganggap seolah aku tak pernah ada. Sejak kau berubah akupun jadi jarang kemana-mana karena aku merasa pergi kemanapun tanpamu jadi terasa hampa.
Senja ini aku mencoba masuk kamarmu tanpa izin. Semenjak kau berubah, aku jarang ikut numpang tidur dikamarmu seperti dulu.
Takjub aku melihat suasana kamarmu yang tertata begitu rapi,benar-benar nuansa cewek –banget. Dinding yang dulu penuh dengan aura metal kini disulap begitu artistik dan islami,poster-poster jumbo bergambar lelaki berwajah teduh,lukisan-lukisan kaligrafi,puisi-puisi sufistik dan tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah puisi yang membuat bulu kuduku merinding. Puisi tentang maut itu menjadi tanda tanyaku tentangmu.
MAUT.....
Dalam sepiku kau terus menari
Merantai langkah hari-hari
Bagi sebagian orang mungkin kau ditakuti
Tapi bagiku kau adalah teman
Teman perjalanan
Pengingatku memperbanyak amal
Maut disini aku menanti
Datangmu menjemput ajal
Memisahkan jiwa dalam raga
Audry apa-apaan ini? Pikirku tak mengerti. Adakah sesuatu yang kau sembunyikan dariku? Atau jangan-jangan kamu mulai putus asa. Tapi akh...rasanya tidak mungkin. Kau adalah orang paling tegar seperti yang kutahu,lagian aktivitas yang kau lakukan saat ini nggak mungkin menjadikanmu seorang pesimistis.
Akh...kau pasti menyimpan sesuatu dariku. Kenapa perubahan begitu cepat terjadi pada dirimu? Aku semakin tersiksa menjalani hari-hari sendiri.
***
Aku benar-benar lelah Audry, menyaksikan perubahan sikapmu yang menganggap seolah aku tidak pernah ada. Sebenarnya aku ingin banyak bercerita padamu tentang Meta yang naksir berat padaku,kamu tahu Meta kan? Dia gadis tercantik dikampus itu menaksirku,seperi dapat durian runtuh saja ditaksir si Bintang kampus. Tapi, untuk saat ini aku tidak terlalu peduli dengan Meta atau lainnya justru aku memikirkanmu yang semakin jauh dariku. Walau bagaimanapun juga kau adalah orang terdekat dalam hidupku yang paling mengerti diriku,bagiku kau adalah segalanya.
Malam ini aku benar-benar kalut,rasa hampa yang menyiksa membawa langkah kakiku menuju sebuah diskotik berharap mendapat sedikit ketenangan dengan sentuhan musik-musik disko,kilatan lampu bliz dan aroma Vodka seperti yang pernah kita lakukan dulu bila memiliki masalah.
Entah sudah berapa botol aku minum,malam itu aku benar-benar mabuk ketika HP ku berbunyi antara sadar dan tidak aku mengangkatnya. Terdengar suara isak Bik Mumun pembantu kita yang sudah dianggap Ibu kita sendiri mengabarkan kau kritis masuk rumah sakit.
“Audry...!” kerongkonganku tercekat mendadak kesedihan menyelinap ruang jiwaku, aku bangkit berjalan menuju mobil dengan langkah sempoyongan beruntung aku masih bisa mengendalikan mobil dengan baik sampai rumah sakit.
Aku di sambut oleh Dr. Irwan yang menjelaskan bahwa kondisimu tipis sekali untuk sembuh. Kanker di rahimmu sudah stadium 4 tipis sekali harapan untuk hidup tinggal menanti ajal datang. Memang skenario kematian hanya Tuhan yang menentukan, tapi jika dunia medispun sudah tak mampu menyembuhkanmu apa yang harus diperbuat? Adakah keajaiban untukmu Audry,rasanya aku belum siap kehilanganmu.terbayang kesedihan akan menjejaki langkahku hidup sendiri tanpamu. Tak terasa air mataku membanjir.
Kamu begitu tega menyimpan penyakitmu sendiri Audry...? Apakah karena ini kau menjauh dariku,mencari kedamaian yang lain. Dan inikah puisi jawaban mautmu? Maut yang selalu kau nantikan
***
Tepat di pertengahan Ramadhan kau meninggalkanku Audry,meninggalkan luka di jiwaku yang sepi namun memberikan sejuta hikmah menjadikanku lebih dekat pada Nya.
Dan di malam yang berhias hujan deras ini,sederas air mataku kala mengingat semua tentangmu aku berdoa untukmu. Semoga kau tenang di hadapan Rabbi Mu...aku berjanji akan meneruskan jejakmu menggapai samudra hidayah menjadi Audrey yang lebih baik,yang membela agamanya penuh kesungguhan menggapai titian syahidku. Amin....
JPK, 12-09-2010
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini