Aldi memejamkan matanya,membayangkan raut wajah Tasya putri manisnya. Tawanya yang lucu,matanya yang bening,rambutnya yang ikal membuat dia benar-benar rindu ingin segera bertemu melabuhkan kangen karena satu minggu nggak bertemu. Boneka koala yang ada disamping nya di elusnya penuh cinta. Tasya pasti senang dapat oleh-oleh ini,pikirnya.
Entah kenapa akhir-akhir ini kalau bepergian jauh dia selalu pingin segera pulang ke rumah,kelelahan yang meraja mendadak sirna jika sudah melihat Tasya tertawa penuh ceria. Sayang kesibukan banyak menyita kebersamaannya dengan sang buah hati.
“Ayah sangat kangen kamu sayang,” desisnya lirih.
Mobil Jaguar yang di kemudikan Pak Tarmin sang supir pribadi tiba-tiba berhenti di sebuah restoran japanese food.
“Kenapa berhenti Pak?” tanya Aldi heran.
“Biasanya kan Bapak suka berhenti disini, untuk makan dulu.”
“Nggak usah Pak,kita langsung pulang saja.” Ujar Aldi tidak sabar pingin segera sampai dirumah segera bertemu dengan Caca.
Akhirnya mobil yang di kemudikan Pak Tarmin sampai juga di sebuah pekarangan rumah berarsitektur klasik,peninggalan orang tuanya. Rumah yang kelihatan begitu nyaman dan tenang. Aldi segera membuka pintu mobilnya sambil tak lupa menggendong Boneka Koala, berjalan dengan cepat menuju rumah tanpa membuka sepatu terlebih dahulu.
“Tasya...Tasya sayang...Papa pulang.” Teriaknya.
Sepi tak ada jawaban membuat Aldi heran,biasanya Tasya suka menyambut kedatangannya dengan penuh ceria.
Di tangga Aldi berpapasan dengan Mbok Minah pembantu yang sudah di anggap ibunya sendiri yang sudah merawatnya dari kecil dan kini merawat Caca.
“Tasya mana Mbok?”
“Tasya marah Mas Aldi,dia merengek pingin ketemu ibunya dari tadi nggak mau ngomong.”
“Arini?” dingin Aldi menyebut nama itu.
Mbok Minah cuma mengangguk dan memilih segera berlalu. Dia tahu Aldi sangat benci dengan mantan istrinya itu.
Aldi melangkah menuju kamar Tasya,disana nampak Tasya sedang duduk mencangkung sambil memegang kedua lututnya dan tatapan matanya begitu sangat mernyedihkan membuat Aldi jadi terenyuh.
“Tasya, Ayah pulang...” panggil Aldi penuh rindu.
Gadis itu menoleh sekilas pada Ayahnya,tapi kembali lagi seperti aktivitas semula tak peduli.
“Caca kok gitu sambutannya sama Ayah,apa Caca nggak kangen sama Ayah?” Aldi duduk di tepi ranjang dan mengelus gadis kecilnya dengan lembut.
“Caca pingin ketemu Bunda,Ayah. Caca kangen sama Bunda.” Ujar gadis itu sedih.
“Bunda kan sudah nggak mau lagi ketemu sama Caca dan Ayah,dia sudah ninggalin kita. Lupakan saja tentang Bunda ya,ini Ayah bawa Boneka Koala yang dulu Caca inginkan.”
“Nggak,Ayah bohong! Bunda sayang sama Caca!” teriaknya.
“Ayah nggak bohong kok,”
“Pokoknya Caca pingin ketemu Bunda,Ayah jahaaaaa!” Jeritnya sambil memukul-mukul punggung Aldi bikin Aldi jadi emosi.
“DIAAAAM....!!” teriak Aldi kalut. “Ayah tuh nggak pernah bohong,bukan Ayah yang jahat tapi justru Bunda yang jahat sudah nyakitin Ayah. Harusnya Caca ngertiin Ayah,kalau Ayah ini masih capek, tapi masih sayang sama caca.”
Melihat ayahnya marah gadis itu menunduk ketakutan,anak sungai perlahan mengalir di pipinya yang mulus. Hatinya terluka belum pernah Ayahnya semarah ini.
“Hu...hu...Bunda,” isaknya mengharukan. Aldi jadi merasa bersalah.
Arini setiap mendengar nama perempuan itu di sebut selalu membuat kebenciannya bertahta pada mantan istrinya itu, perempuan itulah yang membuat keluarganya berantakan karena berselingkuh dengan laki-laki lain. Untuk mendapatkan hak asuh Caca ,Aldipun melakukan segala cara agar jangan sampai hak asuh putrinya jatuh ketangan istrinya. Arini sama sekali tak di berikan akses bertemu dengan putrinya meski dia sangat memohon. Baginya wanita itu tidak pantas jadi Ibu buat Caca dan tak mungkin bisa jadi pendidik yang baik. Sekali berbuat kesalahan maka tak ada kesempatan untuk di maafkan.
Arini wanita yang sangat di cintainya itu, yang dinikahinya lima tahun yang lalu ternyata bermain hati di belakangnya dengan lelaki yang mungkin sangat membahagiakannya. Ah...Aldi tak pernah menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Dia mungkin bukan lelaki romantis seperti yang di harapkan Arini. Aldi yang pekerja keras,jarang di rumah sibuk dengan bisnisnya tapi dia type laki-laki setia dan bertanggung jawab. Mungkin keromantisan dan kebersamaan yang kurang itu yang membuat Arini selingkuh.
Jika mengingat semua itu hati Aldi seperti disayat-sayat sembilu,kesetiaannya sebagai lelaki benar-benar tak berarti di mata sang istri padahal dia sudah bersusah payah untuk membahagiakan sang istri dan anaknya. Entah syetan apa yang sudah merasuki pikiran istrinya yang dulu begitu sangat mencintainya.
“Caca,maafin ayah ya,sudah marahin Caca barusan. Ayah sangat sayang sama Caca dan nggak ingin kehilangan Caca. Bagi Ayah, Caca adalah segalanya.” Ujar Aldi lembut dan berusaha memeluk putrinya,tapi Caca menepisnya dengan kasar.
“Lho,kok Caca kasar sama Ayah,di sekolah Caca nggak diajari kasar sama Bu Guru kan?”
Gadis itu diam,hanya air matanya yang mampu menjawab keperihan hatinya.
“Al,biarkan Caca sama Mas dulu,kamu baru pulangkan? Beristirahatlah dulu.” Ujar Mas Wian kakak Aldi.
“Tapi Mas...”
“Mbok Minah cerita, Caca ngambek pingin ketemu Bundanya.Kasihan dia, jiwanya sangat terguncang. Biar dia sama Mas dulu Al,kamu istirahat dulu. Ntar kalau sudah tenang ,Mas pingin ngomong sama kamu.”
“Aku Mengerti Mas, kalau Caca pingin ketemu ibunya. Tapi...”
“Sudahlah, kamu istirahat dulu AL. Kamu sangat lelah.”
Aldi menurut tak bisa membantah.
“Caca sayang, sini sama uwak. Kita main di luar sambil menangkap kelinci. Caca mau kan?”
Gadis itu menggeleng.
“Caca pingin ketemu Bunda.”
“Caca sayang, Bunda Caca lagi pergi ketempat yang jauh sekali. Jadi dia nggak bisa nemuin Caca cepat-cepat . Katanya Bunda punya urusan yang nggak bisa di ganggu siapapun.”
“Masa sih Wak,apa Bunda nggak sayang sama Caca dan Ayah?”
“Bunda sayang kok sama Caca,Cuma Bunda nggak bisa di ganggu. Caca mau ngerti kan kesibukan Bunda?”
Gadis itu mengangguk.
“Tapi sampai kapan Bunda sibuk dan kapan mau nemuin Caca dan Ayah?”
“Uwak nggak tahu. Ntar kalau waktunya sudah tepat, kita Tanya pada Bunda dan kita tanyakan bersama-sama. Caca juga harus sayang sama Ayah karena Ayah sudah bekerja keras demi membahagiakan mu ,sayang. Ini buktinya, Ayah jauh-jauh beliin koala ini untuk kamu.”
“Iya uwak, tapi Caca kangen sama Bunda. Kenapa Bunda nggak kumpul bersama Caca dan Ayah kayak dulu, uwak?”
“Kan Bundanya sibuk?”
“Dulu Bunda nggak sibuk,selalu nemenin Caca.”
“Mungkin Bunda pingin punya Banyak uang, biar Caca bisa beli boneka Barbie.”
“Kan sudah ada Ayah yang cari uang.”
Duh...wian menggaruk kepalanya,mendapat pertanyaan kritis dari keponakannya tapi dia harus bisa lebih sabar.
“Ntar ya, kita tanyain sama-sama ke Bunda. Kenapa Bunda belum mau pulang? Sekarang kita main kelinci,okey.”
Anak itu akhirnya mau juga bikin Aldi iri, Caca lebih dekat pada Wian ketimbang dirinya. Mungkin karena Wian hangat, kebapakan dan penyabar. Tapi sayang di usianya yang ke 35 dia masih betah sendiri. Wian lebih bersemangat mengejar pendidikannya ketimbang mengejar pendamping hidup.
Wian baru sebulan ini tinggal di Indonesia setelah menghabiskanmasa pendidikan S1 dan S2 nya di jerman dan kini dia lebih memilih mengajar menjadi dosen di perguruan tinggi swasta ketimbang mengurus perusahaan yang di wariskan orang tuanya. Wian punya banyak waktu di rumah,wajar kalau Caca dekat.