MENYAPA RINDU
KEPOMPONG ( 2 )
Ketika Rumah Seperti Kapal Pecah
Rumah Kapal Pecah
Melihat rumah seperti kapal pecah. Ini pasti akan terjadi ketika memiliki banyak krucil. Belum cucian piring menumpuk di wastafel dan cucian baju juga menggunung akibat sering gonta-ganti baju. Ya karena basah-basahan atau main tanah, bisa juga untuk anak perempuan masih kecil lagi menghadapi masa centil dan senangnya ngacak-ngacak lemari dengan gonta-ganti baju belasan kali.
Capek, pusing, lelah itu yang akan dirasakan para ibu dirumah. Suara naik beberapa oktap berubah jadi kayak nenek sihir atau rasanya tangan pingin nyubit, mukul tubuh anak. Itu kalau emosi lagi nggak terkontrol. Biasnya ibu yang memiliki pengendalian emosi rendah maka kekerasan fisik pada anak akan menjadi solusi. Ditambah misalkan suami juga nggak mau terlibat di urusan ranah domestik rumah tangga, meski hanya sekedar membantu meringankan. Duh, rasanya tambah kesel berlipat. Apalagi kalau ditambah dengan ekonomi pas-pasan. Kepala bisa makin berasap. Itu kalau kurang sabar dan keimanan juga tipis,ditambah nggak ada yang mau ngertiin capeknya jadi Ibu rumah tangga.
Si adek baru saja menumpahkan seluruh mainannya dari keranjang, beralih menurunkan barang-barang yang ada di dapur. Setelah itu dia dengan happy main bola juga dalam rumah sampai guci kesayangan zaman Mao Tze Dong pada pecah. Atau bolak-balik keluar tanpa memakai sendal. Dirumah jadi kotor, lebih parah kalau ngangkutin tanah kedalam rumah. Ditemani balad krucilnya dari rumah sebelah. Pusing luar biasa.
Untuk anak diam memang nyenengin, tapi bahaya juga kalau anak tidak aktif sama sekali, yang bisanya cuma ngelihatin. Karena biasanya anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata masa kecilnya aktif luar biasa. Fase anak usia 1- 5 tahun biasanya nggak bisa diem. Ngoprek juga. Apa-apa di pegang. Yang lebih malu kalau ngoprek saat bertamu kerumah orang. Biasanya anak usia segitu kalau hiper aktif, susah banget dibilangin. Karena mereka belum mengerti yang baik atau salah. Bikin perjanjian nggak boleh nakal, cuma di iya-iyain aja. Sepuluh menit kemudian sudah kembali ke mode awal. Dan giliran orang tua punya panji,ingatannya mendadak kuat. Keinget terus,di tagih terus.
Bagaimana sih menghadapi anak fase ini? Apa harus teriak-teriak ataukah cubitan dan pukulan jadi pelampiasan emosi kita?
Anak-anak sebenarnya tidak mengerti cara berpikir orang dewasa yang konkrit. Tau mereka adalah main sepuasnya. Ketawa, lari-lari atau main sampai lupa waktu. Itulah dunia anak, dan dunia itu hanya dirasakan mereka sesaat. Pukulan, cubitan, teriakan itu hanya akan membuat mereka memendam luka, teriakan akan membuat sel-sel neuron anak rusak. Anak yang dibesarkan dengan cacian hanya akan membuat mereka rendah diri. Dan anak yang di besarkan dengan kekerasan fisik, itu artinya kita sedang mendidik anak berjiwa kasar dan tentunya akan sangat membahayakan.
Parent, pernah lihat atau dengar bagaimana anak SD memukuli temannya sampai tewas? Padahal itu berawal dari kejadian sepele, mungkin kesenggol mainannya atau cuma dikata-katai. Kekerasan fisik itu semua berawal dari pola asuh yang rusak. Keluarga berantakan. Dirumah penuh caci-maki dan sedikit-sedikit ayah atau ibu bertengkar solusinya main pukul. Dan itu terekam oleh anak-anak sampai mereka dewasa. Bagi mereka pukulan adalah hal wajar, karena dutumah juga seperti itu.
Agar rumah bisa terkendali rumah memiliki peraturan dan kesepakatan yang diterapkan antara anak dan orang tua. Semua orang bisa dilibatkan dalam pengurusan rumah tangga. Jangan ibu yang mengambil semua peran, itu artinya ibu memposisikan sebagai pembantu. Pernikahan adalah kesepakatan antara suami dan istri. Jadi keduanya harus saling bekerjasama. Nggak bisa seenaknya berjalan sendiri. Misalkan suami karena sudah mencari nafkah, lalu tugasnya sudah berakhir disitu. Wah,enak banget kalau begitu. Sebenarnya tipe suami seperti ini, dia nggak membutuhkan istri, tapi membutuhkan pembantu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, merawat anak dan melayaninya.
Untuk berjalan sebagaimana mestinya semua perlu di diskusikan. Kalau perlu dari awal di khitbah semua ini sudah dibicarakan. Misalkan suami ingin bisa membantu pekerjaan istri. Dan istri ingin punya waktu buat aktualisasi diri agar tidak terlalu jenuh dengan rutinitas rumah tannga yang membosankan.
Jika anak sudah ada yang mandiri, kenapa mereka tidak dilibatkan membantu pekerjaan rumah tangga. Misal si teteh bagian nyapu dan ngepel. Si abang bagian nyuci piring, nyikat kamar mandi sama antar jemput adiknya ke TPA itu sebagai sarana untuk melatih kemandirian dan tanggung jawab. Si adik bisa dilibatkan dalam rapi-rapi mainannya dan ayah bantu nyuci baju dan ke pasar. Jika semuanya terlibat ibu nggak akan kelelahan yang luar biasa,tapi tanggung jawab ini harus diterapkan sejak dini. Dan dibicarakan dengan penuh cinta. Ayah sebagai kepala rumah tangga harus ambil peran disini.
Anak sudah bisa mandiri, ibu jangan terus-terusan memanjakannya. Sekali-kali jalan kaki kesekolah bukan sebuah kesalahan. Apalagi jika jaraknya dekat. Sehat juga untuk fisik anak. Biarkan mereka merasakan manisnya masa kanak-kanak tanpa harus dikekang. Suatu hari dia mau kerja kelompok di rumah temannya, ya izinkan. Itu proses dia untuk mampu beradaptasi dengan teman-temannya. Ya, sesekali main kerumah temannya juga. Karena masa indah mereka yang tak bisa diulang dua kali. Jangan jadi ortu nyebelin yang apa-apa main larang. Ajarkan anak bertanggung jawab dengan hidupnya. Jika dia salah jangan langsung di hujat. Salah adalah hal wajar untuk anak. Dan dari kesalahan ajarkan dia untuk tidak mengulanginya. Terkadang orang bisa bijaksana karena belajar dari kesalahan. Anak yang terbiasa dikekang dimasa kecil, dimasa dewasa akan jadi pembangkang. Larangan itu hanya berlaku untuk hukum syara. Halal dan haram. Hal yang membahayakan, menyesatkan. Atau lihat situasi dan kondisi.
Dan ketika kesepakatan sudah bisa dijalankan dengan baik. Ayah dan Ibu tentu akan menikmati hasilnya. Semua memang tidak gampang. Bisa itu karena biasa. Belajarlah pada jepang untuk menjadi negeri yang bersih dan taat aturan di awal mereka juga harus menerapkan hukum yang keras dan itu butuh waktu yang panjang untuk bisa seperti sekarang. Ketika rumah ada peraturan yang diterapkan, ada kesepakatan yang di setujui. Ada diskusi dua arah, maka semua akan berjalan dengan baik. [X]
Ikut chalenge menulis selama tiga puluh hari. Semoga bisa meski banyak pekerjaan.
Saat Anak-Anak Curhat Tentang Ayahnya
Suatu hari si abang curhat tentang ayahnya. Sambil ngemil keripik di depan televisi. Ada si adek juga sama si teteh.
"Bun, kok ayah garing banget sih?"
"Garing gimana,bang?"
"Ya nggak asyik gitu."
"Iya,timpal si teteh.
"Pulang kerja langsung masuk kamar atu main hape. Nggak pernah ngajak ngobrol kita-kita. Teteh tuh maunya punya bapak kaya abinya Sarah perhatian banget sama anaknya. Dianterin beli buku lah, ngajakin anak-anaknya liburan bareng. Pernah waktu teteh kerja kelompok dirumahnya, waktu habis kerja kelompok kita disuguhin makanan yang di bikin abinya,enak banget lho,bun.
Terus abi Sarah cerita banyak dan kita ketawa bareng. Abi sarah lucu, tapi pinter juga. Minggu besok abi sarah ngajakin kita-kita tadabur alam bareng teman-teman juga." timpal siteteh sambil nyerocos.
"Teman abang juga yang Mas Zaki itu Bun, ayahnya asyik banget. Kita diajakin main futsal bareng. Pulangnya di traktir rame-rame setelah itu kajian bareng. Asyik banget pokoknya Bun, abang tuh suka kalau ayahnya Mas Zaki udah cerita tentang sahabat Rasul keren banget. Bawaannya kayak ustadz Omar Mita. Abang juga minggu depan di ajakin naik gunung sama teman-teman Mas Zaki. Bolehkan Bun, kalau abang ikut?"
"Iya teteh juga mau ikut tadabur sama abinya Sarah."
"Kalian bilang deh,sama Ayah." usul Bunda.
"Malas ah Bun ngomong sama ayah." tampangnya lempeng banget ujar si abang.
"Nggak boleh," timpal si teteh sambil memperagakan iklan teh wangi. "Harus berangkatnya sama ayah." lanjutnya dengan mimik lucu.
Lihat ayah bunda. Ketika dunia luar mulai mempengaruhi anak-anak kita. Si abang dan si teteh lebih menyukai figur ayah orang lain di luar rumah. Masih mending kalau figur ayahnya seperti cerita di atas, bikin anak-anak hidup lebih baik. Bagaimana kalau teman si anak berasal keluarga super bebas. Bawa teman cewek-cowok ke rumahnya. Nginap di Villa sampai teller misalkan. Atau banyak hal yang merusak anak.
Ayah, kita itu disini harus bisa membaca alarm dengan sigap. Ketika anak sudah merasa nyaman dengan dunia luar, sangat berbahaya. Apalagi kalau sudah curhat ke keluarga orang. Membicarakan ketidak harmonisan di keluarganya.
Sesibuk apa sih dirimu, wahai para ayah? Emang ngobrol sama anak bikin kewibawaan mu luntur? Justeru dekat dengan anak itu akan menaikan nilai ekstabilitas dirimu.
"Ayah gue tuh keren. Dia itu asyik banget. Aku pulang dulu ya guys, udah ditungguin ayah. Gue kayaknya nggak bisa ikut Futsal, minggu besok mau jalan ke Planetarium BOSCHA."
Percakapan di atas anggap lah sebagai sebuah bukti kebanggaan si abang sama ayahnya. Dan ketika teman-temannya ngajakin main dia lebih memprioritaskan ayahnya. Sebagai bagian dari birul walidain. Dan itu keberhasilan ayah dalam mendidik anak.
Peran ayah itu penting parent, itu yang saya rasakan. Dan efeknya itu luar biasa sampai dewasa. Ayah yang punya waktu ngobrol dengan anak-anaknya, diskusi tentang pollitik, mendongeng, main catur atau joke-joke yang bikin ketawa.
Anak yang memiliki peran ayah yang baik, dia tidak mudah terpengaruh. Tidak gampang jatuh cinta ,dan akan sangat selektif dalam memilih teman. Mungkin cenderung tomboy dan easy going, tapi jika di imbangi peran ibu itu lebih baik.
Hari ini banyak anak yang kekurangan peran ayah. Karena ayah super sibuk nyari segenggam recehan. Itu memang tidak salah. Tapi luangkan waktumu bersama si teteh yang mulai puber, tanamkan nilai-nilai tauhid. Apa saja yang boleh dilakukan atau tidak kalau sudah baligh. Biasanya omongan ayah itu mantul. Begitupun dengan si abang harus di deketin biar nggak lembek karena kebanyakan nempel sama bundanya. Dia harus memiliki jiwa pemimpin yang menonjol biar mampu jadi pelindung keluarga, dan sosok pemimpin itu hanya bisa di ajarkan oleh sang ayah.
Ayah bunda, ada banyak kisah dalam Al-Qur'an yang menonjolkan peran keayahan. Kita pasti tahu kisah Nabi Ibrahim AS, yang di sebut bapak para nabi. Allah memerintahkan nabi Ibrahim agar siti Hajar dan bayinya tinggal di Mekah yang saat itu masih sepi dan tandus. Dan sang istri kedua yang saleha tetap taat karena yakin ini perintah Allah. Setelah di antarkan, Siti Hajar ditinggalkan. Nabi Ibrahim kembali ke Mesiar tinggal bersama istri pertamanya Siti Sarah. Jarak antara Mesir dan Mekah itu sangat jauh jika di tempuh dengan perjalanan kaki. Jaman dulu belum ada mobil atau pesawat. Nabi Ibrahim hanya mampu menemuinya enam bulan sekali yang artinya dua tahun sekali perjumpaan diantara mereka. Itu terjadi karena memang jarak yang nggak memungkinkan untuk datang setiap hari.
Perjumpaan yang jarang dengan sang putra tidak membuat sang anak kehilangan peran keayahan. Dia berhasil jadi anak yang taat pada orangtua. Taat pada perintah Rabb-Nya. Bukankah anak seperti ini yang kita inginkan? Bukankah anak seperti ini yang mampu membuka pintu Surga bagi kedua orang tuanya?
Ada kisah indah dalam Al-Qur'an tentang percakapan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat akan disembelih. Disana ada bahasa cinta ayah dan anak yang bisa diambil pelajaran. Bagi sang ayah tentu sangat berat menyembelih putra kesayangannya, namun perintah Allah harus tetap dilaksanakan. Ungkapan sang anak pun tak kalah menyentuh. Sang anak mengijinkan karena dia yakin bahwa perintah ayah adalah perintah Allah. Paren, mereka memang anak para nabi. Tapi kisah Al-Qur'an adalah teladan. Jembatan antara masalalu dan masa depan agar kita mengambil pelajaran.
Dan mendidik anak taat pada Allah bukan hanya bisa sekedar ngaji dan salat saja. Ada banyak kewajiban lain yang Allah bebankan pada hambanya. Untuk anak menjadi taat pada aturan Allah butuh perjuangan juga pengorbanan. Anak ingin saleh itu diusahakan bukan dibiarkan. Dan orang tua adalah contoh sebaik-baiknya teladan.
Ayah adalah kepala sekolah dalam rumah tangga dan ibu adalah gurunya. Otomatis ayah harus punya kurikulum pendidikan dirumah. Harus punya schedule. Mau ngapain sih sama anak pas hari libur. Ngajakin si abang main futsal misalkan, atau ngajak si teteh ikut kajian meski cuma nganterin atau nongkrong cantik di Pizza hut sambil ngobrol gaze, ngajakin si adek main salju di Snow World, ya itu demi membangun quality time.
Membangun kedekatan sama sang anak efeknya dasyat dan pengaruhnya banyak. Nggak harus mahal kalau memang nggak ada budget untuk keluar. Yang terpenting kreative, menambah wawasan tapi sangat menyenangkan.
Seperti yang dikatakan Irma Gustiana A, M.Psi., psikolog Anak dan Keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan UI. Peran ayah dalam kehidupan anak sangat berarti, terutama dalam membangun kecerdasan emosi, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan motivasi anak di kemudian hari.
“Ini sangat disayangkan karena ketiadaan peran ayah (fatherless) dalam kehidupan anak, memungkinkan anak mengalami masalah perilaku sosial emosi yang semakin besar. Anak cenderung berperilaku tidak adaptif sehingga timbul istilah kenakalan anak.”
Irma mengalaskan pendapatnya pada hasil penelitian yang menyebutkan tentang dampak buruk dari ketiadaan peran ayah, seperti hasil studi tentang peran ayah dalam kehidupan anak yang dilakukan Kalter dan Rembar dari Children’s Psychiatric Hospital, University of Michigan.
Dikemukakan, apabila tak ada peran ayah dalam kehidupan anak, dampaknya tak bisa dianggap sepele. Apa saja?
- 63 persen anak mengalami masalah psikologis seperti gelisah, sedih, suasana hati yang mudah berubah, fobia, dan depresi.
- 56 persen anak memilik kemampuannya berada di bawah rata-rata.
- 43 persen anak melakukan agresi terhadap orangtua.
“Kehilangan peran ayah dalam kehidupan anak berkaitan dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri di sekolah, lingkungan sosial dan penyesuaian pribadi terhadap perubahan,” jelasnya
Dikutip dari banjarmasin pos
Dan banyaknya kenakalan remaja hari ini itu semua kurangnya peran ayah terlibat dalam mendidik untuk menanamkan nilai-nilai tauhid dan kisah keteladanan. Yang ada hanya ayah penuntut dan sok berwibawa hanya agar anak jadi penurut namun di dewasa nanti dia jadi pendendam dan kurang perhatian pada keluarganya. Jadi sebelum semuanya terlambat. Ayo, para ayah kembali kerumah dan dekati anak-anakmu, ajak ngobrol mereka. Bangun diskusi yang hangat dan menyenangkan. Jangan jadi ayah yang garing dan bosenin. Dan jadikan para nabi,sahabat Rasul adalah contoh teladan dalam mendidik anak. Pernbaharui wawasanmu tentang parenting Nabawiyah. Semoga kelak anak-anakmu jadi generasi hebat yang mampu menciptakan sejarah kegemilangan islam. []
SESI CURHAT DENGAN REMAJA
NGOBROL BERMAMFAAT SAMA KRUCIL
Pulang sekolah si krucil nangis karena di katain teman-temannya item. Mungkin istilah sekarang body shaming. Bunda dengarkan dengan baik keluhan anak-anakmu. Tapi jangan dulu terbawa emosi. Ibu di dunia ini jika menyangkut anak ,dia adalah manusia paling perasa. Bahkan anak dimarahi bapaknya pun sangat tidak rela. Kita yang udah mengandung, apalagi menghadapi ngidam yang payah ditambah hamil sembilan bulan dan melahirkan. Membesarkannya dengan penuh cinta. Lalu ada orang lain yang menghina anak kita, memarahi atau apalah istilahnya. Siapa sih yang nggak sakit? Apalagi si krucil pulang-pulang wajahnya muram atau banjir air mata. Rasanya sakit luar biasa. Kalau bisa, amarah pingin ditumpahkan pada teman si krucil. Betul?
Namun coba berpikir dengan sangat bijaksana. Ini masalah anak-anak, biarkan dia menyelesaikan masalahnya. Anak ada masalah, itu adalah pembelajaran agar dia dewasa dan agar dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Berikan gambaran bahwa hidup tak semanis kenyataan. Ada orang julid, ada yang nyinyir ada yang baik. Setiap anak itu, mereka dirumah mendapat pendidikan yang berbeda dari orang tuanya. Ada orang tua yang cuek, ada yang baik,demokratis, penuh perhatian. Tapi lebih banyak lagi anak yang lahir dari keluarga bermasalah. Anak-anak kita yang menangis itu hanya sesaat dan setelah lupa akan kembali akur dan memaafkan. Berbeda dengan orang tua, berapa banyak yang anak-anak berantem terus orang tua bersikap kekanakan maka terjadilah permusuhan dengan tetangga. Sampai mau minta maaf nunggu lebaran dulu. Padahal anak-anaknya dalam 1 jam sudah kembali akur.
Anak-anak tidak memiliki jiwa pendendam. Namun kitalah para orang tua yang mengajarkannya untuk menjadi pendendam.
Disaat anak menangis peluk dia , tenangkan dan besarkan hatinya. Disini kita memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengajarkan anak tentang sesuatu yang sangat berharga.
"Terus perasaan kakak gimana dikatain item sama teman-teman?" biarkan anak mengeluarkan unek-uneknya. Jangan dulu terpancing amarah dan menghakimi temannya. Karena kita adalah orang tua yang terlahir lebih dulu dari teman si krucil itu. Akal kita lebih sempurna.
"Kakak sakit hati bu, kakak malu."
"Terus kakak bilang apa sama mereka?"
"Ya, Kakak diam aja."
Mungkin begitu obrolin Ibu sama krucil.
"Kalau kata Ibu, kakak itu nggak item tapi manis lho. Coba aja kakak ngaca. Ibu kasih tau ya, kakak itu anak ibu yang sangat baik. Kakak wajahnya enak dilihat apalagi kalau senyum. Bikin meleleh kayak coklat dipanasin. Kakak juga anaknya nurut sama orang tua, ngajinya pinter. Dan ya kak, biarin orang mau ngatain kakak jelek,kakak item atau apalah yang terpenting ayah, ibu dan Allah tetap sayang sama kakak. Kakak tau siapa Bilal bin Rabah kan, dia budak item namun setelah masuk islam dia jadi pemuda yang hebat. Terompahnya aja sudah terdengar di surga, berarti dia di jamin masuk surga dong. Yang lebih hebat dia jadi gubenur Damaskus lo, kak. Bilal item tapi tak pernah nangis dengan keitemannya. Dia berusaha untuk menjadi lebih baik. Nabi menyayanginya,para sahabat mencintainya dan Allah menjamin Surga untuknya.
Kakak, dalam hidup, kita nggak selalu harus mendengar apa yang dikatakan orang lain. Dan teman- teman kakak itu tidak selamanya bisa bersikap baik. Mungkin hari ini baik dan besok kurang baik. Tapi itulah manusia kak,tidak ada yang sempurna. Dan kakak bilang dengan baik sama teman-teman kakak, bahwa di mata Allah yang lebih baik adalah yang bertakwa. Bukan pinter, bodoh, cantik atau jelek. Kakak juga bilang kalau menghina fisik itu berarti menghina ciptaan Allah.
Kakak ngomong baik-baik sama temannya, kalau bisa minta bantuan bu guru juga boleh."
Dijamin si kakak akan adem hatinya jika dibesarkan seperti itu. Dia akan memiliki cara pandang yang terbuka juga akan menghargai teman-temannya.
Atau suatu hari si krucil merengek minta di belikan sepatu roda atau mobil tamia karena semua anak tetangga sudah punya. Sebagai orang tua pasti nggak tega, sedih rasanya liat si krucil memandangi teman-teman krucil pada ceria dengan mainannya di gang. Dan kita lagi banyak sekali kebutuhan. Harus bayar sekolah abangnya yang masuk SMP, orang tua sakit atau apalah. Sebenarnya anak itu akan sangat mengerti jika orang tua memberi tau dengan baik. Dan disini ada hal yang bisa kita ajarkan ke anak. Edukasi dengan bahasa cinta. Namun terkadang kitalah sebagai orang tua yang nggak sabar mendengar tangisan. Dan nggak tega, lalu membandingkan kehidupan kiata yang dulu sangat sulit kalau bisa anak jangan merasakan. Dan inilah yang menghantarkan anak pada sikap konsumtif. Kemauannya harus dituruti yang akhirnya sikap menyebalkan itu terbawa sampai dewasa.
Ajak anak bicara dari hati ke hati bukan emosi atau menghakimi. Apalagi ibu itu biasanya memiliki sifat kurang baik, terutama saat menghadapi lelah atau ada masalah yaitu ngomel mulu bikin anak stres.
"Dek, adek pingin banget ya, punya sepatu roda? "Tanya si adek dengan sayang. Usap lembut kepalanya bikin dia nyaman. Jangan ajak bicara saat kesal dan emosi.
"Iya bu, masa adek doang yang belum punya." curhatnya.
"Emang adek malu kalau belum punya sepatu roda?"
"Iya,adek jadi nggak diajak main."
"Tapi ibu belum punya uang nak, sepatu roda kan mahal bla…bla…
Sepatu roda juga paling di pakenya bentar entar kalau udah musim layangan itu sepatu roda pasti mangkrak di gudang. Lagiannya ya nak, sesuatu yang orang lain miliki tak selamanya harus kita miliki juga. Rasul itu senang sama umatnya yang membeli sesuatu itu ada mamfaatnya. Sepatu roda itu kurang penting lho nak, Ibu lebih suka adek beli buku. Adek tau kan, Allah pertama kali nurunin wahyu sama nabi Muhamad itu surat Al- Alaq ,itu perintahnya untuk membaca. Membaca itu bikin adek luas wawasan. Itu Imam Syafi'i dua belas tahun sudah jadi guru. Pada suatu hari bla…bla… "mengalirlah cerita dari ayah atau ibu tentang Imam Syafi'i. Atau masukkan cerita para sahabat didalamnya, masukan nilai-nilai keislaman dan pengenalan terhadap Allah untuk senantiasa bersukur.
"Eh adek ibu juga punya gambar, lihat di hape ibu, ini ada anak-anak di Palestina." Ibu dengan semangat memperlihatkan gambar.
"Kok mereka pada berdarah,bu?"
"Anak-anak ini mereka lahir dalam kondisi perang setiap hari mereka diperangi. Ayah-ibunya meninggal."
"Perang itu apa sih bu?"
" Perang itu, adek tau pesawatkan, nah saat perawat itu sedang terbang di udara,tapi tiba-tiba BUUM…ada api juga yang keluar dan rumah-rumah pada rusak dan orang pada berlarian, sebagiannya meninggal. Ada juga mereka yang saling tembak-menembak kayak Adek lagi main sama ayah terus adek nembak ayah DORR…terus ayah mati"
"Oh gitu, kasihan mereka ya,bu?"
"Iya nak, mereka banyak yang nggak punya orang tua. Jangankan beli sepatu roda mau jajan aja susah. Dan adek harus bersukur masih punya ayah, ibu, abang juga teteh yang sayang banget sama adek. Gimana kalau beli sepatu rodanya nggak jadi aja, dan bulan depan kita borong buku aja di IBF biar perpustakaan dirumah adek makin banyak. Ntar adek ajak main teman-temannya. Nanti kita bikin kegiatan bercerita dan menggambar atau nonton film bareng, mau kan?"
Si adek pun mikir. Intinya anak itu harus di ajak cerita yang bermanfaat. Karena anak kita itu sebenarnya cerdas luar biasa namun terkadang orang tua yang mematahkan kreatifitasnya. Mengubur keingintahuannya hingga kecerdasannya terkubur. Karena apa? Orang tua malas meng Up-Grade pengetahuaan atau wawasan. Padahal kesempatan orangtua masa kini untuk hebat itu sangat besar. Ada google, ada youtube dan buku. Tapi penyakit malasnya lebih besar. Penyakit kikir untuk anak berkembang dan maju juga banyak. Membeli sesuatu tanpa unsur mamfaat dan ada nilai edukasi. Masalahnya karena hidup, fokus pada omongan orang. Ya beginilah, ya begitulah. Padahal rusaknya anak, tetangga emang mau nanggung? Merekamah bisanya cuma nyinyir dan pamer doang. So, biarkan apa kata mereka. Yang terpenting anak-anak menjadi ladang pahala dan investasi terbaik untuk dunia dan akherat kita.
Anak-anak yang lebih banyak diajak ngobrol hal yang yang baik dia akan bersikap positif dan menghargai orang lain. Apalagi jika obrolannya banyak menanamkan nilai-nilai tauhid. []
KEPOMPONG ( 1 )
Bagian Satu
Alea dengan nafas ngos-ngosan berlari menuju gerbang sekolahnya yang bentar lagi ditutup. Sial hari ini kesiangan gara-gara nonton drama korea sampai malem. Dan pas tidur bermimpi ketemu oppa-oppa super ganteng Kim wobin yang ngajak ngedate di kapal pesiar. Lagi romantis-romantisnya kencan tiba-tiba ada bajak laut datang yang berniat merampok isi kapal. Terjadi perkelahian hebat dan Alea kecebur kelaut. Apesnya dia bukan kecebur kelaut,tapi tubuhnya basah kuyup karena disiram Teh Sarah yang membangunkannya karena susah dibangunin dan otomatis telat solat subuh. Rasanya hari ini double sial.
Pintu gerbang hampir saja tertutup, namun Alea dengan tenaga badaknya berhasil menahan pintu yang bakal ditutup satpam, yaitu Mang Usep.
"Please Pak,jangan tutup dulu saya mau masuk." ujar Alea dengan wajah memelas.
"Kamu teh, sudah telat neng Alea." ujar Mang Usep kesal. Satu anak ini emang paling bandel. Selalu kesiangan. Selain itu rajin bikin ulah disekolah.
" Aku cuma telat lima menit mang, ayolah bukain pintu gerbangnya. Saya janji nanti akan teraktir mamang."
"Saya mah tidak mempan sama sogokan. Nyogok itu dosa ,neng."
Alea memonyongkan bibirnya.
Tumben-tumbenan mang Usep bener. Dia biasanya paling ijo kalau dengar kata traktir. Apa jangan-jangan dia ikut pengajian Pak Ilham guru Kimia yang menjadi pembina rohis. Guru yang mirip sama Lee dongwok itu rajin banget ngajak-ngajak anak cowok ngaji. Dan si mang Usep ini pasti kena ajakannya juga. Ah,emang nggak asyik Pak Ilham ini. Hingga teman kongkalikongnya seperti mang Usep berubah. Sebelas-dua belas sama Bu Aisyah.
Alea berpikir keras gimana caranya bisa masuk.
"Aduuh…perutku…perutku… sakit. Ya Allah…" nah kan,gadis itu mulai mengeluarkan aktingnya. Tampangnya dibuat semeringis mungkin. Tak lupa air mata buaya dikeluarkan. Percuma menjadi anak teater kalau nggak bisa ngerjain satpam sepolos mang Usep.
"Neng Alea…kamu sakit. Kalau begitu ayo masuk neng, kamu harus segera UKS." ujar Mang Usep terlihat panik. Dan dengan cepat membuka pintu gerbang.
Alea mengangguk dan bersegera masuk kedalam. Dia berjalan selemes mungkin supaya mang Usep nggak curiga. Ketika sudah jauh dari pintu gerbang, gadis itu bersorak girang.
" Yihaa…ternyata akting gue hari ini sempurna."
"Apanya yang sempurna?" tiba-tiba terdengar suara dari belakang. Suara Pak guru killer.
"Eh,bapak. Assalamu'alaikum,pak? Bapak bertanya sama saya atau…."
"Kamu tau, ini sudah jam berapa? Benar-benar nggak disiplin jadi siswa. Ayo,kamu lari kelapangan selama 20 putaran baru boleh masuk. Dan jangan lupa minta tanda tangan guru seluruh kelas." ujar Pak Adri galak.
Shitt…Alea mengumpat dalam hati. Baru saja bisa bahagia bisa menipu mang Usep. Eh,malah dapat derita lagi. Kenapa semesta tak mau berkonspirasi pada kenakalannya?
Alea Mahendra. Semua orang tau siapa gadis itu. Dia sangat cantik jika mau merawat diri dan sedikit tampil peminim. Namun bukan itu yang membuat dia terkenal. Dia pintar,tapi tukang onar. Kalau nggak ada guru masuk,biasanya bikin ribut atau kabur. Dia juga pembangkang luar biasa. Baiknya dia,selalu nggak tegaan. Dan sangat care banget sama teman-teman seganknya.
Dengan patuh gadis itu menerima hukuman dari sang wakasek kesiswaan. Gimana nggak mau patuh, itu guru killer mantengin dirinya dari jarak 5 meter. Lumayan sarapan pagi,bisa bikin bau ketek asem. Selesai berlari mengelilingi lapangan,gadis itu mulai berkeliling kelas meminta tanda tangan para teacher.
"Kenapa bisa telat?" tanya Pak Ilham dengan tampang es baloknya. Dingin berr…guru satu ini kalau sama murid perempuan. Katanya memang harus jaga pandangan. Apalagi sama lawan jenis yang secantik dirinya. Winona Ryder lewat kesalip sama cantiknya Alea Mahendra.
"Kamu kenapa diam?" tanya Pak Ilham dengan muka datarnya. Tanpa melihat wajah murid didepannya.
"Eh,maaf Pak, tadi saya sedang melamun. Saya kira Bapak itu Lee Dongwok yang sedang nyamar jadi guru disini." jawabnya cuek.
Geer…seluruh kelas ketawa.
"Keluar kamu!" ujar Pak Ilham berubah galak.
"Tanda tangannya…" Alea masih kukuh berdiri.
"Nggak ada tanda tangan buat murid yang tidak tahu sopan santun seperti kamu."
"Ya udah,kalau bapak nggak mau tanda tangan. Saya laporkan bapak ke Kak Seto,karena…."
"Keluar…!!"
Alea langsung ngibrit. Triple apes. Tak ada satu yang mau tanda tangan otomotis tidak ikut satu mata pelajaran. Itu peraturan Generasi Harapan tempatnya menimba ilmu. Sebagai konskwensi bagi orang yang telat masuk School. Kadang peraturan seperti ini sangat menyebalkan bagi Alea.
Mau ngapain aku, Alea nampak berpikir. Otak liciknya berpikir keras. Aha…kantin. Dia bisa bersembunyi disana sampai jam pelajaran pertama selesai.
Tipu-tipu ala Alea kembali dijalankan, biar ibu warung kantin tidak memarahinya. Alea si cantik yang licik penuh dengan akal bulusnya. Dan gilanya gadis yang tidak punya tujuan hidup itu selalu memiliki prestasi akademik yang memuaskan dibandingkan temannya yang pada rajin belajar. Nyontek tidak ada dalam kamus hidupnya. Tapi anehnya disaat ngiler pun dia bisa menangkap materi pelajaran. Itu yang bikin iri teman-temannya.
Semua guru tahu tentang reputasinya amburadul, tapi mereka nggak bisa berbuat banyak untuk mengubah kelakuannya yang acak-acakan. Habis satu anak itu pintar dan selalu dikirim kalau ada olimpiade eksak atau debat bahasa inggris. Selama tidak menjurus pada pergaulan bebas masih bisa dimaklumi. []