Subscribe Us

KEMERDEKAAN YANG TERGADAI


Memasuki 71 tahun Indonesia merdeka, masih banyak impian yang belum terwujud dari sebuah kata “MERDEKA”.Tentu saja!Selama 71 tahun negeri ini sudah terbebas dari penjajahan dan tujuh dasawarsa itu bukanlah waktu yang singkat. Jika diibaratkan kehidupanmanusia,kelahiranadalah seumpama saat negeri ini memperoleh kemerdekaannya. Artinya, negeri ini sekarang telah memasuki usia dewasa bahkan mungkin senja. Tetapi,realisasi kata merdeka hanya sekadar slogan yang tertulis dalam teks proklamasi dan hanya secara repetitif diserukan pada setiap peringatan 17 Agustus. Kita memang sudah merdeka, baik secara de facto maupun de jure. Meskipun pada kenyataannya, negeri ini belum memiliki kedaulatan penuh sehingga begitu mudah menjadi objek “permainan”pihak asing.
Negara merdeka tentu tidak dapat diperbudak oleh pihak-pihak asing sekehendak hati. Namun, faktanya mereka terus mempermainkan hegemoninya di negeri ini dengan cara merampas sumber daya alam potensial yang sesungguhnya dapat menyejahterakan rakyat apabila dikelola oleh negara.Selain itu, negara merdeka niscaya tidak akan membiarkan bangsa lain mencampuri urusan pemerintahan dengan cara mengintimidasi para pejabat demi membuat kebijakan yang sangat merugikan rakyat.
Kemerdekaan ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Bahkan, mungkin boleh dikatakan bahwa kita sesungguhnya belum benar-benar merdeka. Penjajahan itu sejatinya belum sirna. Imprealisme tetap ada.Namun,ia hadir dengan wajah yang lebih santun. Ia datang dengan senyum menawan untuk menawarkan persahabatan. Ia datang memberi bantuan lantas meminta imbalan yang sangat menguras kekayaan negeri ini.Portugis, Belanda, dan Jepang boleh saja sudah angkat kaki. Tetapi, penjajahan yang saat ini nyata di depan mata, yang didukung oleh para konglomerat kapitalis, sungguh terasa dampaknya.
Penjajahan secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya membuat negeri ini kehilangan kekuatannya.Kemiskinan secara terstruktur bagaikan agenda yang sengaja ditulis agar rakyat tetap berada dalam kemiskinannya. Dengan demikian, mereka akan sangat mudah dibodohi, tetapi enggan beranjak dari zona “nyaman” mereka. Pendidikan negeri ini pun belum menghasilkan generasi harapan bangsa.Pendidikan hanya menciptakan para generasi pekerja . Meskipun sebagian kecil telah berhasil menjadi inovator-inovator untuk kemajuan peradaban,tetapi hasilnya masih jauh dari harapan.Krisis kepemimpinan dan krisis karakter sedang melanda negeri ini. Bahkan, telah memasuki tahap kritis. Gonta-ganti kurikulum kerap terjadi dan siswa tak lebih hanya sebagai kelinci percobaan. Mereka di paksa mengejar nilai, tetapi tidak menghasilkan sesuatu kecuali transformasi ilmu semata.
Perayaan kemerdekaan kali ini, Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang semakin pelik.Tatanan politik yang kacau, ekonomi yang carut-marut akibat di terapkannya sistem ekonomi ribawi,liberalisasi pendidikan, dan era demokrasi kapitalisme menjadikan generasi ini semakin terdegradasi akhlaknya. Tidak kalah mengkhawatirkan, Indonesia diserbu dengan produk-produk impor yang akan mematikan kreativitas anak negeri dan diserbu tenaga kerja asing yang akan memperkuat hegemoni pihak asing.
Indonesia telah merdeka selama 71 tahun, tetapi masih berada dalam kondisi rawan. Rakyat tetap harus waspada akibat gesekan-gesekan yang dapat memicu konflik SARA antara pribumi dan pendatang. Begitupun masalah disintegrasi bangsa kibat pembangunan yang tidak merata antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Hal ini tentu mengakibatkan kecemburuan antar wilayah sehingga menimbulkan keinginan untuk memisahkandiri dari NKRI.
Sangat Ironi jika kemerdekaan yang sudah berjalan 71 tahun,tapi negri ini semakin terpuruk akibat ulah segelintir orang yang haus akan kekuasaan. Sehingga kekayaan yang di miliki negri ini harus di gadaikan, sedang para pewaris negrinya menjadi budak di negrinya sendiri.
Seyogianya, sebuah negara itu merdeka, berdaulat, adil, dan makmur seperti yang tercantum dalam teks Pembukaan UUD 1945. Namun,hal itu tidak mungkin dapat terwujud dengan sistem buatan manusia yang kerap hanya menuruti keinginan manusia berkepentingan. Kemerdekaan yang sejati hanya dapat diwujudkan dengan menerapkan aturan syariat yang bersumber dari Allah SWT.
Kemerdekaan secara menyeluruh memang belum dirasakan. Namun, sikap optimis harus selalu ada dalam jiwa kita sebagai generasi muslim. Esok, negeri ini akan menjadi lebih baik seperti apa yang kita harapkan, yakni diterapkannya hukum syariat. Hanya dengan iman dan perjuangan kita dapat mendobrak perubahan menuju kemerdekaan yang hakiki.

0 Comments:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini