Di akhir zaman ini, hoax kehadirannya menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk di hindari. Hoax muncul seperti derasnya air bah. Dan oleh banyak orang, langsung diterima mentah-mentah tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Memasuki era digital, dimana arus informasi yang mengalir sangat deras, kehadiran hoax menjadi sesuatu hal yang biasa dan wajar di sebagian kalangan masyrakat. Hoax kehadirannya sangat dilebih-lebihkan. Dan hoax ini tidak memandang kelas atau level pemikiran.
Apa sih itu hoax? Menurut wikipedia, hoax adalah Berita palsu atau berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.
Menjelang pilpres, hoax menjadi santapan sehari-hari yang disuguhkan di media sosial ataupun media cetak. Seperti ada yang mengendalikan. Hoax hadir memperkeruh suasana negri yang sebentar lagi akan melangsungkan pesta demokrasi akbar. Pesta yang selalu di rayakan setiap lima tahun sekali. Suasana menjadi lebih panas. Para pendukung saling serang. Para pembuat berita, berlomba membuat berita yang terkadang sangat irrasional. Kenetralan sangat susah ditemukan di pemilu kali ini, hampir semua orang sudah bisa ditebak kemana arah pilihannya. Pose dua jari yang dulu sudah biasa digunakan saat bergaya didepan kamera, bahkan anak kecilpun selalu menampilkan pose dua jari jika berpoto, tapi hari ini mendadak jadi masalah, di sangkanya malah berkampanye. Apalagi jika yang berpose punya jabatan, jadi ribet urusannya.
Kenapa hoax itu mudah diterima oleh masyrakat, bahkan kalangan intelektualpun terkena imbasnya?
Bisa jadi etika masyarakat dalam bermedia sosial sangat kurang. Bagi mereka bebas aja melakukan apapun di medsos miliknya, meski menyebar berita bohong. Padahal medsos itu ruang publik, ada aturan yang harus dijaga, ada adab yang harus ditampilkan dalam bermedia sosial. Jika di dunia nyata, setiap individu harus berhati-hati dalam berkata, karena mulutmu harimaumu. Maka dalam dunia maya, jarimu menjadi harimaumu. Kebebasan dalam mengakses informasi, atau menshare informasi harus ada etikanya.
Segala informasi yang sudah dapat bukan berarti harus dibagikan secepatnya, tapi baca dulu secara teliti, dan selidiki apa berita itu mengandung kebenaran atau justru kebohongan. Jika belum diselidiki ya, jangan dibagikan. Karena artinya kita ikut menjadi pendukung penyebar berita hoax. Dan bisa jadi anda sendiri akan terjerat UU ITE karena sudah ikut menyebar berita bohong.
Kita harus jadi rakyat yang cerdas dalam mengakses informasi. Jangan sampai termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya. Karena kita sendiri yang akan dirugikan, jika kurang cerdas dan teliti dalam memilih atau menshare berita yang kita dapat. Apalagi jika taraf berpikir anda ada di posisi kalangan intelektual yang mengenyam panjang bangku pendidikan, senantiasa cek dan ricek dalam menerima berita itu sangat penting.
Islampun sangat mewanti-wanti umatnya untuk senantiasa bertabayyun dalam menerima kabar yang belum jelas kebenarannya. Karena menelan mentah-mentah berita yang masih simpang siur, akan sangat membahayakan keberlangsungan umat. Akan memicu kekacauan, menimbulkan kemarahan, dan bisa jadi akan berujung pada chaos. Dan para tokoh munafik akan dengan senang hati memanfaatkan situsi seperti ini.
Dalam surat Al-Hujurat ayat 6 Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian. [al-Hujurât/49:6].
Dan Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya, yaitu :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
"Cukuplah seseorang menjawab sebagai pendusta yang dia katakan mengatakan semua yang didengar." (HR. Muslim no.7)
Maka jaga segala tingkah laku kita, dari perbuatan yang Allah larang. Karena standar hidup seorang muslim adalah halal dan haram. Menyampaikan berita bohong dan ikut menggunjingkannya, sama artinya dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Tentu kita tidak ingin menjadi golongan tersebut, untuk itu senantiasa jaga lisan kita dari hal buruk, dan jari kita dalam bermedia sosial. Mengisi hidup dengan sesuatu yang bermanfaat akan jauh lebih lebih baik, dan pastinya akan memberikan warna perubahan. Ketimbang melakukan hal kurang terpuji yang berujung pada kerusakan. []
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini