MENJADI ORANG PALING BAHAGIA
IKLAN DAN FEMINISME
GENERASI EMAS AKAN TERCAPAI KETIKA KURIKULUM BERLANDASKAN Al-QUR'AN
Sinopsis Novel Adrea
MENGAJARKAN ANAK TENTANG RASA SYUKUR
ULAMA HARUSNYA MENJADI PENGONTROL PENGUASA
Cinta di Atas Bara >> 5
HATI YANG TERPAUT RINDU
AGAR ANAK TAK PERNAH MENINGGALKAN SALAT
Sudahkah Kita Mengajari Anak Tentang Adab?
Islam adalah agama yang sangat sempurna. Dalam segala hal selalu ada-adabnya. Ada adab saat makan seperti apa, adab kepada orang yang lebih tua, adab menuntut ilmu dan adab lainnya. Yang akan saya bahas adalah adab menuntut ilmu. Jika ingin lebih faham bisa membaca kitab karangan ulama besar Syek Burhan Al- Islam Al- Zurnuji dengan judul kitabnya Ta'lim muta'aliim. Didalam kitab ini dibahas tentang adab-adab dalam menuntut ilmu.
Ulama zaman dahulu sangat menekankan pendidikan adab pada murid-muridnya sebelum mereka menuntut ilmu. Bahkan ada yang sampai 20 tahun mereka mempelajari adab sedangkan dalam mempelajari itu sendiri hanya beberapa tahun. Kenapa adab penting? Karena ilmu akan berkah ketika adab sudah merasuki jiwa anak-anak kita. Keberkahan bukan terletak karena sukses dengan banyak uang. Tetapi, dia memiliki kontribusi buat perbaikan umat dan karya-karyanya dikenang sejarah. Kita bisa ambil contoh ulama Imam Madzhab. Ada Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Hanafi. Mereka saat ini sudah wafat, tapi karya mereka di bidang Fiqih masih jadi rujukan para ulama, di ajarkan di pesantren dan sekolah-sekolah. Dan pahala terus mengalir pada ulama 4 madzhab tersebut. Nah, inilah yang dinamakan berkahnya sebuah ilmu. Meski sudah tidak ada di dunia, tapi pahalanya terus mengalir.
Saat ini adab memang terabaikan dari dunia pendidikan. Usia 3-4 tahun anak sudah di jejali untuk belajar nulis, baca dan ngitung. Ikut dikursuskan juga. Padahal mereka belum saatnya belajar hal-hal seperti ini. Usia seperti itu harusnya ajarkan tentang mari'fatullah dengan bahasa sederhana, dan menggunakan media lingkungan sekitar. Tapi ya, karena hari ini kiblat pendidikan adalah barat maka semuanya terpaksa di jejalkan pada anak yang kondisinya belum siap, otaknya belum sempurna. Rasulullah mengajarkan salat pada anak-anak itu dimulai dari usia 7 tahun karena otaknya sudah mampu menerima pembelajaran. Di usia ini juga anak harus segera di pisah tempat tidurnya. Dan di usis 10 tahun anak tidak sholat itu harus dipukul atau dikasih hukuman. Itu aturan islam yang menganjurkan.
Ayah, Bunda hari ini kerusakan generasi kita luar biasa miris. Apakah ayah dan bunda pernah mendengar seorang anak berlaku tidak sopan pada gurunya, beritanya sampai viral dimedia sosial. Yang lebih menyesakan kalau sampai memukul gurunya sampai tewas. Siapa yang salah disini? Mereka adalah anak kita. Tidak diajarkankah dirumah bagaimana cara menghormati gurunya? Tidak diajarkankah adab dalam kesehariannya? Mungkin itu salah kita, yang salah mendidiknya. Penuh caci dan makian, juga pukulan sehingga meninggalkan dendam pada jiwanya yang rapuh. Ataukah kita terlalu banyak membelanya, meskipun dia salah dan juga terlalu memanjakannya. Memang pendidikanpun bisa saja disalahkan, dengan orientasi pendidikan hanya mengejar nilai semata, ruang lingkup pendidikan jauh dari figur teladan. Sehingga urgensi mendidik itu sendiri terabaikan karena dikejar target kurikulum dan guru sangat disibukan dengan administrasi-administrasi yang tidak penting.
Ada sekolah yang benar-benar ramah buat anak. Membentuk saksiyah islam yang baik, dan penuh dengan tsaqofah islam. Mencetak generasi unggul yang berbudi luhur dengan guru yang sudah melalui tahap pembinaan islam. Tapi, harga yang ditawarkan cukup mahal. Kenapa harus mahal? Karena ketika pendidikan semua diserahkan pada swasta, maka tidak ada lagi harga yang murah. Membangun sekolah unggul dengan guru berkualitas pasti butuh modal besar. Dan nggak mungkin harga sebuah ilmu dibayar dengan harga yang murah.
Adab mendapatkan posisi yang terpenting dalam menuntut ilmu seperti yang dikatakan oleh Abu Zakariya An Anbari rahimahullah :
علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).
Yusuf bin Al Husain rahimahullah mengatakan:
بالأدب تفهم العلم
“Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Sehingga belajar ada sangat penting bagi orang yang mau menuntut ilmu syar’i. Oleh karena itulah Imam Malik rahimahullah mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])
Dalam menuntut ilmu, mendatangi tempat guru itu jauh lebih baik. Selain Allah memudahkan jalan ke Surga bagi para penuntut ilmu. Ada banyak pahala yang kita dapatkan? Setiap langkah kita bernilai pahala. Belum keberkahan dari silaturahmi, serta keberkahan dari sebuah ilmu yang kita pelajari. Selain itu malaikatpun turut mendoakan kita. Jadi janganlah bermalas-malasan saat pergi mencari ilmu.
Ketika adab menjadi penghias diri dalam menuntut ilmu, maka Insyaallah ilmu yang kita pelajari akan berkah, dan bermamfaat untuk orang lain. Semoga kita dan keturunan kita menjadi orang yang sangat memuliakan ilmu dengan memuliakan guru kita. Dan adab menjadi hal yang paling utama untuk dipelajari sebelum menuntut ilmu. []