Subscribe Us

RUMAH TANGGA...OH...RUMAH TANGGA

Rumah tangga oh rumah tangga. Dengan segala macam problematika hadir menemani pejalanan. Begitu curahan teman-teman yang sudah menikah. Kadang pingin tersenyum kalau mereka sudah cerita tentang segala permasalahannya di rumah. Sampai hal terkecil mereka ceritakan. Tentang suami yang pingin selalu dilayani kayak raja. Tentang anak-anak yang seperti mobil yang dikit-dikit ngeng, karena menangis, tentang mertua yang menyebalkan dsb.

Kebanyakan mereka menikah lebih banyak mengandalkan cinta. Tak pernah terpikir bahwa suatu saat cinta akan menjadi hambar jika tak pintar merawatnya. Tak pernah terpikir bagaimana menghadapi anak-anak masa kini yang membutuhkan banyak ilmu untuk mendidik mereka. Tak pernah di pikirkan bagaimana mengambil hati mertua supaya sayang pada kita. Rumah tangga bukan satu hari-dua hari, tapi seumur hidup itulah harapan yang di inginkan oleh semua insan? Semuanya di biarkan mengalir seperti air, sementara air kebanyakan mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah.

Ketika badai datang menguji kebahagiaan nahkoda yang sedang di layari, tanpa pembekalan iman yang kuat karena sang nahkoda tak begitu handal membawa pelayaran menuju dermaga jannah Nya. Tak sedikit rumah tangga yang karam. Kemana cinta yang dulu selalu di dengungkan di setiap waktu, kemana rindu yang dulu selalu datang menggebu. Semuanya hilang tak berbekas. Dari cinta menggebu lantas menjadi musuh, dan anak-anak menjadi koraban ambisi ke egoisan para orang tua. Menjadi boneka-boneka yang selalu jadi bahan perebutan. Diracuni dengan pikiran negatif. Sehingga banyak anak korban penceraian  secara emosi  kurang stabil.

Wahai para calon ibu-ayah sama sekali tidak ada larangan untuk menikah di usia muda. Itu malah lebih bagus untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat  dengan menggenapkan separu Dien. Tapi belajarlah untuk dewasa secara berpikir dan emosi. karena menikah bukan untuk sesaat. Pertebal keimanan dengan banyak mengkaji islam agar rumah tangga tidak mudah goyah ketika uji. Sabarlah dalam rumah tangga karena kesabarab bagian dari perbendaharaaan Syurga. Saling memotivasi jika di antara salah satunya futur bukan saling mengompori hingga membuat tabung gas meledak. Bukankah intinya pernikahan saling melengkapi. Wanita dengan kelembutannya harus mampu menjadi penenang, dan laki-laki dengan kekuatannya harus mampu menjadi pelindung agar keluarga aman dan tentram dalam naungannya.

Saya pernah tanya-tanya pada ibu yang sudah menikah , kata mereka ketika suami dalam keadaan keimanan yang bagus dan penuh ghiroh sang istri merasa nyaman luar biasa. Tapi ketika ke imanan suami dalam ke adaan menurun rasanya pingin berpisah saja. Untuk sang istri jadilah motivator di saat keimanan sang suami menurun.

Sebisa mungkin jangan pernah ceritakan aib keluarga di depan teman-teman kita. Dengan mengatakan suami kita begini dan begitu. Setiap orang pasti ada ke kurangannya. Jadilah istri yang bisa memahami karakter sang suami. Di saat dia lelah jangan kita mengadu tentang permasalahan kita ke padanya. Redakan dulu lelahnya. Saya pernah dengar seorang ibu  di sebuah acara "Kontribusi wanita untuk Islam" Dia berkata: Di saat suami lelah terus kita  mengeluh, "Bi minggu depan Ummi harus ngisi seminar, gimana ya Bi, padahal Umi belum bikin persiapan apa-apa. harus bikin slide show, harus ini, harus itu dsb. Padahal si suami baru pulang kerja, masih cape. Harusnya di kasih air minum dulu kan tenang. Lebih bagus kalau belajar pada siti Mariyah perempuan teladan di zaman rasul sehingga Rasulullah menyarankan putrinya Fatimah untuk belajar padanya agar bisa menjadi istri yang shalehah.

Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah tapi belajarlah mengatasi masalah dalam rumah tangga. Sebisa mungkin sosialisasikan kesibukan kita pada anak-anak. Meski pun mereka masih kecil, tapi anak-anak sekarang sudah cerdas lho. Kalau kita sang aktivitas dakwah, ceritakan kesibukan kita pada mereka. Anak-anak bukanlah beban, tapi dia adalah teman yang bisa di jadikan sandaran dalam perjuangan.

Saya punya teman seorang Ibu yang aktivis dakwah, dia punya enam anak yang masih kecil dan dengan suaminya berjauhan. Suaminya di Kalimantan dan sang Istri di Sukabumi, tapi dia bisa menghandle anak-anaknya dengan baik. Yang selalu di ajak di kegiatan-kegiatan dakwah. Dan sang anak senang, ceria nggak rewel. Dan salutnya meski pun anak-anaknya masih kecil-kecil tapi memiliki jiwa pejuang calon mujahid-mujahid islam. Si Ibu bercerita bagaimana mendidik anak-anaknya dalam menerapkan syariah islam di rumah dan lingkungan. Dia selalu mensosialisasikan kegitan dakwahnya pada anak-anak sehingga si anak paham perjuangan Ibunya seperti apa.

Yupzs,bagi para patsuri dan calon patsuri belajar dan terus belajar daam segala hal agar rumah tangga yang kalian bina dan akan kalian bina tetap kokoh sampai hayat meskipun badai terus datang menghantam. Hanya ke imanan di dada yang menancap kuat, kita bisa mengatasi semua Problematika hidup. Karena Allah sebaik-baiknya penolong Mu.

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini