Menjadi perempuan mulia diakhir zaman itu tidak mudah. Kita mungkin susah sekali menggapai posisi mulia para wanita-wanita yang di kisahkan dalam Al- Qur,an. Seperti Bunda Khodijah yang seluruh hartanya habis untuk perjuangan dakwah islam, Fatimah putri nabi tercinta, Asiyah istri Fir'aun dan Mariyam putri Imron. Tapi setidaknya berjuang untuk mendekati posisi itu pasti bisa diupayakan.
Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadi perempuan-perempuan mulia. Hal pertama perempuan harus memiliki Iffah dan Izzah yang harus dijaga. Agar menjadi perempuan bermartabat dan memiliki marwah.
Perempuan adalah madrosatul ula bagi anak-anaknya, maka treck record menjadi wanita baik-baik itu harus jaga. Dunia saat ini tidak pernah adil bagi perempuan. Sebersih apapun masa depannya, tapi jika masalalunya penuh dengan jejak hitam sangat sulit termaafkan. Karena ibu adalah uswah, maka upayakan untuk menjaga Izzah tersebut.
Dimasa jahiliyah, wanita bermartabat itu hanya berasal dari kelas bangsawan. Dan mereka memang benar-benar menjaga martabatnya. Perempuan penuh lumpur maksiat itu hanya ada dikelas rendahan. Menjadi perempuan yang menjadi pemuas nafsu, bisa digilir oleh banyak laki-laki. Bahkan dalam pernikahan jahiliyah, perempuan diperbolehkan oleh para suaminya untuk ditiduri oleh lelaki lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi, semata-mata agar menghasilkan keturunan yang lebih baik. Meskipun anak yang dilahirkan, nasabnya nggak jelas. Namun, setelah islam lahir, wanita memiliki posisi yang lebih baik dibanding masa jahilliyah.
Allah juga tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal beribadah seperi Firman Allah dalam surat An-Nahl:
من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون
" Barangsiapa yang melakukan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka akankah kami memberikan tantangan kehidupan yang baik [839] dan sungguh-sungguh Kami akan membalas kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ." (QS. An Nahl: 97)
Bagaimana caranya agar perempuan saat ini, khususnya yang memiliki mobilitas tinggi, tapi tetap menjadi wanita martabat dan tidak melanggar kodrat? Maka pahami nilai-nilai keislaman, sebagaimana layaknya perempuan muslim berperan tanpa melanggar syara. Lalu terapkan dalam kehidupan. Jika belum paham, luangkan waktu untuk belajar diberbagai majlis ilmu.
Perempuan di saat keluar rumahnya, usahakan menutup auratnya dengan sempurna. Dan tidak bertabaruj/ berhias seperti perempuan Jahiliyah.Tidak memakai wewangian yang membangkitkan syahwat kaum adam. Karena keluarnya perempuan dengan memakai wewangian seperti para perempuan pelacur.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seorang wanita memakai wangi-wangian lalu dia keluar rumah melewati sekelompok orang sehingga mereka mencium baunya maka dia adalah seorang pezina.” (HR. Ahmad)
Saat berinteraksi dengan lawan jenis yang berkaitan dengan mu'amalah maka perempuan harus ghadul Bashor/menjaga pandangan, tidak bersuara yang mendayu-dayu, dan tidak berjalan dengan lemah gemulai.
Disaat para perempuan harus bepergian lebih dari 24 jam, harus didampingi mahromnya. Karena keluarnya perempuan dari luar rumah adalah aurat, dan juga banyak bahaya yang mengintai.
“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka jika ia keluar rumah setan akan memuliakannya, dan tempat yang paling dekat bagi wanita dari wajah Tuhannya adalah ketika ia di dalam rumahnya.” [Sahih Ibnu Khuzaimah]
Keluar rumah bagi seorang perempuan dilakukan jika benar-benar ada kepentingan.
Lantas bagaimana dengan para perempuan yang bekerja?
Hukum bekerja pada dasarnya mubah/boleh. Selama pekerjaannya masih tidak melanggar syara dan mendapat izin dari ayah bagi yang belum menikah, dan dapat izin suami bagi yang sudah menikah, silakan pekerja. Tapi, khusunya bagi istri yang sudah menikah pikirkan dulu dengan matang, apa bekerja diluar rumah itu lebih banyak mudhorotnya atau tidak? Pengasuhan dan pendidkan anak terabaikan atau tidak? Karena bagi ibu yang bekerja, pasti ada hal yang harus dikorbankan ketika memilih pekerjaan mubah tadi. Jika suami gajinya cukup, maka pilihlah yang lebih wajib yaitu mendidik anak. Karena anak-anak adalah investasi akhirat kita, amanah terberat yang Allah titipkan pada setiap orang tua. Jika anak-anak rusak, maka pertanggung jawaban di hadapan Allah sangat berat. Gaji suami akan selalu cukup dan berkah jika dipakai untuk biaya hidup, tapi tidak akan pernah cukup jika dipakai untuk memenuhi gaya hidup.
Apakah tugas wanita cukup di menjadi ibu dan anak saja. Untuk menjadi perempuan mulia? Tentu tidak. Perempuan juga memiliki peran jadi para hamilu dakwah, yang kontribusinya sangat dinanti umat. Jika belum mampu untuk mencapai posisi itu, maka luangkan waktu untuk belajar dengan terus meng up-grade ilmu islam kita. Banyak belajar para kisah shabiyah, para wanita yang ada di sekitaran Rasulullah yang memiliki kontribusi besar buat kemajuan islam. Dimasa lalu islam pernah menguasai 2/3 dunia, disana kontribusi perempuan sangat berperan banyak. Selain menjadi para ibu mustanir yang banyak melahirkan generasi gemilang yang berjiwa pahlawan, peran mereka untuk kemajuan umat pun sangat menonjol.
Mudah-mudahan kita semua bisa mencapai posisi perempuan mulia, menjadi perempuan yang di catat oleh tinta sejarah peradaban. Dan hasil sumbangsih pemikiran dan pengorbanan kita yang tidak seberapa, bisa mengubah peradaban rusak hari ini. Hingga peradaban islam bisa bersinar kembali, seperti yang pernah terjadi di empat belas abad silam, saat aturan Allah diterapkan memayungi semesta raya. Hingga Allah menurunkan keberkahan dari langi dan bumi. []
0 Comments:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini